Syi'ah dan Pemikirannya

A. Latar Belakang
Pada zaman Rasulullah SAW Umat Islam berada dalam satu kesatuan, tidak ada aliran-aliran atau mazhab. Nabi Muhammad SAW merupakan sumber ilmu, amal dalam perintah dan ketaatan, suri tauladan serta rahmat bagi semesta alam. Dalam Q.S Al-Anbiya ayat 107 Allah Berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Q.S Al-Anbiya:107)
Ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Muhammad SAW, diutus untuk semua golongan/kelompok, alam semesta dan Nabi Muhammad merupakan guru dan sumber informasi bagi kita.
Jika ada salah paham atau perbedaan pendapat, Nabi Muhammad bertindak sebagai hakim yang memutuskan setiap permasalahan dan harus di taati oleh setiap orang. Allah Berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 58 :
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
“Apabila kamu berbeda paham tentang suatu persoalan, kembalikan keputusannya kepada Allah dan Rasul”.(Q.S An-Nisa: 58)
Umat Islam seharusnya tetap satu keyakinan bahwa Allah itu Esa, Nabi Muhammad itu Rasul Allah, Al-Qur’an datang dari Allah sebagai pedoman, hari kebangkitan dan hisab itu benar serta surga dan neraka itu benar dan terjadi. Mereka hanya berselisih paham tentang pandangan dan Ijtihad, tetapi tidak mengenai pokok-pokok dasar Islam yang membuat seseorang keluar dari Agamanya.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, jika umat berbeda paham tentang pokok Agama yang kembali pada Iman dan Keyakinan dalam hatinya seperti Furu dan Tasri dalam menetapkan hukum yang belum jelas dalam agama mengenai amal seseorang apakah wajib, haram atau jaiz. Dan terbagilah umat islam dalam beberapa aliran seperti Asy Ari dan Mu’tazilah yang berbeda pandangan mengenai Aqidah dan Usul Agama yang merupakan Iman dan Itiqad orang Islam.
Syi’ah merupakan salah satu sekte aliran yang ada pada babakan kalam dalam Islam, dari sini tentunya kita sebagai umat islam yang mempunyai keyakinan dan norma-norma yang mengikat kita, juga diharapakan mampu dan mengetahui sebenarnya ajaran-ajaran atau bahkan pemikiran-pemikiran yang dilontarkan oleh golongan ini.
Pada dasarnya aliran atau golongan ini muncul dikarenakan mereka mempermasalahkan pemimpin yang kemudian dilanjutkan pada sebuah keyakinan dalam hal dosa besar dan kecil, bahkan kebanyakan yang dipermasalahkan oleh golongan syi’ah ini adalah permasalahan yang menjalar pada siapa yang kafir dan musyrik. Namun dalam fakta dan realitas yang ada golongan syi’ah semakin gandrungnya mereka memuliakan Ali sampai-sampai golongan syi’ah ini mengatakan bahwa sesungguhnya malaikat jibril ketika menyampaikan wahyu itu salah mewahyukannya pada Nabi kita, yang aslinya mereka ini mengklaim bahwa yang pantas menerima wahyu bukanlah Muhammad melainkan Ali.
Oleh karena itu kami dalam makalah ini akan mencoba untuk memberikan sebuah gambaran-gambaran tentang seluk beluk aliran syi’ah ini, dari latar belakng munculnya golongan ini, doktrin-doktrin yang digunakan oleh mereka. Doktrin itu terutama yang berkaitan dengan masalah imamah.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan mengklasifikasikan pembahasan-pembahasan yang ada dalam makalah ini menjadi beberapa rumusan, antara lain :
1. Pengertian dan penisbatan Mazhab Syi’ah?
2. Yang melatar belakangi kemunculan Mazhab Syi’ah?
3. Doktrin-doktrin pokok Mazhab Syi’ah?
4. Pekembangan tokoh dan firqahnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Penisbatan Syi’ah
Syi’ah sudah dikenal dan dipergunakan orang pada zaman Nabi, bahkan terdapat beberapa kali dalam Qur’an.
التعريف اللغوي
يقول ابن دريد المتوفى سنة 321ه: "فلان من شيعة فلان أي : ممن يرى رأيه ، وشيّعت الرجل على الأمر تشييعاً إذا أعنته عليه ، وشايعت الرجل على الأمر مشايعة وشياعاً إذا مالأته عليه" [ابن دريد/ جمهرة اللغة: 3/63].
