SENI BELA DIRI TARUNG DERAJAT DALAM KACAMATA ISLAM


Dalam mengarungi kehidupan ini sering terjadi berbagai perilaku penyimpangan sepeti mencuri, membunuh, meminum minuman keras, berkelahi dan tauran antar pelajar. Untuk menghadapi itu semua dibutuhkan penjagaan diri agar dapat membentengi diri dari perilaku penyimpangan tersebut.
Negara Indonesia mempunyai berbagi macam bela diri, diantaranya pencak silat, perisai diri, tifan, tarung dradjat dan lain-lain. Salah satu dari seni bela diri tersebut ialah seni bela diri Tarung Dradjat yang merupakan seni bela diri dengan menggunakan perpaduan lima unsur daya gerak pada diri manusia, yaitu meliputi kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Hal itu bertujuan untuk mempertahankan diri dari setiap gangguan yang dihadapi.
Seni bela diri Tarung Dradjat telah diperlombakan baik di tingkat daerah maupun provinsi bahkan tingkat Nasional. Sehingga seni bela diri ini mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi baik di kalangan remaja, dewasa, maupun kalangan tua. Hal inilah yang membuat kami berkeinginan untuk menyusun sebuah makalah melalui penelitian dengan jalan mewawancarai dan observasi langsung ke lapangan tempat mereka berlatih seni bela diri tersebut.
A. Pengertian Seni Bela Diri
Pengertian Seni, memiliki tiga arti antara lain:
1. Seni diartikan halus, kecil dan halus, tipis, lembut dan enak didengar, mungil dan elok.
2. Keahlian membuat karya bermutu (dilihat dari segi keindahan dan kehalusannya)
3. Kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (Setiawan, KBBI offline 1.3).
Sehingga seni bela diri diartikan sebagai satu kesenian yang timbul sebagai satu cara seseorang itu mempertahankan diri. Seni bela diri telah lama wujud dan pada mulanya ia berkembang di medan pertempuran sebelum secara perlahan-lahan apabila peperangan telah berkurangan dan penggunaan senjata moden mula digunakan secara berleluasa, seni bela diri mula berkembang dikalangan mereka yang bukannya anggota tentera tetapi merupakan orang awam (Wikipedia.com).
B. Pengertian Tarung Dradjat
Tarung Dradjat menurut Hidayat (ketika diwawancarai) mengatakan bahwa ia merupakan seni bela diri dengan menggunakan perpaduan lima unsur daya gerak pada diri manusia, yaitu meliputi kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Hal itu bertujuan untuk mempertahankan diri dari setiap gangguan yang dihadapi.
A. Sejarah Tarung Dradjat
Achmad Dradjat dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu H.Adang Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam (D.I), dalam penyerangan tersebut kedua orang tua Achmad Dradjat sebagai Aktivis Pejuang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang setelah pasca Keemerdekaan menjadi anggota Polisi Istimewa, menjadi salah satu sasaran operasi dari penyerangan Gerombolan tersebut. Berkat kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dapat selamat dari peristiwa itu dan saat itulah Sang Guru lahir dalam keadaan sehat, ditengah kejaran para pemberontak. Peristiwa tersebut telah mengilhami kedua orang tua Sang Guru memberikan nama DARAJAT (DRADJAT / DERAJAT), yang berarti Berkat yaitu suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia, seperti keselamatan dan kesehatan hidup atau kesejahteraan hidup atau juga sebagai harkat dan martabat hidup manusia.
