ANALISIS TUTURAN KISAH NABI MUSA DALAM AL QURAN
Oleh
Hilman Fitri, S.Pd
a. Nabi Musa a.s
Kisah Musa merupakan kisah yang seakan-akan bisikan yang dikirimkan Allah SWT kepada setiap orang yang terdzalimi, yang dipotong tubuhnya padahal dia hidup dan merasakan, bagi setiap orang yang dihalng-halangi dari keluarganya padahal dia melihat dan mendengar. Kisah ini juga seolah-olah bisikan lembut yang dikirimkan Allah SWT kepada setiap orang yang putus asa yang merasa malang dan kemalangannya begitu panjang. Kisah itu datang untuk mengatakan kepadanya, “Jauhilah, jauhilah berputus ada, karena balasan Allah pada orang-orang zhalim itu sangat pedih.”
Ketika pembunuhan itu semakin marak dan menyebar di kalangan bani Israel, orang-orang Qibti mengkhawatirkan akibatnya di masa depan. Mereka berkata kepada Fir’aun, “Orang-orang tua akan mati karena ajalnya tiba, sedangkan anak-anak kecil disembelih. Bani Israil akan musnah, lalu siapa yang akan melayani kami.” Fir’aun pun memutuskan untuk menghentikan pembunuhan secara masal. Dia pun melakukan strategi lain. Pada tahun ketika pembunuhan masih berlaku itulah, atas kehendak Allah, Musa a.s dilahirkan. Akan tetapi, tidak demikian dengan Harun. Allah berkehendak agar Harun dilahirkan pada tahun ketika pembunuhan sudah tidak berlaku.
Sesungguhnya, ibunda Musa sedang hamil pada tahun itu. Akan tetapi, ciri-ciri dan tanda-tanda kehamilannya tidak tampak pada dirinya. Selain itu, dia sendiri juga berusaha untuk menyembunyikan kehamilannya. Sehingga para bidan tidak melihatnya (cerita israiliyyat ini dapat diterima selain riwayat israiliyyat yang lainnya mengenai kelahiran Musa). Dia pun terhindar dari pisau bedah yang digunakan untuk membedah perut perempuan, jika anaknya laki-laki.
Itulah ibunda Musa a.s. dia tidak tahu bahwa tadir telah memutuskan bahwa janin yang bergerak-gerak di perutnya ini disembunyikan. Meskipun hari-hari kehamilannya telah berlalu tanpa diketahui, namun waktu kelahiran sudah semakin dekt. Hal itu semakin membuat dia cemas dan takut. Ketakutan itu pun bertambah. Dan tidak ada seorang pun yang membantunya ketika melahirkan. Ketakutan itu masih terus menghantuinya. Dia takut penjahat-penjahat Fir’aun itu masuk dan mengambil anaknya untuk kemudian disembelih sebagaimana mereka menyembelih binatang ternak. Kemudian dengan rahmat Allah, Dia memberikan wahyu kepada ibunda Musa a.s dalam bentuk ilham dan bisikan. Sebagaimana terlukiskan pada firman Allah,
Kisah Musa merupakan kisah yang seakan-akan bisikan yang dikirimkan Allah SWT kepada setiap orang yang terdzalimi, yang dipotong tubuhnya padahal dia hidup dan merasakan, bagi setiap orang yang dihalng-halangi dari keluarganya padahal dia melihat dan mendengar. Kisah ini juga seolah-olah bisikan lembut yang dikirimkan Allah SWT kepada setiap orang yang putus asa yang merasa malang dan kemalangannya begitu panjang. Kisah itu datang untuk mengatakan kepadanya, “Jauhilah, jauhilah berputus ada, karena balasan Allah pada orang-orang zhalim itu sangat pedih.”
