SASTRA ARAB BERBICARA TENTANG KECANTIKAN

Hilman Fitri
Di Perpustakaan SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar
Puisi merupakan kumpulan kekayaan bangsa Arab, kebanggaan hidup, dan simbol kejayaan mereka (diwaanul arab). Puisilah yang membuat hati mereka bahagia setelah al Quran dan hadis. Jiwa menjadi gembira karenanya, telinga senang mendengarnya, benak kepala merasa puas dengannya, peninggalan-peninggalan terpelihara dengannya, dan berita-berita masa lalu di jaganya. Lisan adalah juru bicara hari yang kita miliki. Jika manusia meninggalkan puisi, maka hatinya akan mati.
Berikut ini, sebagian puisi peninggalan bangsa Arab, bertutur tentang kecantikan.
Farazdaq berkata, “Sesungguhnya orang yang banyak berderma dapat membentengi dirinya dari kebencian orang lain. Mereka hiasi masa lalu mereka dengan perhiasan yang cantik dan kemuliaan akhlak berupa wajah yang menawan.” (lihat Diwanul Farazdaq wa ‘Uyunul akhbar, j. 1 hal. 342)
Abu Bakar as Shidiq berkata, “Kami, kaum muhajirin adalah yang pertama-tama masuk Islam, paling tengah negerinya, paling mulia nasabnya, paling cantik rupanya dan paling disayang oleh Rasulullah saw. Kami telah memeluk Islam sebelum kalian (kaum Anshar), dan kami didahulukan atasmu di dalam al Quran. (lihat at Thabari, Tarikhul Umam wal Mulk, j. 3 hal 201-205 dan al Jahizh, al Bayan, J. 3 hal. 297)
Al Kharimi berkata: “Bila bulan tiada bersinar, Terbitlah bulan di sisi ufuk bersinar”. Al Harits ibn Daus al Ayadi pun berkata “Laki-laki, wajah-wajah mereka seperti Iyad ibn Nazzar ibn Ma’ad”.
Mansur al Namiry berkata: “kebajikan adalah lembah, Allah tunjukkan enkau padanya, di mana saja engkau berada.”
Dalam sebuah prosa Arab disebutkan, ada empat hal yang dapat menjernihkan penglihatan: melihat wajah yang rupawan, dedaunan yang menhijau, air yang mengalir, dan melihat mushaf (kitab suci).
As Sya’bi suatu hari masuk ke pasar budak. Sesampainya di pasar, ia ditanya, “Apakah anda membutuhkan sesuatu?” Ia menjawab, “Aku membutuhkan rupa cantik yang dapat mempesona mataku dan menawan hatiku serta membantuku giat beribadah.”
Ibrahim al Nadzdzam tak henti-hentinya memandang seorang budak wanita yang berparas cantik. Mengetahui itu, tuannya berkata, “Aku melihatmu tak henti-hentinya memandangnya.” Ibrahim menjawab, “Apakah aku tidak boleh merenungkan darinya apa-apa yang dihalalkan Allah, yang di dalamnya terdapat bukti ciptaan-Nya, dan dengan demikian akan muncul kerinduanku terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah?”
Al Hasan Bashri pernah mengatakan, “Hendaknya orang yang memiliki wajah rupawan tidak mencemari wajahnya dengan perilaku yang buruk; dan hendaknya orang yang berwajah buruk tidak mengumpulkan dua keburukan dalam dirinya. Seorang penyair berkata: “Sesungguhnya yang bertampan rupawan, butuh perilaku yang menawan dan orang yang kehausan, maka air tawar yang jernihlah yang dibutuhkan”
Al Nabighah bersyair memuji seorang raja: engkau adalah matahari, sedang mereka adalah bintang, jika terbit matahari maka tidak tampak lagi bintang, lenyaplah cemerlang bintang.
Penyair Ma’di Karib bersenandung: “Kecantikan bukan pada pakaian, sekalipun engkau memakai burdah, kecantikan itu tambang dan jalan, yang mewariskan pujian.”
Dan di negeri Arab masih banyak lagi ungkapan yang sejenis, baik prosa maupun puisi bagi pemujaan pada kecantikan.

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

المشاكلة في البلاغة

Shalawat Istri Nu Bakti