فالشيعة، والتشيع، والمشايعة في اللغة تدور حول معنى :
• المتابعة
• المناصرة
• الموافقة بالرأي
Syi’ah secara etomologi adalah (المتابعة)pengikut, (المناصرة )pembantu, (الموافقة بالرأي)penyepakat terhadap suatu pendapat , terutama pengikut dan pencinta Ali bin Abi Thalib serta Ahlulbait Rasulullah. Dalam kamus Tadjul Arus, Syi’ah artinya suatu golongan yang mempunyai keyakinan paham Syi’ah dalam bantu-membantu antara satu sama lain begitu juga dalam kamus besar Lisanul Arab. Dalam Azhari diterangkan bahwa Syi’ah adalah pengikut satu aliran yang mencintai keturunan Nabi dan mentaati pemimpin-pemimpin yang diangkat dari keluarga dan keturunan Nabi Muhammad SAW.
Pada masa Nabi Muhammad penggunaan kata Syi’ah mempunyai pengertian berpihak atau memilih golongan Ali, baik sebelum ataupun sesudah wafat Nabi, sebagaimana yang diterangkan oleh An-Nubachti, pengarang dalam abad hijrah ke IV dalam kitabnya Al-Firaq Wal Maqalat. (Atjeh,1965:10)
تعريف الشيعة اصطلاحاً
أ. تعريف الشيعة في كتب الأمامية الاثني عشرية:
أولاً: يعرف شيخ الشيعة سعد بن عبد الله القمي مات سنة 381هـ : هم شيعة علي بن أبي طالب وفي موضع آخر يقول: "الشيعة هم فرقة علي بن أبي طالب المسمون شيعة علي في زمان النبي صلى الله عليه وسلم وبعده، معروفون بانقطاعهم إليه والقول بإمامته" [المقالات والفرق ص: 3
Sedangkan secara terminologi menurut sa’d ibnu abdillah dalam kitab amamiyyah al-utsna ‘asriyyah adalah orang-orang yang mengikuti ali bin abi thalib atau bisa di katakana juga syi’ah merupakan sekelompok orang-orang yang mengikuti ali bin abi thalib ketika zaman Nabi Muhammad SAW. Dan juga setelah beliau wafat. terlihat dengan ketaatan mereka terhadapnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa syi’ah adalah golongan umat Islam yang terlampau mengagungkan keturunan Nabi. Mereka mendahulukan keturunan Nabi, untuk menjadi khalifah. Golongan syi’ah menetapkan bahwa Imam Ali-lah yang paling berhak memegang jabatan khalifah setelah Nabi. Tapi Ali membantah dengan adanya pendapat seperti itu, karena jabatan khalifah tidak hanya dipegang oleh orang-orang yang menjadi keturunan Nabi, melainkan orang-orang yang berhak, mampu dalam memimpin serta telah disepakati oleh umat.
B. Latar Belakang Kemunculan Syi’ah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli ilmu kalam. Menurut Abu, Zahra syi’ah mulai muncul pada akhir pemerintahan Usman bin Affan, kemudian muncul dan berkembang pada masa Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, syi’ah benar-banar muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah, yang dikenal dengan perang Shifin, dalam perang ini merupakan sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap tahkim atau arbitase yang ditawarkan Muawiyah. Pasukan Ali diceritakan pecah menjadi 2 golongan, yaitu:
 Golongan yang mendukung Ali yang kelak disebut syi’ah
 Golongan yang menolak sikap Ali yang kelak disebut khowarij
ظهور الشيعة وانتشارهم
إن رسول الله ( صلى الله عليه وآله ) هو الذي أظهر مصطلح ( الشيعة ) وأصَّلَه وجذَّره في وعي الأمة ووجدانها .
فقال أبو حاتم الرازي :
( إن أول اسم لمذهب ظهر في الإسلام هو الشيعة ، وكان هذا لقب أربعة من الصحابة : أبو ذر ، وعمار ، والمقداد ، وسلمان ) [ الزينة 3 / 10 ] .
وقال الخونساري : ( اختص باسم الشيعة أولاً سلمان الفارسي ، وأبو ذر الغفاري ، ومقداد بن الأسود ، وعمَّار بن ياسر ، في عهد رسول الله ( صلى الله عليه وآله ) لملازمتهم علي بن أبي طالب ( عليه السلام ) [ روضات الجنات / 334 ط بيروت ] .
وقال جابر بن عبد الله الانصاري : كُنَّا عند النبي ( صلى الله عليه وآله ) ، فأقبل علي ( عليه السلام ) ، فقال النبي ( صلى الله عليه وآله ) : والذي نفسي بيده ، إن هذا وشيعته لهم الفائزون يوم القيامة ، فنزل قوله تعالى :
( إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيرُ البَرِيَّةِ ) [ البيِّنة : 7 ] .