Ketika pembunuhan itu semakin marak dan menyebar di kalangan bani Israel, orang-orang Qibti mengkhawatirkan akibatnya di masa depan. Mereka berkata kepada Fir’aun, “Orang-orang tua akan mati karena ajalnya tiba, sedangkan anak-anak kecil disembelih. Bani Israil akan musnah, lalu siapa yang akan melayani kami.” Fir’aun pun memutuskan untuk menghentikan pembunuhan secara masal. Dia pun melakukan strategi lain. Pada tahun ketika pembunuhan masih berlaku itulah, atas kehendak Allah, Musa a.s dilahirkan. Akan tetapi, tidak demikian dengan Harun. Allah berkehendak agar Harun dilahirkan pada tahun ketika pembunuhan sudah tidak berlaku.
Sesungguhnya, ibunda Musa sedang hamil pada tahun itu. Akan tetapi, ciri-ciri dan tanda-tanda kehamilannya tidak tampak pada dirinya. Selain itu, dia sendiri juga berusaha untuk menyembunyikan kehamilannya. Sehingga para bidan tidak melihatnya (cerita israiliyyat ini dapat diterima selain riwayat israiliyyat yang lainnya mengenai kelahiran Musa). Dia pun terhindar dari pisau bedah yang digunakan untuk membedah perut perempuan, jika anaknya laki-laki.
Itulah ibunda Musa a.s. dia tidak tahu bahwa tadir telah memutuskan bahwa janin yang bergerak-gerak di perutnya ini disembunyikan. Meskipun hari-hari kehamilannya telah berlalu tanpa diketahui, namun waktu kelahiran sudah semakin dekt. Hal itu semakin membuat dia cemas dan takut. Ketakutan itu pun bertambah. Dan tidak ada seorang pun yang membantunya ketika melahirkan. Ketakutan itu masih terus menghantuinya. Dia takut penjahat-penjahat Fir’aun itu masuk dan mengambil anaknya untuk kemudian disembelih sebagaimana mereka menyembelih binatang ternak. Kemudian dengan rahmat Allah, Dia memberikan wahyu kepada ibunda Musa a.s dalam bentuk ilham dan bisikan. Sebagaimana terlukiskan pada firman Allah,
7. dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.
Dalam shahih Bukhari (no.3689) disebutkan riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi saw bersabda,
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ كَانَ فِيمَا قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ مُحَدَّثُونَ، فَإِنْ يَكُ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ، فَإِنَّهُ عُمَرُ» زَادَ زَكَرِيَّاءُ بْنُ أَبِي زَائِدَةَ، عَنْ سَعْدٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «لَقَدْ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ رِجَالٌ، يُكَلَّمُونَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونُوا أَنْبِيَاءَ، فَإِنْ يَكُنْ مِنْ أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَعُمَرُ» قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: «مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ مُحَدَّثٍ»
“Ada diantara kaum sebelum kalian orang-orang yang dibisiki (dengan wahyu), jika memang ada satu diantara kalian dari umatku, dialah Umar.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Ada diantara kaum bani Israil sebelum kalian, orang-orang diajak bicara (oleh Allah) namun mereka bukanlah nabi. Jika memang ada satu di antara umatku, dialah Umar.”
Jadi Allah telah menghilangkan ketakutan dari ibunda Musa dan mengilhamkan dengan wahyu bahwa kelahiran itu adalah hal yang biasa. Namun Allah swt kemudian memerintahkannya untuk melakuakn sesuatu yang mengherankan/ menakjubkan, “Dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai.” Maksudnya, sungai Nil. Sedangkan dalam ayat lainnya, disebutkan, “
Dalam shahih Bukhari (no.3689) disebutkan riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi saw bersabda,
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ كَانَ فِيمَا قَبْلَكُمْ مِنَ الأُمَمِ مُحَدَّثُونَ، فَإِنْ يَكُ فِي أُمَّتِي أَحَدٌ، فَإِنَّهُ عُمَرُ» زَادَ زَكَرِيَّاءُ بْنُ أَبِي زَائِدَةَ، عَنْ سَعْدٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «لَقَدْ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ رِجَالٌ، يُكَلَّمُونَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونُوا أَنْبِيَاءَ، فَإِنْ يَكُنْ مِنْ أُمَّتِي مِنْهُمْ أَحَدٌ فَعُمَرُ» قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: «مِنْ نَبِيٍّ وَلاَ مُحَدَّثٍ»
“Ada diantara kaum sebelum kalian orang-orang yang dibisiki (dengan wahyu), jika memang ada satu diantara kalian dari umatku, dialah Umar.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Ada diantara kaum bani Israil sebelum kalian, orang-orang diajak bicara (oleh Allah) namun mereka bukanlah nabi. Jika memang ada satu di antara umatku, dialah Umar.”
