BERHATI-HATILAH TERHADAP KETENARAN DIRIMU!!!
Hilman Fitri
إنَّ الحَمْدَ
لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ
سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا
هَادِي لَهُ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ
أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى
اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى إلى يوم القيامة. قال الله تعالى في
القرآن الكريم أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا.
Jama’ah
yang dirahmati Allah SWT
Khatib
mewasiatkan kepada seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah Swt. Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal perbuatan,
yang tidak mengharapkan apapun dan ridha siapapun kecuali hanya ridha Allah ﷻ. Sehingga amal kita diterima di sisi Allah serta mendapatkan
balasan berupa jannah-Nya yang penuh dengan kenikmatan.
Hadirin
sidang jum’ah yang dirahmati Allah SWT
Hari
ini kita dihadapkan pada suatu masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian
manusia menjadi ukuran kemuliaan dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain.
Bahwa orang hebat adalah yang terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana,
orang sukses adalah orang yang punya kedudukan serta jabatan tinggi. Orang
besar adalah mereka yang selalu bekecukupan harta dan hidup tanpa kesusahan,
serta seabrek indikator-indikator ‘palsu’ dimunculkan untuk merusak pemahaman
manusia tentang makna kesuksesan dan kemuliaan. Supaya manusia tertipu dan lupa
pada hakikat ketinggian dan kemuliaan yang sebenarnya, yakni ketaqwaan dan
ketaatan kepada Allah. “Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah
yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)
Akibatnya,
banyak orang yang akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan
manusia, tanpa peduli lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan
itu disenangi dan dikagumi serta mulia di mata manusia, syariat Allah rela
dijadikan tumbal. Akhirnya, muncullah golongan manusia yang beramal supaya
dilihat dan dipuji oleh orang lain, atau beramal karena riya’.
Mereka berebut agar bisa menjadi objek pujian dan perhatian manusia dalam
setiap amal yang mereka kerjakan. Karena mereka menganggapnya sebagai upaya ‘mengejar
kesuksesan’.
Tanpa
disadari, sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa
hidup bukan hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa,
bahwa esensi dari penciptaan mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas
hanya kepada-Nya. Semua perbuatan kita, baik atau buruk, besar atau kecil pasti
akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi mereka yang beramal karena Allah,
Allah sendirilah yang telah menjamin pahala dan balasannya. Lalu, bagaimana
mereka yang beramal dengan menjilat manusia?
Rasulullah
ﷺ bersabda,
مَنِ
التَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ،
وَمَنِ التَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى
النَّاسِ
“Barangsiapa
yang mencari keridhaan Allah meskipun ia memperoleh kebencian dari manusia,
maka Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan kepada manusia. Dan
barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah,
maka Allah akan menyerahkanya kepada manusia.” (HR Tirmidzi jilid 4 nomor hadis ke 2414).
Imam
Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi mengatakan,
(وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى
النَّاسِ) أَيْ سَلَّطَ اللَّهُ النَّاسَ عَلَيْهِ حَتَّى يُؤْذُوهُ وَيَظْلِمُوا
عَلَيْهِ “Maksudnya, Allah akan
menjadikannya berada dibawah kuasa manusia, lalu mereka menyakiti dan
menganiayanya.”
Yang
menyedihkan, penyakit haus pujian atau riya’ ini ternyata
tidak hanya menyerang kalangan awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru
orang-orang yang faham akan bahaya riya’ itu sendiri. Mereka
yang ahli ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta para
penghafal al-qur’an justru lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini.
Kuantitas amal shalih yang mereka kerjakan, ternyata membuat setan tergiur
untuk mengggelincirkan kelompok ini, agar keikhlasan mereka pudar, dan ganti
beramal untuk manusia, pujian, serta kedudukan.
Terdapat sebuah kisah yang saya kira berkaitan dengan hal
ini, dalam buku “Wasiat sang Guru” karangan Ahmad Sufimuda hal. 37, di mana
dikisahkan bahwa:
Suatu
malam, Maulana Jalaluddin Rumi mengundang Syams Tabrizi ke rumahnya. Sang
Mursyid Syamsuddin pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Maulana.
Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi “Apakah
kau bisa menyediakan minuman untukku?” (yang dimaksud: arak/khamr) Maulana
kaget mendengarnya, “Memangnya anda juga minum?” “Iya”, jawab
Syams.
Maulana
masih terkejut, ”Maaf, saya tidak mengetahui hal ini.” “Sekarang
kau sudah tahu. Maka sediakanlah.” “Di waktu malam
seperti ini, dari mana aku bisa mendapatkan arak?” “Perintahkan
saja salah
satu pembantumu untuk membelinya.” “Kehormatanku
di hadapan para pembantuku akan hilang.” “Kalau begitu,
kau sendiri pergilah keluar untuk membeli minuman.” “Seluruh
kota mengenalku. Bagaimana bisa aku keluar membeli minuman?” “Kalau
kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum,
malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak bisa tidur.”
Karena kecintaan Rumi pada Syams, akhirnya Maulana
memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah
pemukiman kaum Nasrani. Sampai sebelum ia masuk ke pemukiman tersebut, tidak
ada yang berpikir macam-macam terhadapnya, namun begitu ia masuk ke pemukiman
kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya menguntitnya dari belakang. Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat
mengisikan botol minuman kemudian ia sembunyikan lagi di balik jubah lalu
keluar.
Setelah
itu ia diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga
sampailah Maulana di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota. Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya
tadi berteriak, “Ya ayyuhan naas, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam
shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman!!!”
Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Maulana. Khalayak melihat botol yang dipegang Maulana. “Orang yang mengaku
ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”
Orang itu menambahi siarannya.
Orang-orang
bergantian meludahi muka Maulana dan memukulinya hingga serban yang ada di
kepalanya lengser ke leher. Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan
pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh
kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada
juga yang berniat membunuhnya.
Tiba-tiba
terdengarlah suara Syams Tabrizi, “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian
telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum khamr, ketahuilah
bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan.” Seseorang dari
mereka masih mengelak. “Ini bukan cuka, ini arak”. Syams mengambil botol dan membuka
tutupnya. Dia meneteskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya.
Mereka terkejut karena yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli
kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Maulana. Mereka berdesakan untuk
meminta maaf dan menciumi tangan Maulana hingga pelan-pelan mereka pergi satu
demi satu. Rumi berkata pada Syams, “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam
masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa
maksud semua ini?” “Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya
khayalan semata. Kau pikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini
sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya karena dugaan satu botol
minuman saja semua penghormatan itu sirna dan mereka jadi meludahimu, memukuli
kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau
perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.” Maka
bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh
perubahan zaman. Bersandarlah pada Allah kata Syams Tibrizi. Dalam kisah tersebut sang guru
mursyid dari maulana Rumi mengingatkannya agar tidak lalai dari jalan Allah,
karena pujian dan sanjungan ibarat irama musik yang senantiasa hadir menemani
perjalanan seseorang dalam menggapai kebenaran serta kesuksesan yang hakiki.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا
كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمِّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ؛ عِبَادَ
اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Rasulullah pernah mengajarkan sebuah doa yang dapat kita jadikan perisai
dari perbuatan ingin dipuji atau dielu-elukan, di mana hal
ini terkategorikan syrik kecil. Rasulullah s.a.w. menyuruh kita untuk
senantiasa membaca:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ
أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ
(Ya
Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan
sesuatu yang kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang
tidak kami ketahui).” (HR Ahmad Jilid 6 No. 29547 )
Semoga
Allah senantiasa menjaga keikhlasan hati kita dan menjauhkan kita dari beramal
karena pujian dan penglihatan manusia karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
semua yang kita sembunyikan dalam hati.
إن الله وملائكته يصلون على النبي
ياأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات
الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ
بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا
نَعْلَمُ. ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذاب النار. سبحان ربك
رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين.
Comments
Post a Comment