[ تاريخ ابن عساكر 2 : 442 ط بيروت / ترجمة علي ( عليه السلام ) ] .
وعلى كل حال ، فكان في زمن النبي ( صلى الله عليه وآله ) جماعة يتشيعون لأمير المؤمنين علي ( عليه السلام ) أقَرّهم وأيَّدهم النبي ( صلى الله عليه وآله ) ، ورضي عنهم ووعدهم بالفوز يوم القيامة
Dari kutipan diatas bahwasanya Rasulullah SAW yang telah melahirkan istilah syi’ah.
Abu Khotim Ar-Raji berkata bahwa madhab yang pertama ada yaitu syi’ah. Sebutan itu berasal dari empat sahabat nabi diantaranya : Salman Al-farisi, Abu dar Al-ghafari, Miqdad Ibnu Aswad, Umar Ibnu Yasir.
Jabir ra berkata: Kami sedang bersama Nabi SAW, lalu datang Ali AS, lalu Nabi SAW bersabda:
"Demi nyawaku yang ada ditanganNya, sesungguhnya orang ini dan syi'ahnya (pengikutnya) adalah orang-orang menang di hari kiamat." Lalu turunlah ayat: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, maka merekalah sebaik-baik manusia." (QS: 89: 7)
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal perbuatan-perbuatan yang baik adalah manusia-manusia terbaik” (Al-Bayyinah: 7).
Dari kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa, kemunculan syi’ah berkaitan dengan masalah siapa yang berhak menggantikan Nabi Muhammad SAW dalam memimpin umat. Akan tetapi golongan syi’ah menentukan bahwa Imam Ali yang berhak memegang jabatan khalifah sesudah Nabi, Al-Abbas sendiri pun merasa bahwa Ali-lah yang lebih wajar dari pada dirinya sendiri. Setelah Ali menjadi khalifah dan rakyat mengakuinya, nyatalah pada mereka bahwa Ali adalah orang yang besar, berilmu dan mempunyai agama yang kuat. Berdasarkan realitas itulah, muncul dikalangan sebagian kaum mukmin yang menentang dan menolak kekhalifahan dari kaum tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa Nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua perasaan kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat untuk mengikutinya.
Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah, Perpecahan memang mulai mencolok pada msa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib tepatnya setelah perang Shifin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan Hadist-hadist yang mereka terima dari ahli bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW wafat dan kekhalifahan jatuh ketangan Abu Bakar. setelah itu terbentuklah syi’ah. Bagi mereka pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak dibawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin Syiah pada masyarakat. Tampaknya Syi’ah sebagai salah satu aksi Islam yang bergerak secara terang-terangan, memang baru muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syi’ah sebagai doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahlul bait.
Syi’ah memilih pengikut yang besar, terutama pada masa dinasti Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahra merupkan akibat dari perlakuan kejam dan kasar dinasti ini terhadap ahlul bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan penguasa bani Ummayyah. misalnya Yazid bin Muawiyah yang memerintahkan pasukannya pimpinan Ibnu Ziyad untuk memenggal kepala Husen bin Ali di Karbal. Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid, kemudian oleh Yazid kepala tersebut dipukul-pukul dengan tongkatnya, padahal kepala yang ia pukul pada waktu kecilnya sering diciumi oleh Rasulullah. Kekejaman semacam ini menyebabkan sebagian kaum Muslimin tertarik dan mengikuti madzhab Syiah.
C. Doktrin-doktrin pokok Syi’ah
Para pengikut Syi’ah berkeyakinan bahwa yang dijadikan Imam sesudah Nabi adalah Ali. Ali-lah yang mewarisi segala pengetahuan yang ada pada Nabi. Ali adalah manusia yang mempunyai ciri-ciri istimewah. Bukan itu saja bahkan Ali dianggap ma’sum dari kesalahan. Oleh karena itu menurut mereka, mentaati dan mempercayai Ali, termasuk rukun iman juga. Adapun khalifah-khalifah yang terdahulu adalah khalifah yang merampas hak Ali. Kekhalifahan mereka tidak sah. Begitu juga setelah kekhalifahan Ali haruslah keturunannya.