Jadi Allah telah menghilangkan ketakutan dari ibunda Musa dan mengilhamkan dengan wahyu bahwa kelahiran itu adalah hal yang biasa. Namun Allah swt kemudian memerintahkannya untuk melakuakn sesuatu yang mengherankan/ menakjubkan, “Dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai.” Maksudnya, sungai Nil. Sedangkan dalam ayat lainnya, disebutkan, “
39. Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), Maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuh-Ku dan musuhnya. dan aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,
Maksudnya: Setiap orang yang memandang Nabi Musa a.s. akan merasa kasih sayang kepadanya.
Dua perintah dalam ayat tersebut di atas sungguh mengherankan. Bahkan yang lebih mengherankan, perintah untuk meletakkan Musa ke dalam peti dari kayu kemudian menghanyutkannya ke sungai!!. Padahal banyak buaya dan binatang buas lainnya di sungai. Selain juga adanya gelombang yang tinggi yang bisa menenggelamkan. Semua itu membahayakan dan bisa mematikan. Akan tetapi Allah sudah menjamin untuk menyelamatkannya. Musa diselamatkan dengan kabar gembira yang lebih mengherankan. Dia diambil oleh musuh yang mencari-cari untuk membunuhnya: Fir’aun!! Demi Allah betapa mengherankan/ menakjubkan berita gembira ini….!!.
Demikianlah cerita singkat kelahiran Musa a.s.
Maksudnya: Setiap orang yang memandang Nabi Musa a.s. akan merasa kasih sayang kepadanya.
Dua perintah dalam ayat tersebut di atas sungguh mengherankan. Bahkan yang lebih mengherankan, perintah untuk meletakkan Musa ke dalam peti dari kayu kemudian menghanyutkannya ke sungai!!. Padahal banyak buaya dan binatang buas lainnya di sungai. Selain juga adanya gelombang yang tinggi yang bisa menenggelamkan. Semua itu membahayakan dan bisa mematikan. Akan tetapi Allah sudah menjamin untuk menyelamatkannya. Musa diselamatkan dengan kabar gembira yang lebih mengherankan. Dia diambil oleh musuh yang mencari-cari untuk membunuhnya: Fir’aun!! Demi Allah betapa mengherankan/ menakjubkan berita gembira ini….!!.
Demikianlah cerita singkat kelahiran Musa a.s.
b. Beberapa Keutamaan Musa a.s
Berikut ini beberapa keutamaan Musa a.s
1. Mendapatkan Sanjungan dari Allah SWT
Allah berfirman:
Berikut ini beberapa keutamaan Musa a.s
1. Mendapatkan Sanjungan dari Allah SWT
Allah berfirman:
51. dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang Rasul dan Nabi.
52. dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu Dia munajat (kepada Kami).
53. dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, Yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang Nabi.
Ibn Katsir berkata: sebagian (ahli qira’at) membaca dengan meng-kasrah-kan lam -dalam lafadz mukhlash- yang tulus hatinya dalam beribadah, dan yang lainnya membaca dengan mem-fathah- kannya sehingga bermakna yang dipilih sebagaimana Allah berfirman di al A’raaf: 144:
52. dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu Dia munajat (kepada Kami).
53. dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, Yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang Nabi.
Ibn Katsir berkata: sebagian (ahli qira’at) membaca dengan meng-kasrah-kan lam -dalam lafadz mukhlash- yang tulus hatinya dalam beribadah, dan yang lainnya membaca dengan mem-fathah- kannya sehingga bermakna yang dipilih sebagaimana Allah berfirman di al A’raaf: 144:
144. Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur."
