MENUNDUKKAN EGO INSANIAH DEMI MERAIH MARDHOTILLAH
MELALUI PELAKSANAAN
IBADAH IDUL ADHA
Hilman Fitry, S.Pd
اَللهُ
أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ – اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد.
اَللهُ
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ, صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ
عَبْدَهُ. وَأَعَزَّ جُنْدَهُ, وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ
الْكَافِرُوْنَ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّ
لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ وَمَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الَّذِيْ اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ, أَمَّا بَعْدُ
:فَيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ
وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ, أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ
فِيْهِ الصِّيَامَ فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ
وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ وَعَظِّمُوْاهُ وَتُوْبُوْا
إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوْاهُ.
Allahu Akbar
Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat
Idul Adha rahimakumulloh .
Segala puji hanya
milik Allah Jalla Jalaaluh. Pada Hari Raya Idul Adha ini sungguh kita
benar-benar berada dalam karunia dan rahmat Allah Jalla Jalaaluh yang amat
besar. Karena saat ini kita dikumpulkan oleh Allah Jalla Jalaaluh di tempat ini
dengan tujuan menggapai kemuliaan di hadapan Allah Jalla Jalaaluh.
Merenunglah sejenak akan keberadaan saudara-saudara kita yang belum dipilih
oleh Allah untuk mendapat rahmat-Nya. Yaitu mereka yang di saat ini telah
berada di dalam sebuah tempat berkumpul akan tetapi Allah murka kepada
mereka. Yaitu mereka-mereka yang lalai dan sibuk mengikuti hawa nafsu mereka
sehingga mereka tercebur di dalam kubang kemaksiatan dan kenistaan. Akan tetapi
kita pada saat ini pada detik ini diringankan dan dimudahkan oleh Allah
untuk berkumpul mendirikan sholat
Idul Adha di tempat ini. Inilah nikmat dan rahmat yang besar dari Allah Jalla
Jalaaluh untuk kita.
Allahu Akbar Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumulloh .
Nabi Ibrahim a.s.
adalah simbol seorang hamba yang sangat mencintai Tuhannya. Kecintaannya itu
dibuktikan melalui ketaatan melaksanakan setiap perintah-Nya. Bahkan ketika
Tuhan memintanya untuk menyembelih Ismail, anak kandung hasil perkawinannya
dengan Hajar, ia tak mangkir darinya. Padahal, sebagai seorang manusia yang
mempunyai akal dan perasaan, Ibrahim tentu menghadapi dilema yang begitu hebat
ketika menerima perintah yang hadir melalui mimpi itu. Siapapun orangnya yang
menghadapi situasi serupa tentu wajar bila bertanya-tanya, benarkah mimpi itu (ru'yat
al-haq) bersumber dari Tuhan? Ataukah ia tak lebih dari sekedar bunga tidur
dan tipuan setan? Mungkinkah Tuhan Yang Maha Kasih memerintahkan seorang hamba
yang dipilih-Nya sebagai rasul untuk menyembelih anaknya sendiri? Diceritakan bahwasannya Nabi Ibrahim a.s. melalui 3 tahap ru'yah atau mimpi sampai ia benar-benar yakin untuk melaksanakan perintah Allah Jalla Jalaaluh yang ia terima melalui mimpinya itu. 3 tahap ru'yah itu meliputi tahap pertama ru'yah di malam 8 Dzulhijjah, di mana Ibrahim a.s. bermimpi menyembelih anak kandunganya yakni Ismail a.s. namun ia masih bimbang apakah ini mimpi dari Allah ataukah syaithan maka kita kenal 8 Dzulhijjah sekarang dengan yaumut Tarwiyyah, tahap kedua ru'yah di malam ke 9 Dzulhijjah di mana beliau pun bermimpi yang sama dengan malam sebelumnya sehingga ia mengetahui ('arafa annahu minAlloh) bahwa mimpi tersebut benar berasal dari Allah, maka kita kenal 9 Dzulhijjah sebagai yaumul 'Arafah, tahap ketiga ru'yah di malam 10 Dzulhijjah di mana Nabi Ibrahim a.s. bermimpi yang sama lagi sebagaimana yang terjadi di 2 malam sebelumnya, kali ini dia benar-benar yakin bahwa mimpinya itu benar datangnya dari Allah Ta'ala dan ia bertikad untuk melaksanakannya esok harinya oleh sebab itu kita kenal hari 10 Dzulhijjah itu yaumun Nahr. Berdasarkan hal tersebut kita dapat mengambil sebuah hukum bahwa sebuah mimpi bagi para Nabi
a.s. ialah mimpi yang benar datangnya dari Allah dan segala perilakunya
didasarkan atas perintah dari Allah Jalla Jalaaluh. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Prof. Dr. Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya (23:118).