 Doktrin yang berkaitan dengan Imamah
a. Ahlulbait (Ahlal Bait)
Ahlulbait berarti keluarga atau kerabat dekat..dalam sejarah Islam istilah ini khusus untuk keluarga Nabi Muhammad SAW. Pertama mencakup istri-istri Rasulullah dan semua Bani Hasyim. Kedua hanya Bani Hasyim. Ketiga terbatas pada Nabi Muhammad sendiri, Ali, Fatimah, Hasan, Husein dan Imam-imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib. Istilah Ahlulbait tercantum dalam Al-Qur’an yaitu Surah Al-Ahzab ayat 33 yang berarti:
“ Dan hendaklah kamu tetap berada di Rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu hai ahlulbait dan bersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
b. Al-Bada
Dari segi Bada berarti tampak. Doktrin Al Bada adalah keyakinan bahwa Allah SWT mampu mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau keputusan baru. Menurut Syiah, perubahan keputusan Allah SWT itu bukan karena Allah SWT baru mengetahui sesuatu maslahat, yang sebelumnya tidak diketahui-Nya (seperti yang sering dianggap oleh berbagai pihak). Dalam Syiah keyakinan semacam ini termasuk kufur. Menurut Syiah, perubahan itu karena adanya maslahat tertentu yang menyebabkan Allah SWT memutuskan suatu perkara sesuai dengan situasi dan kondisi zamannya. Misalnya, keputusan Allah SWT menggantikan Ismail AS dengan domba, padahal sebelumnya Ia memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, Ismail AS.
c. 'Asyura.
'Asyura berasal dari kata 'asyarah, yang berarti sepuluh. Maksudnya adalah hari kesepuluh dalam bulan Muharam yang diperingati kaum Syiah sebagai hari berkabung umum untuk memperingati wafatnya Imam Husein bin Ali dan keluarganya di tangan pasukan Yazid bin Mu'awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 61 H di Karbala, Irak. Pada upacara peringatan 'asyura tersebut, selain mengenang perjuangan Husein bin Ali dalam menegakkan kebenaran, orang-orang Syiah membaca shalawat bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, mengutuk pelaku pembunuhan terhadap Husein dan keluarganya itu, serta memperagakan berbagai atraksi (seperti memukul-mukul dada dan mengusung-usung peti mayat) sebagai lambang kesedihan terhadap wafatnya Husein bin Ali. Di Indonesia, upacara 'asyura juga dilakukan di berbagai daerah seperti di Bengkulu dan di Padang Pariaman Sumatra Barat dalam bentuk arak-arakan tabut.
d. Imamah.
Imamah adalah keyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW wafat harus ada pemimpin-pemimpin Islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW. Dalam Syiah kepemimpinan itu mencakup persoalan-persoalan keagamaan dan kemasyarakatan. Imam bagi mereka adalah pemimpin agama dan sekaligus sebagai pemimpin masyarakat. Pada umumnya, dalam Syiah, kecuali pada Syiah Zaidiyah, penentuan imam bukan berdasarkan atas kesepakatan atau pilihan umat, tetapi berdasarkan wasiat atau penunjukan oleh imam sebelumnya atau oleh Rasulullah SAW langsung, yang lazim disebut nas. Oleh karena itu, persoalan imamah dalam Syiah termasuk salah satu rukun agama atau ushuluddin. Sementara itu, persoalan imamah dalam Suni hanya merupakan masalah furuk (hukum tambahan). Dalam Suni istilah ini lebih populer dengan sebutan khilafah. Persoalan khilafah dalam Suni lebih dikaitkan pada persoalan kepemimpinan politik daripada sebagai persoalan keagamaan
e. Ishmah.
Dari segi bahasa 'ishmah adalah bentuk masdar dari kata 'ashama yang berarti memelihara atau menjaga. 'Ishmah ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk Nabi Muhammad SAW, telah dijamin oleh Allah SWT dari segala bentuk perubatan salah atau lupa. Nabi SAW atau imam yang diyakini terlepas dari kesalahan itu disebut maksum. Dalam Syiah, seorang nabi atau imam haruslah bersifat maksum. Menurut mereka, apabila seseorang yang mendapat tugas membawa amanah Allah SWT itu tidak bersifat maksum maka akan timbul keraguan atas kebenaran risalah atau amanah yang dibawanya itu
f. Mahdawiyyah.