Dalam ayat tersebut Allah- pun menyebut “wa kaana rasuulan nabiyya”, Allah mengintegrasikan dua sifat sekaligus baginya dikarenakan ia salah satu dari para Rasul ulul ‘azmi yang lima, mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad.
Dalam ayat tersebut Allah- pun menyebut “wa kaana rasuulan nabiyya”, Allah mengintegrasikan dua sifat sekaligus baginya dikarenakan ia salah satu dari para Rasul ulul ‘azmi yang lima, mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad.
52. dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu Dia munajat (kepada Kami).
Al Alusi berkata bahwa at Thuur -sebuah gunung yang terletak antara Mesir dan Madyan. Lafadz al aiman (yang diberkati)–sifat bagi lafadz Jaanib, sebagaimana Dia Ta’ala menyebutnya di Q.S Thaha: 80;
Al Alusi berkata bahwa at Thuur -sebuah gunung yang terletak antara Mesir dan Madyan. Lafadz al aiman (yang diberkati)–sifat bagi lafadz Jaanib, sebagaimana Dia Ta’ala menyebutnya di Q.S Thaha: 80;
80. Hai Bani Israil, Sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami telah Mengadakan Perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah kanan gunung itu dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian manna dan salwa.
Disana lafadz tersebut dalam bentuk nashab bermakna kami memanggilnya dari sebelah kanan Musa untuk datang ke sebelah kiri, maksudnya yang disebelah kanan itu ialah Musa a.s, karena gunung itu sendiri tidak berada disebelah kanan maupun sebelah kirinya. Sedangkan kata wa qarrabnaahu najiyya- didekatkan untuk dimuliakan. Dia SWT mengumpamakan keadaan Musa sebagai bentuk pendekatan dalam rangka bermunajat kepada-Nya, dan pemilihannya untuk diajak bicara dengan menghilangkan penengah antara keduanya.
Lalu mengenai ayat 53 surah Maryam, Ibn Katsier menjelaskan: “Bahwa Kami telah mengabulkan permintaan safa’atnya dengan menjadikan saudaranya sebagai Nabi. Sebagaimana di ayat yang lain Q.S al Qashash 34 diungkapkan:
Disana lafadz tersebut dalam bentuk nashab bermakna kami memanggilnya dari sebelah kanan Musa untuk datang ke sebelah kiri, maksudnya yang disebelah kanan itu ialah Musa a.s, karena gunung itu sendiri tidak berada disebelah kanan maupun sebelah kirinya. Sedangkan kata wa qarrabnaahu najiyya- didekatkan untuk dimuliakan. Dia SWT mengumpamakan keadaan Musa sebagai bentuk pendekatan dalam rangka bermunajat kepada-Nya, dan pemilihannya untuk diajak bicara dengan menghilangkan penengah antara keduanya.
Lalu mengenai ayat 53 surah Maryam, Ibn Katsier menjelaskan: “Bahwa Kami telah mengabulkan permintaan safa’atnya dengan menjadikan saudaranya sebagai Nabi. Sebagaimana di ayat yang lain Q.S al Qashash 34 diungkapkan:
34. dan saudaraku Harun Dia lebih fasih lidahnya daripadaku, Maka utuslah Dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkata- an)ku; Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".
Serta Q.S Thaha ayat 36:
Serta Q.S Thaha ayat 36:
36. Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, Hai Musa."
Sehingga dengan hal ini sebagian kaum salaf: tidaklah ada seorang-pun bersafa’at di dunia ini yang lebih besar daripada safa’atnya nabi Musa berkaitan dengan pengangkatan Harun sebagai Nabi.
2. Sebagai Petutur
Allah berfirman dalam Q.S an Nisa ayat 164 sebagai berikut:
Sehingga dengan hal ini sebagian kaum salaf: tidaklah ada seorang-pun bersafa’at di dunia ini yang lebih besar daripada safa’atnya nabi Musa berkaitan dengan pengangkatan Harun sebagai Nabi.
