Posts

Showing posts from August, 2016

SIKAP HATI-HATI DALAM AL QURAN

Allah menciptakan alam ini dengan disertai tanda-tanda penciptaan-Nya. Akan tetapi, orang yang mengingkari-Nya tidak dapat memahami kenyataan tersebut karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk "melihat" tujuan penciptaan ini. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur`an, "... mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah)...." (al-A'raaf: 179) Secara kasat mata, mereka tidak memiliki kearifan dan pemahaman untuk menanggapi kenyataan yang ada ini. Orang-orang beriman tidak termasuk kategori "buta" ini. Mereka menyadari dan menerima kenyataan bahwa seluruh alam ini diciptakan Allah swt. dengan tujuan dan maksud tertentu. Keyakinan ini merupakan langkah awal dari keimanan seseorang. Seiring dengan meningkatnya keyakinan dan kearifan, kita akan dapat mengenali setiap detail ciptaan Allah. Dalam tradisi Islam, ada tiga langkah pemacu keimanan: Ilmul-yaqin (mendapatkan informasi), Ainul-Yaqin (mel

Qadariyyah: Sejarah Kemunculan dan Pemikirannya

oleh Diadara S.I Rika Purnamasari Titin Nurlela Euis Ernawati A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, sekali kita menemukan berbagai macam paham-paham yang dianut oleh masyarakat kita. Semua itu terjadi bukan semata-mata karena beragamnya Islam itu sendiri, akan tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai penganutnya. Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga menyebabkan fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini. Tak ayal kita sering melihat terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan pengikut paham lainnya. Pengetahuan tentang paham-paham yang beredar di Indonesia umumnya ataupun sekeliling kita. Khususnya, haruslah kita mampu mengetahuinya bukan untuk mengendorkan iman kita tapi untuk menambah iman kita. Perlahan tapi pasti hanya keimanan dan kataqwaan pada Allah SWT yang mampu menyelamatkan kita dan mampu membawa kita bertemu dengan Dzat yang selalu kita harapkan untuk bertemu dengannya. Seiring dengan adanya pah

Mu'tazilah: Sejarah Kemunculan dan Pemikirannya

oleh Balebat Kania Sari Eka Aniska Sagita Oktafina Roufah Nur Maulina Bahij A. Pengertian Mu’tazilah Mu’tazilah berasal dari bahasa Arab yang dalam tatanan ilmu shorof menempati posisi sebagai fiil madhi yaitu I’tazala. Adapun kata i’tazala sendiri memiliki 3 arti, yaitu: memisahkan diri, manjauhkan diri dan menyalahi pendapat orang lain. 1. I’tazala yang memiliki arti memisahkan diri Pada waktu itu Wasil bin Ata dan ‘Amr bin Ubaid memisahkan diri dari pengajian yang diadakan oleh Hasan Basri di salah satu mesjid yang ada di Basrah, kemudian membentuk jama’ah pengajian sendiri. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antaran Hasan Basri dengan kedua tokoh mu’tazilah tersebut, terkait orang yang telah melakukan dosa besar. Hasan Basri termasuk orang yang menentang keras pelaku maksiat apalagi yang sudah melewati norma-norma kemanusiaan. Sedangkan menurut pandangan Wasil dan Amr, orang yang telah melakukan dosa besar tidak dapat dikatakan sebagai seorang k

Ka'ab bin al Asyraf: Si Yahudi Pengganggu Nabi s.a.w.

Ka'b bin Al-Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling keras permusuhannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Gangguannya yang paling keras ditujukan kepada Rasulullah saw. Ia juga selalu mengajak orang orang untuk memerangi beliau. Ka'b bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' yang berasal dari Nabhan. Ibunya adalah wanita Yahudi bani Nadhir. Ia seorang yang kaya raya. ia terkenal tampan sekaligus seorang penyair. Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah, dibelakang perkampungan bani Nadhir.

Lafal Ilmu dalam Alquran dan Karakteristik Ulul 'Ilmi

Image
Hilman Fitri   Guru Bahasa Arab dan Alquran SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar Lafal Ilmu dalam Alquran dan Karakteristik Orang yang Berilmu Konsep Ilmu Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan menyakini. Kata ilmu itu tersendiri berasal dari asal kata ‘alima- ya’lamu yang bermakna ‘arafahu (mengetahui atau mengenalnya), adrakahu (mencapainya), serta fahimahu (memahaminya secara mendalam) (Mukhtar, 2008: 1541). Sedangkan menurut pakar Alquran a l-Ashfahani (tt: 127) bermakna pengetahuan akan hakikat sesuatu . Adapun secara istilah kata ilmu berarti sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris; benar- tidaknya suatu teori sains (ilmu) ditentukan oleh logis- tidaknya dan ada- tidaknya bukti empiris (Tafsir, 2011: 14). S ehingga ketika ilmu itu tidak logis namun ada bukti empiris itu namanya pengetahuan khayal. Sedangkan apabila ilmu itu logis namun tidak ada bukti empirisnya maka d