Mahdawiyyah berasal dari kata mahdi, yang berarti keyakinan akan datangnya seorang juru selamat pada akhir zaman yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Juru selamat itu disebut Imam Mahdi. Keyakinan akan datangnya Imam Mahdi ini cukup tidak hanya di kalangan penganut paham Syiah, tetapi juga di kalangan mayoritas ahlusunah waljamaah. Hal itu disebabkan oleh cukup banyaknya riwayat mengenai akan datangnya sang juru selamat ini. Namun, antara keyakinan Syiah dan keyakinan ahlusunah waljamaah terdapat perbedaan yang cukup mencolok. Dalam ahlusunah waljamaah, figur Imam Mahdi itu tidak jelas. Mahdi itu disebutkan mempunyai beberapa kriteria, antara lain: keturunan Fatimah, memiliki nama yang serupa dengan nama Nabi SAW, dan akan muncul bersamaan dengan turunnya Nabi Isa AS. Selain itu dalam ahlusunah waljamaah ada keyakinan akan kejaiban Imam Mahdi sedangkan dalam Syi’ah, figur Imam Mahdi jelas sekali yakni salah seorang dari 12 Imam yang mereka yakni Muhammad bin Hasan al-Askari (Muhammad al-Muntazar) adalah Imam Mahdi. Di samping itu, Imam Mahdi ini diyakini masih hidup sampai sekarang, hanya saja manusia biasa, tidak dapat menjangkaunya, dan nanti di akhir zaman ia akan muncul kembali dengan membawa keadilan bagi seluruh masyarakat dunia. Oleh karena itu, orang-orang Syiah sangat menunggu-nunggu kedatangan Imam Mahdi ini. Mereka menyebutnya sebagai al-Imam al-Muntazhar atau imam yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Dalam doa-doa mereka selalu diucapkan kata-kata seperti "Ajjilillaahumma farajahu as-syariif (ya Allah segerakanlah kemunculan Al-Mahdi yang mulia).”
g. Marja’iyyah atau Wilayah Al-Faqih.
Kata marja'iyyah berasal dari kata marja' yang artinya tempat kembalinya sesuatu. Sedangkan kata wilayah al-faqih terdiri dari dua kata: wilayah berarti kekuasaan atau kepemimpinan dan faqih berarti ahli fikih atau ahli hukum Islam. Wilayah al-faqih mempunyai arti kekuasaan atau kepemimpinan para fukaha. Menurut Syiah Dua Belas, selama masa keajaiban Imam Mahdi, kepemimpinan umat terletak di pundak para fukaha, baik dalam persoalan keagamaan maupun dalam urusan kemasyarakatan. Para fukahalah yang seharusnya menjadi pucuk pimpinan masyarakat, termasuk dalam persoalan kenegaraan atau politik. Hal itu disebabkan Imam Mahdi telah melimpahkan tanggung jawab kepemimpinannya yang mencakup urusan keagamaan dan kemasyarakatan itu kapada para fukaha yang bersifat adil dan mempunyai kemampuan memimpin, karena para fukaha ini adalah penerus kepemimpinan Imam Mahdi selama masa kegaibannya, maka wewenang atau kekuasaan yang dimilikinya terhadap umat pun sangat besar. Umat harus patuh dan tidak boleh melanggar perintah mereka karena menolak perintah sama dengan menolak kepemimpinan Imam Mahdi itu sendiri. Akan tetapi, para fukaha ini sekalipun dianggap mempunyai kekuasaan yang cukup besar, tetapi tidak diyakini maksum karena sifat 'ishmah itu hanya dimiliki para imam dan nabi. Para fukaha itu bukan imam, melainkan na'ib al-imam atau wakil imam pada umat.
h. Raj'ah.
Kata raj'ah berasal dari kata raja'a, yang artinya pulang atau kembali. Raj'ah adalah keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah SWT yang paling saleh dan sejumlah hamba Allah SWT yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT di muka bumi bersama munculnya Imam Mahdi.
Raj'ah dalam keyakinan Syi’ah bukan merupakan keyakinan pokok. Ia diyakini karena beberapa riwayat dari imam-imam mereka yang menyatakan akan adanya raj'ah tersebut. Selain itu, penganut Syi’ah pun mendasarkannya pada surah al-Gafir (al-Mu'min) ayat 11 yang artinya :
"Mereka menjawab: Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" Menurut mereka, dalam ayat di atas tercantum makna ar-raj'ah karena di dalamnya disebutkan adanya dua kehidupan setelah mati, yaitu kehidupan yang terakhir di akhirat dan satu lagi kehidupan sesudah mati sebelum kehidupan di akhirat. Kehidupan yang disebut terakhir itulah menurut mereka yang disebut ar-raj'ah.
i. Taqiyah.
Dari segi bahasa, taqiyah berasal dari kata taqiya atau ittaqa yang artinya takut. Taqiyah adalah sikap berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan ketidak terusterangan.