2. Sebagai Petutur
Allah berfirman dalam Q.S an Nisa ayat 164 sebagai berikut:
164. dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
Dalam Q.S al A’raf ayat 143 sebagai berikut:
Dalam Q.S al A’raf ayat 143 sebagai berikut:
143. dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Lalu Allah-pun menginformasikan akan perbincangannya dengan Musa a.s dalam Q.S asy Syura’a: 10-11 sebagai berikut:
Para mufassirin ada yang mengartikan yang nampak oleh gunung itu ialah kebesaran dan kekuasaan Allah, dan ada pula yang menafsirkan bahwa yang nampak itu hanyalah cahaya Allah. Bagaimanapun juga nampaknya Tuhan itu bukanlah nampak makhluk, hanyalah nampak yang sesuai sifat-sifat Tuhan yang tidak dapat diukur dengan ukuran manusia.
Lalu Allah-pun menginformasikan akan perbincangannya dengan Musa a.s dalam Q.S asy Syura’a: 10-11 sebagai berikut:
10. dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya): "Datangilah kaum yang zalim itu,
11. (yaitu) kaum Fir'aun. mengapa mereka tidak bertakwa?"
Lalu dalam hadits “perdebatan Adam dan Musa” di sisi Tuhan mereka, yakni pada perkataannya Adam a.s kepada Musa sebagai berikut: “Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan risalah dan kalam-Nya lalu Dia pun menuliskan Taurat untukmu dengan kedua tangan-Nya.”
11. (yaitu) kaum Fir'aun. mengapa mereka tidak bertakwa?"
Lalu dalam hadits “perdebatan Adam dan Musa” di sisi Tuhan mereka, yakni pada perkataannya Adam a.s kepada Musa sebagai berikut: “Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan risalah dan kalam-Nya lalu Dia pun menuliskan Taurat untukmu dengan kedua tangan-Nya.”
3. Kitab-Nya ditulis dengan tangan-Nya sendiri.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S al A’raaf: 145:
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S al A’raaf: 145:
145. dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.
Lalu dalam hadits “perdebatan Adam dan Musa” di sisi Tuhan mereka, Adam a.s berkata: “Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan risalah dan kalam-Nya lalu Dia pun menuliskan Taurat untukmu dengan kedua tangan-Nya.”
Lalu dalam hadits “perdebatan Adam dan Musa” di sisi Tuhan mereka, Adam a.s berkata: “Engkau Musa, Allah telah memilihmu dengan risalah dan kalam-Nya lalu Dia pun menuliskan Taurat untukmu dengan kedua tangan-Nya.”
c. Analisis Beberapa Bagian Tuturan dalam Al Quran Mengenai Kisah Musa
Pertama:
Allah Ta’ala berfirman di surah al Baqarah ayat 49:
Pertama:
Allah Ta’ala berfirman di surah al Baqarah ayat 49:
“dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.”
Dan di surah al A’raf ayat 141 sebagai berikut:
Dan di surah al A’raf ayat 141 sebagai berikut:
“dan (ingatlah Hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, Yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu".
Pertanyaannya:
Kenapa Allah berkata di ayat al Baqarah يذبحون sedangkan di surah al A’raf يقتّلون ?
Jawaban:
Di dalam surat al A’raf Allah menceritakan kisah Musa sebelum ayat itu:
Pertanyaannya:
Kenapa Allah berkata di ayat al Baqarah يذبحون sedangkan di surah al A’raf يقتّلون ?
Jawaban:
Di dalam surat al A’raf Allah menceritakan kisah Musa sebelum ayat itu:
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka; dan Sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka".
Maka sesuailah perkataan Fir’aun dengan perbuatannya di mana di telah berkata:
Maka sesuailah perkataan Fir’aun dengan perbuatannya di mana di telah berkata:
kami akan membunuh anak-anak laki-laki mereka
lalu Allah berkata:
lalu Allah berkata:
mereka membunuh anak-anak laki-laki kalian
Sehingga sesuailah apa yang dikerjakannya dengan dikatakan dan diancamkannya.
Hal itu dari satu segi, sedangkan segi yang lainnya bahwa القتل itu lebih umum daripada الذبح. Sedangkan kisah dalam surah al A’raf itu dibentuk dalam keumuman (general) dan terperinci mengenai sikap Fir’aun terhadap Bani Israil, karena Dia Ta’ala tidak menceritakan Fir’aun berserta Bani Israil dan ancamannya kepada mereka di surah al Baqarah kecuali hanya di ayat ini saja.
