Ta'niits wa Tadzkiir lafadz Malaikat dalam al Quran
Hilman Fitri
Pendidik Bahasa Arab, Hadis, dan Tahfidz Alquran
Persoalan: Mengapa Allah SWT menginformasikan malaikat yang terkadang penyebutannya tersebut itu menggunakan kalimat untuk mudzakar dalam satu waktu dan muannats di tempat yang lain dalam Qur’an, seperti Q.S al Hijr: 30 sebagai berikut;
فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (30)
“Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama,”..,,,dengan menggunakan fi’il untuk mudzakar.
Dan di Q.S Ali Imran: 39 Qur’an menyebut malaikat dengan menggunakan fi’il untuk muannas sebagaimana sebagai berikut;
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh".
Jawaban: sesungguhnya dalam al Quran itu terdapat sebuah aturan pengungkapan dalam masalah pemudzakaran serta pemuannatsan bagi lafadz malaikat, diantaranya sebagai berikut:
Bahwa setiap petintah yang ditujukan kepada para malaikat selalu menggunakan bentuk (shighat) mudzakar, seperti firman-Nya dalam Q.S al Baqarah: 31 dan 34 sebagai berikut:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan kita membaca bahwa Allah tidaklah memerintahkan mereka dalam bentuk muannats, oleh karena itu Dia swt tidak berkata seperti ini أسجدي atau yang semisalnya. Hal itu untuk menetapkan bahwa Malaikat itu bukanlah perempuan sebagaimana keyakinan orang-orang jahiliyyah, sebagaimana mereka telah Allah ceritakan sebagai berikut:
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19)
19. dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
serta pada ayat-ayat selain itu. Dhamir wawu itu khusus bagi mudzakar yang berakal, ini berbeda dengan perintah dalam bentuk muannats seperti اسجدي karena lafadz tersebut ditujukan bagi para muannats yang berakal maupun selain itu seperti seluruh yang tidak berakal baik mudzakar maupun muannats. Diantara firman-Nya ialah;
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ (10)
10. dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
Serta firman-Nya:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68)
68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
Dan inilah salah satu jalan untuk meluruskan keyakinan yang bathil.
Setiap fi’il (kata kerja) yang terletak setelah penyebutan malaikat selalu dalam bentuk mudzakar, seperti firman-Nya dalam Q.S an Nisa ayat 166:
لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنْزَلَ إِلَيْكَ أَنْزَلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (166)
166. (mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). cukuplah Allah yang mengakuinya.
Serta firman-Nya yang lain:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23)
23. (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (Q.S ar Ra’d)
) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (5)
5. hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.( Q.S asy Syuraa)
قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولًا (95)
95. Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi Rasul".
Dan Allah tidak berfirman “والملائكة تشهد” dan tidak pula berfirman: والملائكة تسبح بجمد ربها dan tidak pula yang lainnya.
Setiap sifat yang dialamatkan pada malaikat pasti mudzakar, sebagaimana firman-Nya:
لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلَا الْمَلَائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا (172)
172. Al masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29)
29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Dan Dia swt tidak berfirman dengan “ولا الملائكة المقربة”.
Setiap pekerjaan ibadah senantiasa menggunakan lafadz mudzakar, karena hal itu lebih sempurna, contohnya firman-Nya Ta’alaa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Jika menyangkut perkara yang penting serta lebih penting dari yang lainnya, seperti keadaan azab salah satunya lebih keras dari yang lainnya maka bagi azab yang lebih keras menggunakan mudzakar untuk menunjukkan kuatnya azab tersebut serta kerasnya, sebagaimana firman-Nya Q.S al Anfaal: 50:
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50)
50. kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri).
Lalu firman-Nya Ta’alaa:
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27)
27. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?
Di dalam ayat al Anfaal digunakan bentuk mudzakar يتوفى sedangkan dalam surat Muhammad dalam bentuk muannats yakni توقتهم dan hal itu dikarenakan dalam ayat al Anfaal berkenaan dengan peristiwa perang Badr.
