Posts

Showing posts from May, 2018

HUKUM PUASA: ORANG MUSAFIR DAN ORANG SAKIT

Image
Prof. Dr. Muhammad Hasbi Ash Shidiqie Hukum 688.  "Orang musafir dan orang sakit yang dapat diharap sembuhnya, dibolehkan berbuka, dan shah jika berpuasa. Jika memberi mudharat dimakruhkan." Hukum ini disepakati oleh imam yang empat. Kata sebagian Ahludh Dhahir: Tidak sah berpuasa dalam bersafar. Kata al Auza'y: Berbuka lebih utama bagi orang yang bersafar dan oleh orang yang sakit, baik memberi kemadharatan kalau tidak berbuka ataupun tidak. Hukum 689. "Orang yang pada pagi-paginya sudah berpuasa, lalu tengah hari bersafar, tidak dibolehkan berbuka puasa karena safarnya." Hukum ini disetujui Abu Haniefah dan Malik. Kata Ahmad: Boleh. Terhadap pendapat ini disetujui oleh Al Muzany. Hukum 690. "Apabila musafir ketika tengah hari sampai di kampung atau orang sakit sembuh dari sakitnya, atau anak kecil sampai umurnya, atau orang kafir masuk Islam, atau orang yang berhaid suci dari haidhnya, disukailah mereka berimsak di sisa hari

TERAPI KEMUNAFIKAN DALAM SURAH AN NISA 146

Image
Hilman Fitri إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146) Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. Ayat ini mengecualikan ketentuan umum yang ditegaskan di atas bahwa orang-orang munafik dalam tingkat yang paling bawah dari neraka. Yang dikecualikan itu adalah yang telah bertaubat dengan menyesali dan meninggalkan kemunafikan mereka dan telah mengadakan perbaikan menyangkut amal-amal mereka, antara lain shalat yang selama ini mereka lakukan dengan malas dan pamrih serta telah berpegang teguh pada agama Allah, yakni bersungguh-sungguh menghubungkan diri dengan Allah swt. Dan tulus ikhlas

METODE BELAJAR EKSPERIMEN DALAM HADIS NABI S.A.W.

Image
حَدَثَنَا قُتَيْبَةِ بْن سَعِيْد اَلْثَقَفِيْ وَ أَبُو كَامِلْ اَلْجَحْدَرِيْ- وَتَقَارَبَ فِيْ اللَفْظِ. وَهَذَا حَدِيْثُ قُتَيْبَة قَالَ، "حَدَثَنَا أَبُواعَوَانَةْ، عَنْ سِمَاكْ، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَةَ، عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ،"مَرَرْتُ مَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِقَوْمٍ عَلَى الرَؤْسِ النَّخْلِ. فَقَالَ،"مَايَصْنَحُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالُوْا،"يَلْقِحُوْنَهُ، يَجْعَلُوْنَ الذَ كَرَفِيْ اْلأُنْثَى، فَتَلَقَحْ. "فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم،"مَا أَظُنُّ يَعْنِي ذَلِكَ شَيْئَ". قَالَ،"فَأَخْبَرُوْا بِذَ لِكَ فَتَرَكُوْهُ، فَأَخْبَرَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بِذَ لِكَ فَقَالَ، "إِنْ كَانَ يُنْفَعُهُمْ ذَلِكَ فَلْيَصْنَعُوهُ، فَإِنَّمَا ظَنَنْتُ ظَنَّا، فَلَا تَؤَاخِذُونِي بِالظَنِّ، وَلَكِنْ إِذَاحَدَثْتَكُمْ عَنِ اللهُ شَيْئًا فَخُذُوْابِهِ، فَإِنِّيْ لَنْ أُكَذِّبَ عَلَى اللهِ."  ) رواه مسلم ( Artinya : Menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi dan Abu Kamil al-Jahdari da

TUJUAN PENDIDIKAN AKAL ATAU RASIO

Image
Hilman Fitri Mengenai tujuan pendidikan akal berdasarkan hadis-hadis Nabi s.a.w. di antaranya ialah sebagai berikut: 1.       Membantu anak-anak untuk mampu membuka kunci ilmu pengetahuan melalui kesungguhan membaca, menulis, berinteraksi dengan angka-angka serta berbagai tanda, warna-warni, bahasa, tumbuhan dan hewan dan lain sebagainya. Begitu juga membantu mereka meningkatkan kematangan pemikiran serta kesempurnaan pengetahuan dan pemahaman. Serta meningkatkan penguasaan, kemampuan, serta keterampilan yang berguna dalam hidup mereka. 2.       Menyingkap kesiapan serta kemampuan akal individu. Mengasahnya, melatihnya, menajamkan serta meningkatkannya sampai pada batas kematangan serta kesempurnaan tertentu, melalui perbaikan pada berbagai media serta berbagai ranah lingkungan yang berpengaruh pada kecerdasan akal serta bermanfaat pula bagi individu dan masyarakat. 3.       Memungkinkan anak menerima arahan yang bermanfaat mengenai pemilihan bidang pengetahuan serta peke

PENDIDIKAN AKAL

Hilman Fitri SDIT Uswatun Hasanah Banjar Patroman MA PERSIS 85 Banjar Patroman Banyak tokoh dan ahli pendidikan yang telah merumuskan konsep pendidikan akal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.       Abdullah Nasih Ulwan, mengatakan bahwa pendidikan rasio (akal) adalah membentuk pola pikir peserta didik dengan segala sesuatu yang bermanfaat. [1] 2.       Ayn Rand, berpendapat bahwa karena akal tidak bersifat otomatis atau instingtif dalam berolah pikir, juga mengingat secara psikologis pilihan untuk berpikir atau tidak adalah pilihan untuk fokus atau tidak, dan secara eksistensial pilihan untuk fokus atau tidak adalah pilihan untuk sadar atau tidak, serta secara metafisika pilihan untuk sadar atau tidak adalah pilihan untuk hidup atau mati, maka pendidikan akal dapat secara definitif dirumuskan sebagai suatu usaha atau upaya untuk menciptakan dan menumbuhkan kesadaran dan kefokusan untuk tetap hidup. [2] 3.       Muhammad Quthb, berpandangan bahwa Islam melakukan

AKAL DI HATI ATAU KAH DI KEPALA

Hilman Fitri Pendidik Hadis dan Tilawah Tahfizh Alquran di SDIT Uswatun Hasanah Pendidik Ilmu Balaghah dan Mantiq di MA Persis 85 Banjar Dalam struktur manusia, terdapat satu potensi yang dinyatakan dengan beberapa kata, yaitu ratio (Latin), reason (Inggris dan Perancis), nous (Yunani), verstand (Belanda), vernunft (Jerman), al-‘aql (Arab), buddhi (Sansekerta), dan akal budi (satu perkataan yang tersusun dari bahasa Arab dan bahasa Sansekerta). [1] Secara bahasa atau lughowi, akal merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab ’aqala yang berarti mengikat atau menahan, namun kata akal sebagai kata benda (mashdar) dari ‘aqala tidak terdapat dari Al-Qur’an, akan tetapi kata akal sendiri terdapat dalam bentuk lain yaitu kata kerja (f’il mudhorik). Hal itu terdapat dalam Alquran sebanyak empat puluh sembilan, antara lain ialah ta’qilun dalam surat al-Baqaroh ayat 49; ya’qilun sural al-Furqan ayat 44 dan surah yasin ayat 68; na’qilu surat al-Mulk ayat 10; ya’qiluha sur