Tepatnya bahwa kisah di surah al A’raf dijelaskan berbagai peristiwa sebelum kisah Musa dan setelahnya, disebutkan juga cobaan yang diberikan Fir’aun kepada Bani Israil, kedatangan Musa kepada Fir’aun, penyampaian dakwahnya, disebutkan juga sikap Fir’aun terhadap para ahli sihir, serta ancaman Fir’aun kepada Bani Israil berupa pembunuhan, penghinaan, serta penyiksaan sampai mereka berkata kepada Musa:
Sehingga sesuailah apa yang dikerjakannya dengan dikatakan dan diancamkannya.
Hal itu dari satu segi, sedangkan segi yang lainnya bahwa القتل itu lebih umum daripada الذبح. Sedangkan kisah dalam surah al A’raf itu dibentuk dalam keumuman (general) dan terperinci mengenai sikap Fir’aun terhadap Bani Israil, karena Dia Ta’ala tidak menceritakan Fir’aun berserta Bani Israil dan ancamannya kepada mereka di surah al Baqarah kecuali hanya di ayat ini saja.
Tepatnya bahwa kisah di surah al A’raf dijelaskan berbagai peristiwa sebelum kisah Musa dan setelahnya, disebutkan juga cobaan yang diberikan Fir’aun kepada Bani Israil, kedatangan Musa kepada Fir’aun, penyampaian dakwahnya, disebutkan juga sikap Fir’aun terhadap para ahli sihir, serta ancaman Fir’aun kepada Bani Israil berupa pembunuhan, penghinaan, serta penyiksaan sampai mereka berkata kepada Musa:
“kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada Kami dan sesudah kamu datang. ….”
Lalu Allah menyebutkan beberapa ayat yang menimpa Fir’aun beserta kaumnya:
Lalu Allah menyebutkan beberapa ayat yang menimpa Fir’aun beserta kaumnya:
“dan Sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.”
Dan kisah tersebut berlanjut dengan penyebutannya secara terperinci:
Sehingga cocoklah yang umum di surah al A’raf dengan keumuman lafadz pada kata التقتيل.
Kemudian Dia tidak menceritakan di surah al Baqarah Harun di kisah tersebut, sedangkan di surah al A’raf diceritakan Harun pada beberapa tempat, diantaranya pada perkataan para ahli sihir:
Dan kisah tersebut berlanjut dengan penyebutannya secara terperinci:
Sehingga cocoklah yang umum di surah al A’raf dengan keumuman lafadz pada kata التقتيل.
Kemudian Dia tidak menceritakan di surah al Baqarah Harun di kisah tersebut, sedangkan di surah al A’raf diceritakan Harun pada beberapa tempat, diantaranya pada perkataan para ahli sihir:
“ mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,”
"(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".
Diceritakan pula ketika pengangkatannya sebagai pengganti (Musa) untuk memimpin kaumnya:
"(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".
Diceritakan pula ketika pengangkatannya sebagai pengganti (Musa) untuk memimpin kaumnya:
“ dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
Sehingga hal tersebut cocoklah dengan penyebutannya التقتيل , karena penyebutan Musa dan Harun itu lebih umum daripada penyebutan Musa sendiri, sehingga terdapatlah kesesuaian yang umum dengan yang umum.
Sehingga hal tersebut cocoklah dengan penyebutannya التقتيل , karena penyebutan Musa dan Harun itu lebih umum daripada penyebutan Musa sendiri, sehingga terdapatlah kesesuaian yang umum dengan yang umum.
Kedua:
Kemudian Allah berfirman:
Kemudian Allah berfirman:
“dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu[48] (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.”