Kemudian Allah mengakhiri ayat al Anfaal tersebut dengan وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ dan kalimat ini tidak disebutkan pada ayat Muhammad, sebagaimana ayat itu pun tidak berbicara mengenai perang, sehingga perkara yang lebih penting dan genting menggunakan bentuk mudzakar bagi malaikat.
Dalam masalah pemberian kabar gembira selalu menggunakan bentuk muannats, tidak menggunakan bentuk mudzakar, sebagaimana firman-Nya Ta’ala:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39) .......وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42)
39. kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh".
42. dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
Dan lihatlah bagaimana datangnya lafadz malaikat dalam bentuk mudzakar pada keadaan yang genting, sebagaimana firman-Nya:
وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا (25) الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا (26)
25. dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah Malaikat bergelombang-gelombang.
26. kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan yang Maha Pemurah. dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.(Q.S al Furqon)
Adapun dalam urusan pemberitaan kabar gembira menggunakan muannats, sebagaimana firman-Nya Ta’ala dalam Q.S Fussilat ayat 30:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Allah berkata dalam ayat yang pertama: “وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ” sedangkan dalam ayat tentang pemberian kabar gembira: “تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ”.
Lalu Anda berkata: akan tetapi malaikat telah memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim a.s dan fi’il yang disandarkan kepada mereka itu dalam bentuk mudzakar, firman-Nya Ta’alaa:
فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (28)
28. (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).(Q.S adz Dzariyaat)
Maka saya menjawab: bahwasannya Allah tidak menyebutkan malaikat pada kisah tersebut akan tetapi ia hanya menyebutkan tamu (dhaifi) sebagaimana firman-Nya:
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24)
24. Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (Yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?(Q.S adz Dzariyaat)
Sehingga perkataan بشروه itu disandarkan kepada tamu bukan disandarkan kepada malaikat.
Pendidik Bahasa Arab, Hadis, dan Tahfidz Alquran
Persoalan: Mengapa Allah SWT menginformasikan malaikat yang terkadang penyebutannya tersebut itu menggunakan kalimat untuk mudzakar dalam satu waktu dan muannats di tempat yang lain dalam Qur’an, seperti Q.S al Hijr: 30 sebagai berikut;
فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (30)
“Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama,”..,,,dengan menggunakan fi’il untuk mudzakar.
Dan di Q.S Ali Imran: 39 Qur’an menyebut malaikat dengan menggunakan fi’il untuk muannas sebagaimana sebagai berikut;
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39)
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh".
Jawaban: sesungguhnya dalam al Quran itu terdapat sebuah aturan pengungkapan dalam masalah pemudzakaran serta pemuannatsan bagi lafadz malaikat, diantaranya sebagai berikut:
Bahwa setiap petintah yang ditujukan kepada para malaikat selalu menggunakan bentuk (shighat) mudzakar, seperti firman-Nya dalam Q.S al Baqarah: 31 dan 34 sebagai berikut:
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (34)
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
34. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Dan kita membaca bahwa Allah tidaklah memerintahkan mereka dalam bentuk muannats, oleh karena itu Dia swt tidak berkata seperti ini أسجدي atau yang semisalnya. Hal itu untuk menetapkan bahwa Malaikat itu bukanlah perempuan sebagaimana keyakinan orang-orang jahiliyyah, sebagaimana mereka telah Allah ceritakan sebagai berikut:
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19)
19. dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
serta pada ayat-ayat selain itu. Dhamir wawu itu khusus bagi mudzakar yang berakal, ini berbeda dengan perintah dalam bentuk muannats seperti اسجدي karena lafadz tersebut ditujukan bagi para muannats yang berakal maupun selain itu seperti seluruh yang tidak berakal baik mudzakar maupun muannats. Diantara firman-Nya ialah;
وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ (10)
10. dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
Serta firman-Nya:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68)
68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
Dan inilah salah satu jalan untuk meluruskan keyakinan yang bathil.
Setiap fi’il (kata kerja) yang terletak setelah penyebutan malaikat selalu dalam bentuk mudzakar, seperti firman-Nya dalam Q.S an Nisa ayat 166:
لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنْزَلَ إِلَيْكَ أَنْزَلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا (166)
166. (mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). cukuplah Allah yang mengakuinya.