Allahu Akbar Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumulloh .
Sebagai
seorang bapak, ia bisa saja melawan atau menentang perintah ini tatkala hati dan
akal sehatnya menjumpai kemustahilan bahwa Tuhan Yang Maha Cinta tega menyuruhnya
membunuh anak sendiri. Anak yang semenjak bayi hampir-hampir tak pernah diasuhnya.
Tiadakah Tuhan berbelas kasih kepadanya? Mengapa Ismail yang telah begitu lama
dirindukannya itu harus mati disembelih oleh tangannya sendiri? Belum lagi
sebagai seorang suami yang telah meninggalkan istrinya sekian lama.
Bertahun-tahun Siti Hajar seorang diri harus mengasuh Ismail di tengah sahara
yang tak berpenghuni dengan susah payah. Dimana dalam tafsir Prof.Dr. Wahbah
Zuhaili ditafsirkan dengan hajariyyah laa tanbutu (tanah berbatu yang
tandus). Lantas, ketika anak itu mulai beranjak besar dan sedang lucu-lucunya,
mungkinkah Tuhan sampai hati untuk merenggutnya? Jauh dari suami, perempuan
Hajar sanggup menanggung kesepian. Tetapi sebagai seorang ibu, ia tidak putus
asa dikarenakan cobaan yang begitu dalam dengan adanya perintah penyembelihan
buah hati pelipur laranya itu.
Allahu Akbar Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumulloh .
Nyatanya, Nabi
Ibrahim a.s. sang khalilulloh sang kekasih Allah Jalla Jalaaluh lebih memilih
memenangkan cintanya kepada Tuhannya daripada kecintaan kepada anak-istrinya.
Ia lebih memilih menanggung pilunya hati sebagai seorang ayah dan juga suami
demi mewujudkan perintah Rabb-Nya. Oleh sebab itu, Allah Jalla Jalaaluh, Dia tak
kan membiarkan para pecinta sejatinya berkorban untuk-Nya melebihi batas-batas
kewarasan nalar dan kejernihan nurani kemanusiaannya sendiri. Maka, tatkala
Ibrahim dan Ismail telah berpasrah diri untuk memenuhi amanat mimpi itu, Tuhan
menyelamatkan keduanya dengan kabar gembira. Tuhan mengutus malaikat Jibril
membawa binatang domba (kibas) kepada Ibrahim untuk mengganti Ismail sebagai
obyek sembelihan qurban. Peristiwa inilah yang kemudian diabadikan oleh
Tuhan sebagai salah satu ritual penting dari risalah yang diserukan oleh Nabi
kita Muhammad s.a.w. Jadi, Idul Adha memang tidak bisa dilepaskan dari kisah
perjalanan spiritual Ibrahim, tokoh sejarah yang dikenal sebagai bapak para
nabi.
Allahu Akbar Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumulloh .
Lantas,
pelajaran kearifan universal apa yang bisa kita ambil dari kisah Ibrahim dan keluarganya
itu?
Pertama, Ibrahim telah mampu menundukkan
ego insaniah (kemanusiannya) kepada kehendak Tuhan. Sebagai manusia yang
dikaruniai kecerdasan akal dan keunggulan akhlak, keberanian melalui cobaan
cinta ini tentu sesuatu yang sangat luar biasa. Apabila dibandingkan dengan perlawanannya terhadap kekuasaan
politik Namrudz atau kekuatan kultural masyarakatnya yang menyembah berhala,
ujian menyembelih Ismail tersebut terbilang lebih berat dan sukar dipenuhi.