Pada usia balita Achmad Dradjat pindah ke Bandung mengikuti perjalanan dinas kedua orang tuanya, tinggal di kawasan Tegallega suatu daerah yang keras dan berpenduduk sangat heteorogin dengan segala perilaku hidupnya yang dinamis. Situasi dan kondisi seperti itu sangat ditunjang dengan keberadaan sebuah lapangan sangat luas yang beraktivitas hampir 24 jam , berbagai macam bentuk kegiatan hidup terjadi dilapangan tersebut, seperti: berbagai kegiatan olah raga, perkealahian masal antar kelompok pemuda remaja, pemerasan, perampokan perjudian, pelacuran, dan lain sebaginya yang berbau kriminalitas dan kemaksiatan serta dalam waktu-waktu tertentu bisa dan biasa juga dipakai untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya oleh seluruh kalangan masyarakat Bandung khususnya dan apabila sesuatu tindak kekerasan terjadi, tidak jarang masyarakat setempat yang berperilaku hidup baik-baik kerap menjadi korban tindak kekerasan, kejadian tindak kekerasan tersebut tidak terkecuali sering juga dialami oleh sosok remaja Achmad Dradjat.
Bagi Achmad Dradjat yang sejak masa anak-anak mempunyai postur tubuh lebih kecil dibanding dengan sesama anak lainnya dan sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola dan beladiri, selain itu dirinya yang berkarakter berani dan ulet, menjadikan hidup dan dibesarkan dilingkungan seperti itu memiliki arti dan tantangan yang tersendiri.
Berbekal didikan Akhlak Budi pekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara ketat dan berdisiplin sejak masa kecil. Aa, demikian dipanggil dalam lingkungan keluarganya (Aa adalah suatu panggilan dalam bahasa daerah sunda bagi anak laki yang tertua atau yang dituakan) mulai memasuki lingkungan yang keras, bermacam cara datang dan terjadi perekelahian antar kelompok maupun perorangan, pemerasan serta berbagai bentuk tindak kekerasan lain.
Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan keinginan menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan segala keuletan yang didasari oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus melekat, dirinya mampu menghadapi dan mengatasi berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya. Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa menjadi penonton dan sebagian lainya hanya mampu menjadi penganiaya, dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus mampu bertahan hidup dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai lupa diri. Sesungguhnya dari kenyataan peristiwa tersebut sangat disadari hanya kerena Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain sehingga Aa dapat terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.
Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat belajar latihan beladiri secara resmi sebagai anggota suatu perkumpulan beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya dipaksa untuk berkelahi menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan anggota senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat yang baru belajar dasar-dasar teknik perkelahian tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri, disaksikan anggota senior lain, pelatih dan guru besarnya yang ada diruang latihan lainnya. Achmad Dradjat dengan teknik yang terbatas tadi seluruh badannya penuh dengan luka memar, namun demikian tidak ada fikiran dan rasa dari penyaksi termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan menyelamatkan perkelahian. Dalam kesendirian sosok remaja Achmad Dradjat kembali harus berjuang diri mempertahankan keselamatan dan kesehatan hidupnya.
Dari perkelahian ke perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari kerasnya kehidupan yang dialami sifat fisik dan sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima kenyataan hidup secara realistis dan rasional. Kemampuan itu dimiliki karena pada dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek untuk bertahan hidup. Fikiran, rasa dan keyakinan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang usia, baik kejadian itu berupa musibah maupun anugerah, pengalaman tersebut pada dasarnya adalah bagian dari proses pembelajaran dan pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah hidup yang lebih baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan kodratnya.
Berbagai macam kejadian dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri yang berasal dan mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri ,insting atau garizah yang terus terjadi secara berulang tersebut, mengasah otot, otak serta nuraninya untuk terbiasa menghadapi berbagai ancaman dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup, yang berupa menjaga keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan dan mempertahankan kehormatan serta membela kemanusiaan.
Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental dengan cara yang tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi jurus ini, seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.
Dari penempaan praktis ini gerakan tubuh yang tercipta manjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan diri. Gerakan dan jurus serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.”
Hingga menginjak usia pemuda remaja, Achmad Dradjat telah menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam menghadapi berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi “Guru.”
Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat. Gelar “SANG GURU” menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan sekaligus sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri Tarung Derajat bagi murid-murid dan Perguruan Pusat Tarung Derajat.