Serta firman-Nya yang lain:
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ (23)
23. (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (Q.S ar Ra’d)
) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْ فَوْقِهِنَّ وَالْمَلَائِكَةُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَلَا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (5)
5. hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.( Q.S asy Syuraa)
قُلْ لَوْ كَانَ فِي الْأَرْضِ مَلَائِكَةٌ يَمْشُونَ مُطْمَئِنِّينَ لَنَزَّلْنَا عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ مَلَكًا رَسُولًا (95)
95. Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang Malaikat menjadi Rasul".
Dan Allah tidak berfirman “والملائكة تشهد” dan tidak pula berfirman: والملائكة تسبح بجمد ربها dan tidak pula yang lainnya.
Setiap sifat yang dialamatkan pada malaikat pasti mudzakar, sebagaimana firman-Nya:
لَنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِلَّهِ وَلَا الْمَلَائِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا (172)
172. Al masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29)
29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Dan Dia swt tidak berfirman dengan “ولا الملائكة المقربة”.
Setiap pekerjaan ibadah senantiasa menggunakan lafadz mudzakar, karena hal itu lebih sempurna, contohnya firman-Nya Ta’alaa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (6)
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Jika menyangkut perkara yang penting serta lebih penting dari yang lainnya, seperti keadaan azab salah satunya lebih keras dari yang lainnya maka bagi azab yang lebih keras menggunakan mudzakar untuk menunjukkan kuatnya azab tersebut serta kerasnya, sebagaimana firman-Nya Q.S al Anfaal: 50:
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (50)
50. kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri).
Lalu firman-Nya Ta’alaa:
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ (27)
27. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?
Di dalam ayat al Anfaal digunakan bentuk mudzakar يتوفى sedangkan dalam surat Muhammad dalam bentuk muannats yakni توقتهم dan hal itu dikarenakan dalam ayat al Anfaal berkenaan dengan peristiwa perang Badr.
Kemudian Allah mengakhiri ayat al Anfaal tersebut dengan وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ dan kalimat ini tidak disebutkan pada ayat Muhammad, sebagaimana ayat itu pun tidak berbicara mengenai perang, sehingga perkara yang lebih penting dan genting menggunakan bentuk mudzakar bagi malaikat.
Dalam masalah pemberian kabar gembira selalu menggunakan bentuk muannats, tidak menggunakan bentuk mudzakar, sebagaimana firman-Nya Ta’ala:
فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ (39) .......وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42)
39. kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi Termasuk keturunan orang-orang saleh".
42. dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
Dan lihatlah bagaimana datangnya lafadz malaikat dalam bentuk mudzakar pada keadaan yang genting, sebagaimana firman-Nya:
وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ تَنْزِيلًا (25) الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا (26)
25. dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah Malaikat bergelombang-gelombang.
26. kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan yang Maha Pemurah. dan adalah (hari itu), satu hari penuh kesukaran bagi orang-orang kafir.(Q.S al Furqon)
Adapun dalam urusan pemberitaan kabar gembira menggunakan muannats, sebagaimana firman-Nya Ta’ala dalam Q.S Fussilat ayat 30:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30)
30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Allah berkata dalam ayat yang pertama: “وَنُزِّلَ الْمَلَائِكَةُ” sedangkan dalam ayat tentang pemberian kabar gembira: “تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ”.
Lalu Anda berkata: akan tetapi malaikat telah memberikan kabar gembira kepada Nabi Ibrahim a.s dan fi’il yang disandarkan kepada mereka itu dalam bentuk mudzakar, firman-Nya Ta’alaa:
فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً قَالُوا لَا تَخَفْ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (28)
28. (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. mereka berkata: "Janganlah kamu takut", dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).(Q.S adz Dzariyaat)
Maka saya menjawab: bahwasannya Allah tidak menyebutkan malaikat pada kisah tersebut akan tetapi ia hanya menyebutkan tamu (dhaifi) sebagaimana firman-Nya:
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ (24)
24. Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (Yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan?(Q.S adz Dzariyaat)
Sehingga perkataan بشروه itu disandarkan kepada tamu bukan disandarkan kepada malaikat.
Comments
Post a Comment