Dalam sejarah Syi’ah, sikap taqiyah ini sering dijumpai sehingga menjadi semacam syi’ar dalam ajaran mereka. Hal ini disebabkan menurut sejarah, mereka selalu dimusuhi dan
 Dalam perkembangannya, selain memperjuangkan hak-hak kekhalifahan Ahlulbait di hadapan dinasti Amawiyyah dan Abbasiyah. Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkaitan dengan teologi , mereka mempunyai lima rukun iman :
 At-Tauhid, yakni kepercayaan terhadap keesaan Allah
 Nubuwah, yakni keprcayaan kepada kenabiyan
 Ma’ad, yakni kepercayaan akan adanya kehidupan di akhirat
 Imamah, yakni kepercayaan adanya Imamah yang merupakan hak Ahl al bait
 Al-Adl, yakni keadilan Illahi.
 Mereka juga menganggap bahwa, saidina Ali dan keturunannya akan bangkit kembali untuk memerintah dengan keadilan disaat dunia ini penuh dengan kedzhaliman. Selain itu ada juga anggapan yang menyatakan bahwa, Ali masih hidup, bukannya terbunuh. Hal itu disebabkan Ali mempunyai sifat-sifat ketuhanan, yang takkan pernah mati serta dapat melayang atau berjalan di awang-awang.
 Mereka menganggap bahwa, roh itu dapat berpindah dari tubuh satu ke tubuh yang lain.
 Mereka menganggap Allah itu berjisim serta dapat menjelma ke dalam tubuh manusia dan sebagainya. Tapi perlu diketahui anggapan semacam ini adalah suatu bentuk dari pengaruh agama Hindu, Majusi dan Persi.
D. Perkembangan, Sekte-sekte dan Tokoh-tokohnya
Dalam perjalanan sejarah, Syi’ah akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte, diantaranya adalah :
1. Syi’ah Imamiyah (Syi’ah Itsna Asyariyah)
Dinamakan Syi’ah Imamiyah, karena yang menjadi dasar aqidahnya adalah persoalan Imam dalam arti pemimpin religio politik, yakni Ali berhak menjadi khalifah bukan hanya kecakapanya atau kemuliannya, melainkan ia telah ditunjuk nas dan pantas menjadi khalifah pewaris kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Ide tentang hak Ali dan keturunannya untuk menduduki jabatan khalifah telah ada sejak Nabi wafat, yaitu dalam perbincangan politik di Saqifah bani Sa’idah. Pendirian golongan ini, bahwa Nabi telah menetapkan kekhalifahan itu kepada Ali, kemudian akan diturunkan pada keturunan Fatimah. Adapun Abu Bakar dan Umar adalah orang-orang yang merampas Ali. Dan disebut Syi’ah imamiyah /istna asyariyah itu karena golongan ini mempunyai imam yang berjumlah 12 orang diantaranya, yaitu :setelah Ali bin Abi Thalib dari jalur Fatimah adalah Hasan bin Ali, Husen bin Ali, Ali Zaenal Abidin, Muhammad Al Baqir, Abdullah Ja’far As Shadiq, Musa Al- Kahzim, Ali Ar-Rida, Muhammad Al-Jawad, Ali Al-Hadi, Hasan Al Askari, dan yang terakhir adalah Imam Mahdi
Menurut mereka ada dalil yang menegaskan , bahwa Ali adalah khalifah yang ditunjuk kepemimpinannya setelah Nabi wafat, yatu :
• Nabi bersabda : “siapakah yang membaiatkan aku terhadap ruhnya, maka dialah washilku dan pemimpin urusan sesudahku. Maka tidak ada yang membaiatkannya sedemikian selain dari Ali.”
• Ketika Nabi mengumpulkan para sahabat di Khadir Ham (nama suatu tempat yang jaraknya 82 mil dari kota Mekah). Dan beliau bersabda :”barang siapa aku menjadi pemimpin, maka Ali adalah pemimpinnya. Wahai tuhanku tolonglah orang yang membantu Ali dan musuhilah orang yang memusuhi Ali
• Dan tolonglah orang yang menolongnya dan hinakanlah orang yang menghina Ali. Dan putarkanlah kebenaran dimana Ali berputar. Ketahuilah apakah aku telah sampaikan ?tiga kali Nabi telah ucapkan.
Doktrin-doktrinnya adalah :
 Tauhid (Tuhan adalah Esa)
 Keadilan (Tuhan menciptakan kebaikan adalah suatu yang adil)
 Nubuwah (Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara langsung diutus untuk memeberikan petunjuk sesuatu yang bak dan buruk).
 Ma’ad (Hari Akhir)
 Imamah (Institusi yang dianugerahkan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang diplih dari keturunan Ibrahim).