Andaikan saja bisa, di usia senjanya, Ibrahim yang telah siap mati menjadi syuhada
sejak muda demi menyerukan ajaran Tuhannya itu tentu rela disembelih
menggantikan tempat anaknya yang baru beranjak remaja. Tetapi ia menyadari
keterbatasan dirinya sebagai makhluk Allah. Nabi Ibrahim a.s. telah menundukkan
egonya dengan mentransendensikan (menghubungkan lalu menyerahkan) segenap
hidupnya hanya kepada Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Maka tidaklah berlebihan
jika Ibrahim layak disebut sebagai tokoh pecinta atau kekasih yang paling hanif.
Berbeda dengan kita saat ini dikarenakan ego kemanusiaan (insaniah) memilih
untuk tidak membangunkan anak kita yang masih kecil untuk menunaikan shalat
subuh dikarenakan kasian atau dengan alasan belum balig ini, padahal Nabi
Muhammad s.a.w. memerintahkan kita agar menyuruh anak-anak kita mendirikan
shalat sejak umur 7 tahun. Atau pun terkadang kita mendapatkan
anak-anak berbicara kasar, sering mengumpat,dan berbicara yang tidak layak didengar
oleh orang dewasa sekalipun, namun kita membiarkannya.. Ketahuilah tidak akan ada
perilaku ganjil lahir dari diri anak melainkan karena adanya pembiaran
oleh orang tua. Mungkin awalnya hanya dianggap sesuatu yang lucu dan
menggemaskan. Atau orang tua hanya
menganggap itu hanya perilaku anak kecil dengan ungkapan “namanya juga
anak-anak” namun ini adalah ungkapan yang tidak boleh dianggap sepele ketika
melihat perilaku buruk dari anak. Ini salah satu kesalahan orang tua yaitu
sering membiarkan perilaku yang tidak baik dari anak. Ingatlah anak shaleh lahir dari orang tua yang
shaleh. Oleh karena itu biasakanlah menundukkan ego insaniah kita melalui jalan menghubungkan serta menyerahkan segenap
hidup kita hanya kepada Allah Jalla Jalaaluh.
Kedua, pengorbanan tertinggi dalam agama
yaitu kesabaran dalam menempuh kehidupan yang hampir tak pernah sepi dari
cobaan. Ini selaras dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kesabaran di sini
dapat berarti kemampuan meredam gelegak nafsu syahwati agar tidak
memperturutkan ego pribadi yang menodai kewarasan nalar dan kejernihan nurani. Bahkan
ketika ego itu dibungkus sedemikian rapi dengan baju agama, kesalehan bertuhan
tak boleh melalaikan pertimbangan akal sehat dan kearifan hati. Melalui kisah
ini, umat manusia diajari oleh Tuhan bahwa jangan ada lagi pengorbanan manusia
oleh manusia dengan mengatasnamakan-Nya. Agama diturunkan Tuhan bukan untuk
menjerumuskan manusia ke dalam nafsu kebinatangan, melainkan justru
mengangkatnya kepada maqam hamba ('abdun) yang menghargai
kemanusiaan atau dari hanya hamba yang bertitle ‘abiid menjadi ‘ibaad
karena dalam buku “Kaidah Tafsir” Prof.Dr. M. Quraish Shihab menjelaskan ‘abiid
itu hamba yang masih melakukan keburukan dan kerusakan ditandai dengan
huruf ya setelah huruf ba dan sebelum huruf dal yang menunjukkan makna rodzilah
yakni kehinaan atau kerendahan, adapun kata ‘ibaad hamba Allah yang
mulia yang senantiasa menebar kebaikan di muka bumi ini ditandai dengan huruf
alif setelah huruf ba dan sebelum huruf dal yang menunjukkan makna ar rif’ah,
al ‘aliyah yakni ketinggian atau kemuliaan. Dengan kata lain melalui
qurban Tuhan mendidik manusia agar mencintai keadaban (kebaikan) dan membenci
segala bentuk kebiadaban atau kerusakan.
Allahu Akbar Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumulloh .
Ketiga, agama diturunkan oleh Allah Jalla
Jalaaluh untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia. Dengan agama yang
diserukan oleh para rasul-Nya, Tuhan tak menghendaki hamba-hamba-Nya celaka dan
hidup dalam kesengsaraan. Tuhan justru menunjukkan bahwa jalan keselamatan
(disimbolkan sosok Ismail) dan jalan kebahagiaan (disimbolkan daging kibas)
yang seharusnya dipilih oleh manusia. Keselamatan dan kebahagiaan dalam
beragama itu tentu patut dimaknai sebagai ajaran yang senantiasa berdimensi
personal sekaligus sosial. Bukankah Tuhan tak membiarkan kekasih-Nya Ibrahim
meraih keselamatan dan kebahagiaannya sendiri dengan mengorbankan orang lain
yang tak berdosa (Ismail dan Hajar)? Tuhan memang sengaja meminta Ibrahim
melakukannya, tetapi sebagai ujian yang disemangati oleh cinta dan bukannya
siksaan ('azab) yang lahir dari benci, perintah itu berujung pada
keselamatan yang membahagiakan dan bukannya celaka yang menyengsarakan. Maka,
bila kini ada perilaku seseorang atau sekelompok orang yang mengatasnamakan
agama tetapi ujungnya justru petaka yang mengorbankan dan menyengsarakan
manusia lainnya, sungguh hal itu tak lebih dari suatu manipulasi keji dan semena-mena
terhadap Tuhan.
Allahu Akbar Allohu Akbar walillahil Hamd.
Jama’ah Shalat Idul Adha rahimakumulloh .
Semoga Allah Ta’ala di hari raya
Idul Adha ini membebaskan
kita dari kesusahan serta kefakiran baik di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah Jalla Jalaaluh memberikan kemampuan menundukkan ego insaniah kita demi meraih mardhotillah. Mari
berjuang dan berkurban dengan apapun yang Allah berikan kepada kita demi
menuai kemuliaan kelak di surga Allah Jalla Jalaaluh. Wallahu a’lam bisshowab
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَللهُ أَكْبَرُ -
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، هو الله أكبر، اَللهُ
أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ مَنَّ عَلَيْنَا بِهَذِهِ الصَّبِيْحَةِ الْمُبَارَكَةِ اللاَّمِعَةِ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ الطَّاهِرِيْنَ
وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ،
اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ تَكُوْنُوْا عِنْدَهُ مِنَ الْمُفْلِحِيْنَ
الْفَائِزِيْنَ. عَبَادَ اللهِ ، صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىَ خَاتَمِ
النَّبِيّيْنَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِيْنَ ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ الرَّبُّ
الْكَرِيْمُ فَقَالَ سُبْحَانَهُ قَوْلاً كَرِيْمًا: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٥٦ : الأحزاب). اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى
عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الَّذِيْنَ عَلا بِهِمْ مَنَارُ اْلإِيْمَانِ وَارْتَفَعَ. اَللّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ ويا َقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ اسْتُرْ
عَوْرَاتِنَا وآمِنْ رَوْعَاتِنَا وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ
مَاتَخَوَّفَنَا . ربنا هب لنا من أزواجنا
وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. برحمتك يا أرحم
الراحمين و الحمد لله رب العالمين. عِبَادَ اللهِ
إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإيِـْـتَاءِ ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ، اُذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ
يَزِدْكُمْ واسْتَغْفِرُواهُ يَغْفِرْ لَكُمْ واتّقُوْاهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ
أَمْرِكُمْ مَخْرَجاً. و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
The first $100 bonus code is MAXBONUS! - JCM Hub
ReplyDeleteThe first $100 bonus code 속초 출장샵 is MAXBONUS. The 양주 출장샵 first $100 bonus code is MAXBONUS. The first $100 bonus 광양 출장마사지 code is MAXBONUS. 광명 출장샵 The first 포천 출장마사지 $100 bonus code is MAXBONUS. The first $100 bonus code is MAXBONUS. The first $100 bonus code is MAXBONUS. The first $100 bonus code is MAXBONUS.