PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN BERBICARA

HFD
Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengembangkan karakter dan budaya bangsa telah banyak dilakukan. Salah satunya melalui pembelajaran berbicara pada mata pelajaran bahasa. Baik itu dalam mata pelajaran bahasa ibu (first language) ataupun bahasa kedua (second language) / bahasa asing.
Bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan. Dengan demikian, bahasa merupakan hal yang paling hakiki dalam kehidupan manusia. Bahkan, bahasa yang digunakan manusia itu memiliki keunikan tersendiri. Hal itu disebabkan bahasa merupakan sistem arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1993: 21). Aziz (2010) juga mengungkapkan bahwa:
لكلّ لغة من اللغات الإنسانية أنظمة تركيبية، لها خاصية التعدد و الترابط و التداخل، يضبطها النحو، يحورها و يحركها باتجاه دلالات متعددة.
Begitu pula Rosyidi dan Ni’mah (2012: 10) menjelaskan bahwa “setiap bahasa memiliki sistem yang utuh dan cukup mengekspresikan maksud penuturnya, oleh karena itu tidak ada satu bahasa yang unggul atas bahasa lainnya.
Dalam tahap pembelajarannya, kita temukan terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada peserta didik sehingga mereka mampu menguasainya, yakni mendengar, membaca, menulis, dan berbicara.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan mengulas mengenai pengembangan karakter dalam pembelajaran berbicara yang merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh setiap perserta didik pada tiap jenjang pendidikannya. 
Pada tahap prabicara, siswa dapat melakukan serangkaian aktivitas seperti eksplorasi fenomena untuk mendapatkan ide. Kegiatan ini akan menuntut siswa untuk mendayagunakan panca indera dan perasaannya dalam mengangkap ilham atau ide dasar pembicaraannya. Pada saat siswa melakukan kegiatan eksplorasi, ia sebenarnya sedang membiasakan diri untuk teliti, cermat, peka, antusias, tanggungjawab, dan disiplin. Pada saat siswa menulis naskah secara kooperatif, siswa akan dibiasakan untuk saling menghargai, kerja sama, tanggungjawab, dan kreatif. Demikian pula pada tahap latihan siswa dituntut untuk mengembangkan karakter sungguh-sungguh, berorientasi hasil, dan kreatif.
Pada tahap berbicara, siswa akan terbangun nilai karakter disiplin, kepemimpinan, sungguh-sungguh, berorientasi prestasi, dan sopan serta santun. Hal  ini disebabkan proses berbicara akan menuntut kemampuan bertukar peran, giliran tuturan, sehingga memerlukan konsentrasi dan kesungguhan para pelaku. Dalam berpidato siswa dituntut untuk berpakaian santun, bertutur yang sopan, dan bergaya yang etis. Berdasarkan kenyataan tersebut jelaslah bahwa jjika aktivitas pada tahap berbicara, dilakukan dengan benar, siswa akan beroleh kemampuan berbicara sekaligus akan beroleh pengembangan karakter sehingga akhirnya karakter positif tersebut akan membudaya pada diri siswa.
Pada tahap pascabicara, dapat dilakukan aktivitas bertanya jawab yang dapat digunakan sebagai saluran membudaya karakter terutama nilai jujur, rasa ingin tahu, peduli, dan berorientasi pada prestasi. Pada aktivitas diskusi performa dan koreksi performa akan dibudayakan nilai karakter rendah hari, terbuka, jujur, beretika dan ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbicara dapat digunakan sebagai wahana bagi implementasi pendidikan karakter. Syarat utamanya yakni bahwa pembelajaran berbicara harus dilakukan dalam gamitan pembelajaran aktif dan kreatif.
Referensi:
Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Rosyidi, W.A. dan Ni’mah, M. (2012). Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Maliki Press.
عزيز، كوليزار كاكل و قادر، فخرية غريب. (2010). الدلالة التركيبة في سورة التوبة. مجلة جامعة تكريت للعلوم الإنسانية. المجلد (17)، العدد (9)، تشرين الأول (2010).

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

KAJIAN BALAGHAH: JINAS

المشاكلة في البلاغة