Sedangkan di surah al A’raf:
“ dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
Jawaban:
Konteks pembicaraan di surah al A’raf mengenai perincian (tafshiil) apa yang dihasilkan pada waktu (pemenuhan) perjanjian (memberikan Taurat kepada Musa). Sehingga Allah berfirman:
Sedangkan di surah al A’raf:
“ dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
Jawaban:
Konteks pembicaraan di surah al A’raf mengenai perincian (tafshiil) apa yang dihasilkan pada waktu (pemenuhan) perjanjian (memberikan Taurat kepada Musa). Sehingga Allah berfirman:
142. dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), Maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. dan berkata Musa kepada saudaranya Yaitu Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
143. dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
144. Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur."
145. dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.
Namun, konteks pembicaraan di surah al Baqarah itu bersifat mujmal (ikhtisar/ ringkasan), dan konteks pembicaraan itu pun hanya dalam satu ayat atau termasuk pada suatu ayat, yakni ayat yang berbunyi:
51. dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Sedangkan ayat setelahnya ialah:
52. kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
53. dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
54. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Akan tetapi yang khusus berbicara mengenai waktu (pemenuhan) perjanjian (antara Allah Ta’ala dan Musa a.s.) hanyalah ayat yang berbunyi: “dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam…….”(Q.S. al Baqarah: 51). Sedangkan setelah ayat tersebut, berkaitan dengan pengambilan anak lembu (sebagai sembahan) sebagaimana yang nampak.
Sehingga sesuailah, antara yang bersifat tafsili (terperinci) dengan yang terperinci juga dan yang mujmal (ringkas/ membutuhkan penjelasan) dengan yang ringkas juga.
Referensi:
Al Alusi, (1415 H). Tafsiir Ruuhul Ma’aani, Juz 16. Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah.
Al Ghaniimaani. (1405 H). Syarh Kitaab Tauhid Min Shahih Bukhari Juz 1. Madinah: Maktabatud Daar.
Bukhari. (1422 H). Shahih Bukhari Juz 5. Damaskus: Darut Tauqun Najah.
Ibn Katsier. (1990). Tafsir al Quranil ‘ Azhim Juz 5. Damaskus: Darut Thabi’ah Linasyr Wat Tauzi’,
Ibn Qayyim al Jauziyyah. (1996). Madarijus Salikin. Beirut: Darul Kutub ‘Araby.
Muslim. (tt). Shahih Muslim Juz 4. Beirut: Darul Ihyaaut Turats al ‘Araby.
143. dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
144. Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur."
145. dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; Maka (kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik.
Namun, konteks pembicaraan di surah al Baqarah itu bersifat mujmal (ikhtisar/ ringkasan), dan konteks pembicaraan itu pun hanya dalam satu ayat atau termasuk pada suatu ayat, yakni ayat yang berbunyi:
51. dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Sedangkan ayat setelahnya ialah:
52. kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
53. dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
54. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Akan tetapi yang khusus berbicara mengenai waktu (pemenuhan) perjanjian (antara Allah Ta’ala dan Musa a.s.) hanyalah ayat yang berbunyi: “dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam…….”(Q.S. al Baqarah: 51). Sedangkan setelah ayat tersebut, berkaitan dengan pengambilan anak lembu (sebagai sembahan) sebagaimana yang nampak.
Sehingga sesuailah, antara yang bersifat tafsili (terperinci) dengan yang terperinci juga dan yang mujmal (ringkas/ membutuhkan penjelasan) dengan yang ringkas juga.
Referensi:
Al Alusi, (1415 H). Tafsiir Ruuhul Ma’aani, Juz 16. Beirut: Darul Kutub Ilmiyyah.
Al Ghaniimaani. (1405 H). Syarh Kitaab Tauhid Min Shahih Bukhari Juz 1. Madinah: Maktabatud Daar.
Bukhari. (1422 H). Shahih Bukhari Juz 5. Damaskus: Darut Tauqun Najah.
Ibn Katsier. (1990). Tafsir al Quranil ‘ Azhim Juz 5. Damaskus: Darut Thabi’ah Linasyr Wat Tauzi’,
Ibn Qayyim al Jauziyyah. (1996). Madarijus Salikin. Beirut: Darul Kutub ‘Araby.
Muslim. (tt). Shahih Muslim Juz 4. Beirut: Darul Ihyaaut Turats al ‘Araby.
Comments
Post a Comment