Mengkaji Diri Sendiri: Merenungi Kekuasaan dan Kemurahan Ilahi
Hilman Fitri S.Pd
disampaikan di Masjid Nurul Huda Cibulan Kota Banjar
disampaikan di Masjid Nurul Huda Cibulan Kota Banjar
Allah
SWT berfirman dalam surah adz Dzariyaat ayat 21 sebagai berikut:
وَفِي أَنْفُسِكُمْ
أَفَلا تُبْصِرُونَ
Dalam
diri kamu ada tanda-tanda kebesaran Allah. Ada tanda-tanda wujud dan
keesaan-Nya. Apakah kamu tidak memperhatikan?
Quraish
Shihab dalam tafsirnya menafsirkan ayat ini seraya berkata: “Bukti-bukti
keesaan dan kekuasaan Allah pada diri manusia dapat terlihat antara lain pada
kejadian penciptaan manusia yang sangat unik
beserta organ-organ tubuhnya yang demikian serasi tapi kompleks,
demikian juga pada tingkah lakunya yang demikian rumit.”
Seorang
sastrawan Arab, pernah berkata mengenai hal ini jauh sebelum adanya penemuan
sekian banyak hakikat ilmiah yang sangat
mengagumkan menyangkut manusia, yakni:
تحسب أنك جرم صغيير # وفيك
انطوى العالم الأكبر
Hai manusia engkau mengira dirimu benda yang kecil!
Padahal dalam dirimu terkandung alam yang amat besar!
Manusia adalah kekasih Allah. Alam raya ini diciptakan
untuk manusia. Itu salah satu tanda kasih-Nya. Manusia diciptakan sesuai
petanya. Manusia dianugerahinya potensi-potensi yang dapat menjadikannya
memiliki secercah dari sifat sifat ilahi. Manusia dianugerahinya panca indera,
dianugerahinya anggota tubuh. Yang kesemuanya apabila direnungkan, maka
mengantarkan kita mengetahui kebesaran dan keagungan Allah.
Perhatikanlah jari-jari manusia, tidak seorang pun
yang sama sidik jarinya. Perhatikanlah tangan manusia betapa lentur dan
mudahnya dia bergerak. Ketika anda membaca sebuah buku, lembaran demi lembaran
anda membukanya dengan jari-jari ini, tetapi jari-jari anda akan begitu kuatnya
ketika mengangkat sesuatu yang berat. Selain itu kekuasaan dan keagungan Allah
dalam struktur tangan ini tidak hanya itu saja, bahkan jari jari kita dapat
membedakan benjolan-benjolan, walaupun sedemikian rendah, bahkan sebagian pakar
berkata 1/250.000 cm ketinggiannya pun
dapat dirasakan oleh jari-jari kita ini. Lihatlah lidah dengannya kita
dapat merasakan berbagai macam rasa. Lalu kita perhatikan hidung betapa banyak
aroma yang yang dibeda-bedakan. Walhasil, jika kita merenungkan diri kita, kita
akan kagum atau bahkan menyadari, betapa agung Allah SWT. Betapa besar
nikmat-Nya kepada kita. Belum lagi petunjuk-petunjuk yang diberikan-Nya.. Kita
diminta—Nya untuk hadir ke bumi ini untuk mengikuti petunjuk-Nya. Dipersiapkan
segala sesuatu yang kita butuhkan di sini. Dan kita kalau kita kembali
kepada-Nya dipersiapkan pula syurga-Nya bagi mereka yang taat, bagi mereka yang
patuh kepada-Nya.
Jama’ah rahimakumullah. Saya kira wajar jika dalam
Alquran surah al Infithar ayat 6, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Wahai manusia apa yang menjadikan engkau durhaka, apa
yang melengahkan engkau dari mengingat kebesaran Allah yang begitu banyak
anugerah-Nya kepada kita. Sungguh tidak wajar manusia mendurhakainya.
Kata al karim الكريم yang menyifati Allah dalam Alquran, dan
ditemukan sebanyak 3x, kesemuaannya merujuk kepada-Nya dengan kata Rabb رب. Bahkan,
kata أكرم
(dalam bentuk superlative) merupakan sifat pertama yang diperkenalkan-Nya pada
wahyu pertama pun menunjuk kepada-Nya dengan kata Rabb, yaitu firman-Nya: Iqra
wa rabbukal akram. Penyifatan Rabb dengan al Kariim menunjukkan
bahwa anugerah kemurahan-Nya dalam berbagai aspek itu dikaitkan dengan sifat
rububiyah-Nya, yakni pendidikan, pemeliharaan, dan perbaikan makhluk-Nya.
Sehingga anugerah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu berbarengan serta
bertujuan sebagai perbaikan dan pemeliharaan.
Ibn Arabi menjelaskan sifat Allah ini dengan berkata:
“Dialah Allah yang bergembira dengan diterimanya anugerah-Nya, serta yang
member sambil memuji yang diberi-Nya, Dia yang memberi siapa yang
mendurhakai-Nya, bahkan memberi sebelum diminta.”
Sehingga menurut al Maraghi dalam tafsirnya “Dengan
kemurahan-Nya hendaknya kamu tidak berlaku maksiat kepada-Nya dan tidak
menentang perintah-Nya.”
Barakallohu lii wa lakum.
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin. Wa bihi nasta’iinu
‘ala umurid dunya wad diin. Was sholaatu was salaamu ‘ala Muhammadin s.a.w. wa
‘ala aalihi wa sohbiihi wa man tabi’ahum ilaa yaumiddin. Asyhadu alla ilaaha
illa Allah wa asyhadu anna muhammadarosulullah. Usiikum wa nafsi bittaqwallah.
Amma ba’du.
Banyak sekali anugerah Allah kepada kita.
وآتاكم من كل ما سألتموه و
إن تعدوا نعمت الله لا تحصوها إن الإنسان لظلوم كفار
Tapi dalam saat yang sama tidak sedikit pelanggaran
pelanggaran kita terhadap perintah-perintah-Nya. Kita merasa sakit, padahal
sebenarnya penyakit itu adalah ulah kita. Sehingga kuncinya sakit atau tidak
itu ada pada diri kita.
Jama’ah rahimakumullohu. Karena itu Allah selalu di
dalam alquran dari saat ke saat menguraikan tentang manusia, sejak
kelahiran-Nya hingga ia tua. Mengajaknya untuk merenungkan dirinya, bahwa
manusia itu memerlukan sandaran dan pertolongan. Pertolongan yang utama itu
tidak dapat diperolehnya kecuali dengan bantuan Allah SWT, karena itu kita
diperintahkan untuk merenung, merenung tentang diri kita, betapa lemahnya kita.
Merenung tentang kesalahan-kesalahan kita betapa banyaknya ia. Oleh karena itu
marilah kita senantiasa merenungkan kebesaran dan kemurahan Allah agar kita
selalu dekat kepada-Nya dan dijadikan oleh Allah sebagai golongan yang akan
memasuki syurga-Nya kelak.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Comments
Post a Comment