IBN KHAFAJAH (450-533 H/ 1058-1138 M)

oleh Hilman Fitri
Guru Bahasa Arab dan Hadis SDIT Uswatun Hasanah
sedikit informasi dari kertas yang saya terjemahkan jadi duka tina kitab naon hehe
Kelahiran dan Pertumbuhannya
Abu Ishaq Ibrahim bin Abi Fath bin Khafajah dilahirkan pada tahun 450 H di daerah deket Valencia (dalam bahasa arab dikenal dengan nama Syuqr), dan meninggal dunia di sana pada tahun 533 H. Dia hidup pada akhir-akhir masa kekuasaan Bani Umayyah yakni pada masa Zamnamuluk at Thawaaif serta Ibbaan dari Dinasti Murabithun. Masa-masa ini merupakan masa keemasan Andalusia (sekarang Spanyol). Pada masa tersebut diadakan penyebaran atau pertukaran sastra dan syair, sehingga majlis-majlis pemerintahan dipenuhi dengan senandung syair-syair (nyanyian-nyanyian). Rumah-rumah mereka pun menjadi tempat perkumpulan (pasarnya) para ulama, tempat konser bagi para ahli sastra, sehingga terdapatlah sebuah kehidupan dikarenakan adanya kehidupan yang mewah dan lapang. Kemewahan hidup ini diiringi dengan adanya kecenderungan kepada hiburan (hal yang sia-sia), lawakan, serta berbagai hiburan lainnya. Keadaan ini telah menundukkan (mengalahkan) akal-akal para ahli sastra dan penyair. Sehingga syair-syair mereka ditujukan hanya untuk senang-senang, cari muka para pemimpin, penghias akal-akal mereka, perhiasan para ‘Ulama. Maka kehidupan mewah yang penuh dengan kebahagiaan tersebut telah melahirkan kecintaan akan keindahan dalam berangan-angan yang berlebihan. Sungguh dalam diri Ibn Khafajah terdapat suatu pelajaran yang berharga dalam menyelamatkan/ merasakan/ mengungkapkan alam (tabiat) serta keindahannya, karena daerahnya tempat ia hidup dan mati termasuk daerah yang paling indah dan paling cantik/ elok.
Syairnya serta Pengaruh alam terhadap (syairnya) serta sifat (syairnya) yang umum.
Pandangan Ibn Khafajah terhenti pada keindahan alam. Ia banyak merenungi setiap penglihatannya (apa yang ia lihat), sehingga pengamatan-pengamatannya itu menundukkan akalnya, serta melukiskan berbagai cara berfikir serta perenungan. Sehingga pengetahuan serta pemikirannya merupakan (hasil) dari pandangan dan pengamatannya pada keindahan berbagai warna serta keselarasan segala sesuatu yang menyebabkan akal/ hasil pemikirannya itu menggambarkan akan gudangnya berbagai pandangan-pandangannya. Pengamatannya yang teliti telah membawanya untuk mengungkapkanya secara cermat (tepat) pula. Ia tidaklah menyukai kecuali pada sesuatu yang indah. Dan tidaklah ia membedakan segala sesuatu yang dilihatnya melainkan apa yang disetujui sifat-sifatna itu sendiri. Sehingga ia selalu senang dan berbahagia. Sehingga ia sampai tidak didapati menyifati suatu pemandangan dengan sedih, sesuatu yang buruk, atau dengan perasaan murung ataupun berbicara tentang kemiskinan serta ketakutan yang terjadi sehari-hari.
Syairnya itu merupakan gambaran dirinya yang penuh dengan kebahagiaan serta ketakjubannya akan keindahan (daerahnya). Dirinya itu tenang dan tentram, cenderung untuk menghibur serta berkelakar. Sehingga syairnya juga (dipenuhi) dengan ketentraman jiwa serta ketenangan pikirannya, sifat yang suka berkelakar. Maka anda tidak akan melihat dalam syairnya itu sesuatu yang menunjukkan keraguan ataupun kebingungan atau keluar dari dunia khayalannya ke dunia nyata, atau menunjukkan akan pandangannya tentang kehidupan serta berbagai ketakutannya, manusia serta akhlak-akhlakna, serta adanya kebaikan dan keburukan. Dengan hal itu ia menyampaikan hikmah serta pelajaran, atau pandangan yang menunjukkan lemahnya pemahaman dia. Serta tidak sampai juga didapati sebuah gambaran yang benar yang menunjukkan jiwa serta perasaannya yang tersembunyi selain daripada kecenderungannya pada keindahan dan kecintaan pada alam. Hal itu dikarenakan ia tidak merasakan sesuatu atau dikarenakan jiwanya itu terbebas dari segala yang berhubungan dengan perasaan-perasaan yang biasa (ada), seperti cinta dan benci, kegelisahan serta kesedihan, atau selain keduanya dari bebagai ketakutan dalam hidup dan kesehariannya. Akan tetapi ia tidak menaruh perhatian pada hal tersebutu, karena hal itu akan membawanya pada kegelisahan, kecemasan serta kesedihan, sehingga ia pun tidak cenderung pada hal itu. Hal itu pun disebabkan karena ia menginginkan hidup dalam satu macam impian yang indah (mantap). Sehingga pengaruh hidupnya ini sangat besar dalam dirinya dan menelurkan makna-makna syair yang heterogen, berbicara panjang lebar dalam penggambarannya dan pelukisannya yang tercipta dari ketelitian dan kecermatan pengamatannya. Suatu perkara bagi seluruh penyair yang menarik/ mengesankan yaitu mereka yang ketersembunyian serta kerahasiaan keindahan itu masuk sedikit demi sedikit dalam hati mereka. Sehingga keindahan-keindahan tersebut buah dari perasaannya serta lahir dari khalayan dan ketertarikannya yang disertai segala bentuk ketenangan dan ketentraman. Sehingga ketika hal itu mememnuhi jiwanya maka dengan serta merta ia mulai mensifatinya dan melukiskannya. Hal itu mengikuti segala bentuk panorama-panorama keindahan alam. Ia juga keluar menuju berbagai kebun untuk mendengar gemericik air, menikmati pemandangan aliran sungainya, lalu ia mulai mensifatinya dalam syairnya. Dengan demikian syair-syairnya itu terkadang sejalan dengan sifat-sifat mereka.
Macam-Macam Syairnya Beserta Makna dan Pembuatannya
Syair Ibn Khafajah meliputi jenis madhi (sanjungan), ‘uttaab (celaan), ratapan, pengaduan (sakit), wasf (keistimewaan), serta senda gurau (berkelakar). Akan tetapi syair yang paling bagus ialah dalam wasf, dikarenakan imajinasi merupakan segala sesuatu dalam syairnya akan tetapi sebuah imajinasi menyeru pada kecintaan akan keindahan serta kesenangan perasaan. Serta menjernihkan rasa seni, memenuhi hati dengan kebahagiaan dan kesenangan yang tak terkira. Hal itu dikarenakan Ibn Khafajah seorang penyair (dalam menggambarkan sesuatu) yang pintar, serta mensifati berbagai pemandangan dengan kreatif dan mengandung berbagai makna yang terambil dari pengamatan-pengamatannya. Sungguh hal itu pun telah memenuhi jiwanya dalam syairnya ketika memuji (pujian) dan meratapi (ratapan). Maka engkau akan menemukan ketika ia memuji ia mulai mensifatinya dengan sanjungan dikarenakan sanjungan dapat menenangkan…….dilanjut ke hal 353 cuman belum diterjemahin hehehe

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

المشاكلة في البلاغة

Shalawat Istri Nu Bakti