IMAN: ASAS DAN BUAHNYA SIKAP OPTIMIS



Hilman Fitri
Dengan menyebut nama Allah Jalla Jalâluh. Segala puji bagi Allah Pemelihara Alam Jagat Raya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang telah diutus dengan petunjuk dan Dinul Islam. Dengan itu, Allah menjadikan umat manusia berada dalam kedamaian dan kesejahteraan di bawah naungan ajaran Islam.
Sikap optimis yang dimaksud dalam pembahasan kita kali ini adalah berprasangka baik kepada Allah Jalla Jalâluh, mengharapkan yang baik di masa depan, dengan tidak menjadikan kemalangan sampai menjerumuskannya ke lembah keputusasaan. Hal ini dikarenakan ia berfikir bahwa segala ketentuan yang berada di sisi Allah lebih dekat dengannya daripada yang dia perkirakan.
Optimis bagaikan cahaya yang menyinari perjalanan hidup kita, membantu kita mewujudkan kehidupan yang penuh kedamaian dan cinta, sekaligus mampu membuat kita merealisasikan harapan dan impian kita, karena kita berfikir bahwa segalanya berada dalam kuasa dan iradahnya Allah Jalla Jalâluh.
Berbicara mengenai sifat optimis mari kita renungkan kisah Musa a.s. dalam Alquran. Hal ini dikarenakan Kisah Nabi Musa alaihissalam adalah kisah yang paling banyak mendapatkan porsi di dalam Al Qur’an yakni, terdapat di 10 surah dan disebutkan sebanyak 136 kali. Kisah yang sarat dengan pelajaran dan banyak mengandung ibroh ini amat penting kita pahami untuk melihat bagaimana kebenaran itu pada akhirnya menggilas kejahatan.
Allah  memerintahkan Musa a.s. dan Harun a.s. untuk berdakwah kepada Fir’aun dan para pengikutnya. Namun Musa a.s. dan Harun a.s. berkata “Wahai Tuhan Kami, sungguh kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.”  Maka Allah Ta’ala menjawab “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” Ibn Katsir menafsirkan ayat ini dengan berkata “Janganlah kamu berdua takut kepada Fir’aun,sesungguhnya Aku selalu bersamamu, Aku mendengar pembuicaraanmu dan pembicaraannya, dan Aku melihat tempatmu dan tempatnya, tiada sesuatu pundari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir’aun berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku. Maka tidaklah ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizing-Ku dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku, pertolongan dan dukungan-Ku.” Sehingga dengan jawaban Allah ini, disertai dengan keyakinan akan kebenaran yang disampaikan Allah, mereka berdua optimis bahwa Allah akan melindungi mereka ketika mereka berdakwah di hadapan Fir’aun.
Ungkapan yang sangat menakjubkan “Janganlah kamu khawatir, sesungguhnya Allah bersama kamu, Allah mendengar dan melihat kamu” kata-kata yang paling indah untuk mengobati kecemasan dan pesimisme. Dengan demikian setiap mukmin harus ingat kalimat ini ketika dihadapkan pada posisi yang sulit bahwa Allah akan senantiasa memperhatikan gerak gerik langkah kita demi memperjuangkan dan memperoleh tujuan yang kita inginkan.
Oleh karena itu melihat dunia hari ini, kita membutuhkan orang-orang yang optimis, yang berani menyuarakan keadilan di hadapan pemimpin yang zalim, berani memperjuangkan mereka yang tertindas. Demi mewujudkan kehidupan yang penuh cinta dan kedamaian.
Itu semuanya kembali kepada diri kita sendiri, apakah mau bersabar untuk merubahnya ke arah yang lebih baik atau tidak, sebagaimana  ditegaskan oleh Allah Jalla Jalâluh dalam Q.S. Yasin: 19, 
﴿ طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ ﴾ سورة يس الآية : 19
"Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri.” Begitu juga dengan keberhasilanmu itu tergantung kamu sendiri.
Oleh sebab itu, berhasil tidaknya perjuangan untuk menyuarakan keadilan dan menolong mereka yang tertindas itu tergantung dari adanya sikap optimis dan pesimis pada diri anda sendiri,  karena munculnya sifat  optimis dan hilangnya sifat pesimis tidak jauh dari diri anda sendiri. Sifat optimis akan muncul tatkala anda percaya sepenuhnya bahwa di tangan Allah-lah segalanya bermula sebagaimana Musa a.s. dan saudaranya. Dengan begitu dia yakin bahwa Allah akan membuatnya kuat ketika dia lemah, dan ketika dia tidak tahu Allah memberinya ilmu atau solusinya.  Sehingga parameter untuk membedakan orang yang optimis dan pesimis ialah tingkat keimanan dan keta’atannya kepada Allah Jalla Jalâluh.
Terakhir marilah bersama saya merenungkan seruan ilahi ini dengan penuh optimisme dan harapan, renungkanlah bagaimana Al-Quran mengajarkan kepada kita harapan dan keyakinan terhadap rahmat Allah, dan kita selalu melantunkannya pada saat kita butuh dan menghadapi masalah, sehingga kelak Allah akan merespon permohonan kita, asalkan berdoa dengan tulus ikhlas hanya tertuju pada Allah semata. Allah berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”  [Al-Baqarah: 186].
 

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

KAJIAN BALAGHAH: JINAS

المشاكلة في البلاغة