IJTIHAD
- Al-Qur’an
- As Sunnah yang riwayat imam mereka
- Tidak menerima Qiyas sebagai Dalil dalam menetapkan hukum Syara’ dengan alasan menggunakan rasio semata, karena penentu hukum adalah imam yang meraka yakini terhindar dari kesalahan (maksum)
- Menolak Ijma sebagai cara dalam menetapkan hukum syara’ kecuali bersama imam mereka.
Fiqih yang disusun imam mereka, yang diberi judul:
1. Al-Halal Wa Al Haram oleh Musa Al Kazim (128-183 H)
2. Fiqih Ar Righa oleh Ali Ar-Ridha (W.203 H / 818 M)
Syi’ah Imamiyah disebarluaskan oleh Muhammad Bin Ya’qub Bin Ishaq Al-Kulaini (W. 328 H) melalui kitab Al-Kafi Fi Ilm Ad-Din.
Perbedaan Syi’ah Dengan Ahlus Sunnah
1) Syi’ah Imamiyah menghalalkan nikah Mut’ah yang di haramkan oleh Ahlus Sunnah
2) Mewajibkan kehadiran saksi dalam talak oleh Ahlus Sunnah tidak perlu
3) Masalah kebangkitan (Ar-Raj’ah) semua Imam 12 yang mati dihidupkan kembali dan diturunkan ke muka bumi sedangkan Ahlus Sunnah tidak ada prinsip seperti itu..
4) Kutukan kepada para khalifah selain Ali Bin Abi Thalib juga kepada istri-istri Rasulullah seperti Aisyah dan Hafshah
5) Mengharamkan lelaki muslim menikah dengan wanita Ahlulkitab.
2. Syi’ah Saba’iyah
Adalah suatu golongan yang mengikuti Abdullah bin Saba’. Mereka berkeyakinan bahwa di dalam kitab taurat ada keterangan bahwa setiap nabi itu mempunyai wasiat (sebagai pemimpin atau penerusnya). Dan Ali adalah satu-satunya orang yang diwasiat Nabi. Karena sebaik-bak wasiat adalah Ali sebgaimana pula Nabi Muhammad adalah sebaik-baik Nabi. Dan mereka juga percaya bahwa golongannya dibangun atas tujuh perkara diantaranya adalah iman, thaharah, salat, zakat, shaum, haji dan jihad.
Mereka juga mempunyai pemikiran bahwa Tuhan itu berada pada jasad saidina Ali. Dan apabila Ali meninggal, maka Tuhan bertempat tinggal dijasad pemimpin setelah Ali. Roh ketuhanan itu berganti dari Imam satu ke Imam yang lain.
3. Syi’ah Ghulat
Istilah ghulat berasal dari kata ghala artinya bertambah dan naik. Abu Zahrah menjelaskan bahwa golongan ini adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad. Gelar ekstrim yang diberikan pada kelompok ini berkaitan dengan pendapatnya yang janggal yaitu,ada beberapa orang yang khusus dianggap Tuhan dan juga ada beberapa orang yang dianggap Rasul setelah Nabi Muhammad. Adapun doktrin-doktrin yang dikembangkan oleh golongan ini yaitu:
 Bada’ yaitu, suatu keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubahan ilmu-Nya.
 Raj’ah yaitu, imam Mahdi akan datang ke bumi. Dalam hal ini mereka mengatakan yang akan datang ke bumi adalah Ali, tapi ada juga yang berpendapat Ja’far As-Shiddiqy.
 Tasbih yaitu, menyerupakan atau menyamakan. Artinya mereka menyerupakan Tuhan dengan makhluk
 Hulul yaitu, Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa dan ada pada diri setiap individu manusia. Sehingga Tuhan menjelma pada diri imam, sehingga imam harus disembah.
 Ghayba yaitu, menghilangnya Imam Mahdi
4. Syi’ah Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena golongan ini mengakui Zaid bin Ali sebagai imam kelima. doktrin-doktrinnya adalah mereka tidak meniggikan kedudukan imam dari pada Nabi, bahkan mereka berpendapat bahwa imam itu sama atau setara dengan manusia yang lain. Mereka menolak pandangan yang menyatakan bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan Nabi SAW telah ditentuka nama dan orangnya oleh Nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja. Mereka juga berkeyakinan bahwa orang yang melakukan dosa besar akan kekal dalam neraka, jika a belum bertaubat dengan pertaubatan yang sesungguhnya. Mereka juga menolak adanya nikah muth’ah yang telah dihapus pada zaman Rasulallah. Syiah Zaidiyah juga seperti halnya Syi’ah pada umumnya. Misalnya dalam azan mereka menyelingi dengan Hayya ‘ala khairul amal, takbir sebanyak lima kali dalam shalat janazah, menolak imam yang tidak shaleh dalam shalat dan menolak adanya mengusap khuf.