Tarung Derajat merupakan seni bela diri full body contact yang praktis dan efektif berasal dari Indonesia, diciptakan oleh Achmad Dradjat. Ia mengembangkan teknik melalui pengalamannya dari setiap pertarungan di jalanan pada tahun 1960-an di Bandung. Tarung Derajat secara resmi diakui sebagai olahraga nasional dan digunakan sebagai pelatihan dasar oleh TNI Angkatan Darat. "Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk", semboyan Tarung Derajat. "BOX!" adalah salam persaudaraan diantara anggota Tarung Derajat. Tarung Derajat menekankan pada agresivitas serangan dalam memukul dan menendang. Namun, tidak terbatas pada teknik itu saja, bantingan, kuncian, dan sapuan kaki juga termasuk dalam metode pelatihannya. Tarung Derajat dijuluki sebagai "BOXER". Praktisi Tarung Derajat disebut "Petarung".
Sejak 1990-an, Tarung Derajat telah disempurnakan untuk olahraga. Pada tahun 1998, Tarung Derajat resmi menjadi anggota KONI. Sejak itu, Tarung Derajat memiliki tempat di Pekan Olahraga Nasional, sebuah kompetisi multi-olahraga nasional diselenggarakan setiap 4 (empat) tahun. Tarung Derajat utama asosiasi kodrat (Keluarga Olahraga Tarung Derajat) sekarang memiliki sub-organisasi di 22 provinsi di Indonesia. Setelah diperkenalkan pada 2011 SEA Games di Palembang, Indonesia, Tarung Derajat secara resmi disertakan pada SEA GAMES 2013 di Myanmar.
B. Analisis Hadits
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَابْنُ نُمَيْرٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ إِدْرِيسَ، عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ». (رواه المسلم رقم 2663).
1. الأبحاث العربية
المؤمن القوي : لفظ (القوي) هنا ليس المراد منه قوة الجسم فحسب, بل إن اللفظ جاء عاما ليشمل بجميع أنواعها, من قوة البدن, و قوة النفس, و قوة الإيمان. و هكذا المؤمن القوي في إيمانه و في عقيدته و في علمه و في جسمه خير من المؤمن الضعيف.
خير : أفعل تفضيل حدفت ألفه تخفيفا, و ليس مصدرا لأن معناه التفضيل بدليل ما بعده وهو (أحب) و أما في قوله : (و في كل خير) فإنها مصدر.
و في كل : التنوين في (كل) يسمى (تنوين عوض) و هو التنوين الذي يأتي عوضا عن الاسم و يلحق لفظ كل, فهذا التنوين عوض عن قوله : (و في المؤمن القوي خير و المؤمن الضعيف خير).
احرص : من الحرص و هو العناية بالشيء و الإهتمام به حتى لا يفوت, و الماضي (حرص) بفتح الراء, ومنه قوله تعالى : (وما أكثر الناس ولو حرصت بمؤمنين). و المضارع يحرص, قال تعالى: (ان تحرص على هداهم).
و استعن بالله : الإستعانة طلب العون من الله سبحانه و الإعتماد عليه دون الإعتماد على الأسباب أو الأشخاص, فمن أعانه الله فهو المعان, و قد أحسن القائل:
إذا لم يعنك الله فيما تريده
فليس لمخلوق إليه سبيل
و إن هم لم يرشدك في كل مسلك
ضللت و لو أن السماك دليل
و لا تعجز : بكسر الجيم على الأفصح, أي: لا تفرط و لا تقصر في العمل بل اعتمد على الله مع اتخاذ الأسباب.
كذا وكذا : أي حصل الأمر الفلاني أو الشيء الفلاني فهما كناية عن شيئ مبهم.
تفتح عمل الشيطان : أي وساوس الشيطان و أوهامه التي يلقيها على الإنسان فيكون سببا لخسرانه و هلاكه.
2. الأبحاث البلاغية
أ‌. قوله : ( المؤمن القوي) جملة خبرية من الضرب الابتدئ, و فائدة الخبر هو تحريك الهمة, والحث ز الترغيب لاكتساب أنواع القوة.
ب‌. قوله : ( خير) أفعل تفضيل بمعنى أكثر فضلا, و مثله (أحب إلى الله) فإن كلا اللفظين يقصد به التفضيل, لكن لفظ (خير) لا تدخله الهمزة و كذلك لفظ (شر) تقول: فلان من خير من فلان و لا تقول: أخير.
ت‌. قوله : (و في كل) فيه (مجاز بالحذف) و هو حذف أيجاز, و في التنوين إشارة إلى هذا الحذف, و أصله فى المؤمن القوي خير, و في المؤمن الضعيف خير.
ث‌. قوله : (القوي) و لفظ (الضعيف) من المحسنات البديعية ما يسمى ب (الطباق) مثل قوله تعالى: ( و تحسبهم أيقاظا و هم رقود).
ج‌. قوله : (تفتح عمل الشيطان) المراد: تأتي بالوساوس و الأوهام, فهو إذن كناية عن الوساوس التي تصيب الإنسان من جراء قوله : (لو).
3. الأبحاث النحوية
(المؤمن القوي): المؤمن مبتدأ, و القوي صفة, و الخبر هم (خير). (و في كل خير): الجار و المجرور خبر مقدم و خير مبتدأ مؤخر. (على ما ينفعك): ما اسم موصول في محل جر بعلى و الجار و المجرور متعلق باحرص. (قدر الله): فعل و فاعل, و ضبطه بعضهم بفتح الدال و رفع الراء فيكون مبتدأ (فدر الله) أي: تقدير الله و مشيئته, و جملة قدر الله..... إلخ: مقول القول. (فإن لو): كلمة (لو) كلمة قصد لفظها اسم إن, و جملة (تفتح عمل الشيطان): خبر إن.
4. شرح الحديث
فقد شرح الإمام النووي (1392 ه : 215) هذا الحديث في شرح صحيح مسلم فقال: (المؤمن القوي خير) المراد بالقوة هنا عزيمة النفس والقريحة في أمور الآخرة فيكون صاحب هذا الوصف أكثر إقداما على العدو في الجهاد وأسرع خروجا إليه وذهابا في طلبه وأشد عزيمة في الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر والصبر على الأذى في كل ذلك واحتمال المشاق في ذات الله تعالى وأرغب في الصلاة والصوم والأذكار وسائر العبادات وأنشط طلبا لها ومحافظة عليها ونحو ذلك (وفي كل خير) معناه في كل من القوي والضعيف خير لاشتراكهما في الإيمان مع ما يأتي به الضعيف من العبادات (احرص على ما ينفعك) معناه احرص على طاعة الله تعالى والرغبة فيما عنده واطلب الإعانة من الله تعالى على ذلك ولا تعجز ولا تكسل عن طلب الطاعة ولا عن طلب الإعانة.
و أما الصابونى (1999ه : 44-45) قال في هذا الحديث النبوي الكريم, دعوة إلى القوة, و إلى الأخذ بأسباب العزة و النصر, فالإسلام دين القوة, و دين العزة و الكرامة, لا برضى- بحال من الأحوال- أن يكون أتباعه في ضعف و هوان, أو ذلة و استكانة, لأن المؤمن عزيز (و لله العزة ولرسوله للمؤمنين و لكم المنافقين لا يعلمون), فلا يجتمع إيمان و هوان كما لا يجتمع النور مع الظلام, كيف لا.....و المؤمن يعلم أن له إحدى الحسنين: إما النصر و السعادة, و إما الفوز بالشهادة, و شعاره الذي يردده قول الشاعر العربي:
عش عزيزا أو مت و أنت كريم بين طعن القنا وخفق البنود
و لهذا فقد دعا الإسلام في كثير من ايات الذكر الحكيم (وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ.....) الاية. و ضرب رسول الإنسانية محمد ص.م. أروع الأمثلة في الشجاعة و القوة, حين فر الناس يوم حنين, و لم يبق معه إلا معه نفر يسير, فكان ص.م. و هو راكب على بغلته يخترق صفوف الأعداء و هو يقول:
أنا النبي لا كذب أنا ابن عبد المطلب
C. Hasil Wawancara dan Apresiasi SATLAT Tarung Dradjat
Kemunculan seni bela diri Tarung Dradjat ini di Indonesia yaitu 18 Juli1972. Sedangkan kemuculan seni bela diri ini di Universitas Pendidikan Indonesia yaitu 22 September 1995. Adapun yang memprakarsai pendirian UKM SALTAT Tarung Dradjat ini ialah segolongan dari anggota MENWA dengan pelatihnya itu ialah Noves Narayana. Dengan tujuan untuk memberikan kegiatan olah raga melalui seni bela diri bagi karyawan dan civitas akademik. Prestasi yang telah diraih oleh UKM SALTAT Tarung Dradjat itu sendiri sangat banyak, diantaranya; Juara II antar Universitas se-Indonesia, Juara umum se-Bandung Raya.