E. Pokok-Pokok Aqidah dan Penyimpangan Syi’ah
1. Aqidah syi’ah tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah diantaranya :
- نفى شيوخ الشيعة نزول الله تعالى إلى السماء الدنيا وحكموا على من أثبت هذه الصفة بالكفر . كتاب أصول الكافي ج1 / 90-91
Syi’ah meniadakan sifat nuzul (turunnya Allah) bagi Allah subhanahu wa ta’ala ke langit dunia dan menghukumi kafir orang yang menetapkan hal tersebut.
- شيوخ الشيعة الإمامية الأثني عشرية يصفون أئمتهم بصفات الله تعالى ويسمونهم باسماء الله تعالى ينظر كتال أصول الكافي ج1/ 103 .
Syi’ah menyifati imam-imam mereka dengan sifat-sifat Allah dan menamai mereka dengan nama-nama Allah ta’ala. (kitab ushuulul kaafi 1/103)
2. Aqidah syi’ah tentang tauhid
- يقول شيخ الشيعة الكليني في كتابه الروضة من الكافي ج8/ 2103 ان الكواكب والنجوم لها تأثير في السعادة والشقاوة وفي دخول الجنة والنار .
Syi’ah meyakini bahwa planet-planet dan bintang-bintang mereka memiliki pengaruh kebahagiaan dan kesengsaraan serta nasib masuk surga dan neraka. (Ar Raudhatu minal Kaafi 8/2103)
- شيوخ الشيعة يقولون انه ولا بد مع شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمد رسول الله ان تشهد أن علي ولي الله تعالى فيرددونها في أذانهم وبعد صلواتهم ويلقنوها موتاهم .كتاب فروع الكافي ج3/ 82
Syi’ah meyakini bahwa syahadatain harus disertai dengan persaksian bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu adalah wali Allah. Mereka senantiasa mengulang-ulangnya dalam adzan mereka dan setiap setelah selesai shalat dan ketika mentalkin orang-orang yang sudah meninggal. (Kitab Furuu’il Kaafi 3/82)
- يعتقد بعض الشيعة أن الله بعث جبرئيل بالوحي إلى علي عليه السلام فغلط جبرئيل وأنزل الوحي على محمد صلى الله عليه وسلم .كتاب المنية والأمل في شرح الملل والنحل ص 30
Kaum Syi’ah meyakini bahwa Allah mengutus Malaikat Jibril untuk membawa wahyu kepada Ali, namun Jibril keliru memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. (kitab al-maniyatu wal amal fii syarhil milal wan nahl 30)3. Aqidah syi’ah tentang al-qur’an
Menurut syi’ah, al-qur’an yang sekarang ada bukanlah al-qur’an yang diturunkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sudah diganti/dirubah, diberi tambahan dan dikurangi dari yang seharusnya.
- يعتقد شيوخ الشيعة أن القرآن الكريم ناقص وأن القرآن الحقيقي صعد به إلى السماء حينما أرتد الصحابة رضوان الله عليهم .كتاب التنبية والرد ص 25 للملطي
Mereka meyakini bahwa al-qur’anulkarim ada yang kurang dan al-qur’an yang sesungguhnya naik ke langit ketika para sahabat murtad. (kitab at-tanbih war radd 25)
4. Aqidah syi’ah tentang Ali dan Ahlul Bait
- عند الشيعة إن أول ما يسأل عنه الميت في قبره هو عن حب آل البيت .ينظر كتاب بحار الأنوار ج27 / 79
Yang akan ditanyakan pada mayit nanti di alam kubur tentang kecintaan pada ahlul bait (Kitab Baharul Anwar 27/79).
- شيوخ الشيعة يقولون أن عليآ يحي الموتى ينظر كتاب أصول الكافي ج1/ 347
Ali dapat menghidupkan orang mati.
5. Penyimpangan syi’ah mengenai rukun iman
Syi’ah hanya memiliki 5 rukun iman yaitu tauhiid, al-‘adl(keadilan Allah), nubuwwah(kenabian), imamah(kepemimpinan imam), dan ma’ad(hari kebangkitan dan pembalasan). Syi’ah tidak meyakini keimanan kepada rasul, malaikat dan qadha dan qadhar.
6. Penyimpangan syi’ah tentang rukun islam
Syi’ah tidak mencantumkan syahadatain, yaitu shalat, zakat, haji, puasa dan wilayah (perwalian).

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

المشاكلة في البلاغة

Shalawat Istri Nu Bakti