Adapun makna lambang Pribadi Mandiri yang digunakan sebagai ikon Tarung derajat yakni
1. Lingkaran = Lima unsur gaya gerak, yaitu meliputi kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan.
2. Gabar kepalan tangan = Kekuatan, dengan dua titik diatasanya merupakan otot dan otak
3. Halilintar = Semangat juang yang tinggi
Di dalam SATLAT Tarung Dradjat terdapat beberapa tahapan atau tingkatan yang dinamakan dengan kurrata dari mulai kurrata pertama sampai kurrata tujuh kemudian selanjutnya dinamakan dengan dzat satu, dua, dan tiga yang merupakan puncak keahlian dalam Tarung Dradjat. Untuk dapat mencapai tingkatan tertinggi itu didasarkan pada tingkat kemahiran, dan keterampilan ketika ujian baik itu materi maupun praktek. Selain itu juga bisa melalui pengabdian.
Kami menganalisis bahwasannya tingkatan yang dikenal dalam Tarung Dradjat kurrata merupakan manifestasi dari ayat dan hadits Rasulullah. Dalam konteks ayat Allah SWT telah berfirman pada surat al-Baqarah (2): 185 sebagai berikut:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“…….Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu……”.
Ayat ini memberikan pelajaran bagi seseorang berupa kemudahan ketika ia menjalani tahapan proses pelaksanaan shaum. Allah menjelaskan pada hakikatnya Dia SWT tidak menghendaki kesusahan tetapi Dia menghendaki kemudahan bagi setiap hamba-Nya dalam setiap urusan. Oleh karena itu dalam sebuah proses pembelajaran seorang pendidik tidak diperkenankan untuk memberikan ilmu dengan sekaligus atau memulai proses pembelajarannya dari materi yang paling rumit dilanjutkan ke materi yang mudah. Namun hendaklah ia memulainya dari materi yang mudah dilanjutkan ke materi yang lebih susah dari materi yang pertama. Begitu pula dalam Tarung Dradjat ini seorang pelatih melatih para muridnya terlebih dahulu dari gerakan-gerakan yang mudah sebelum menginjak kepada gerakan yang lebih rumit.
Hal ini juga sejalan dengan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut:
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا، وَلاَ تُنَفِّرُوا
“Permudahlah dan janganlah kalian membuat susah, buatlah bahagia (dalam proses belajarnya) dan janganlah kalian membuat (mereka) lari.” (H.R Bukhari No. 69 hal: 25)
Hadits ini menegaskan bahwasannya ketika kita memberikan materi pelajaran pada murid kita maka hendaklah dibuat mudah dan janganlah dibuat susah. Selain itu juga hendaklah suasana mengajarnya itu menyenangkan agar mereka yang sedang mempelajari ilmu dari kita tidak pergi atau takut untuk mempelajarinya.

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

KAJIAN BALAGHAH: JINAS

المشاكلة في البلاغة