MERAIH SAKINAH MELALUI AYATUS SAKINAH FIN NASYAATHIL YAUMIYYAH
Hilman
Fitri
Pengampu
Mata Pelajaran Bahasa Arab dan Hadis
SDIT
Uswatun Hasanah Kota Banjar
Di
dalam Alquran yang diturunkan kepada Nabi s.a.w. terdapat kurang lebih 6 ayat
yang terkategorikan sebagai ayatus sakinah. Keenam ayat sakinah tersebut
tersebar dalam tiga surah, yaitu surah al Baqarah ayat 248, surah at Taubah
ayat 26 dan 40, dan surah al Fath ayat 4, 18, dan 26.
Pada
kesempatam kali ini, penulis akan membahas mengenai salah satunya saja yakni
ayatus sakinah yang terdapat pada surah al Fath ayat 4. Berikut ini
penjelasannya.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ
الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). dan
kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.”
Secara
khusus, Rasulullah merasa adanya kebahagiaan tersendiri dengan diturunkannya
surah al Fath ini melalui sabdanya beliau berucap seraya menyanjungnya “Telah diturunkan
kepadaku malam inisatu surah yang baik daripada dunia dan seisinya” (H.R.
Bukhari). Hal ini dikarenakan surah ini diturunkan pada waktu malam hari. Ia
turun tepat pada tahun keenam hijriah, sekembalinya Rasulullah s.a.w. dari
perjanjian Hudaibiyyah dalam keadaan yang gelisah, kecewa, dan emosi yang
menyelimuti perasaan sahabat Rasulullah s.a.w. ketika itu.
Adapun
kaitan surah ini dengan surah sebelumnya yakni kalau surah al Qital yang
memerintahkan umat Islam untuk berjuang dan tidak merasakan rendah diri. Lalu
Allah Ta’ala menjanjikan kemenangan kepada mereka. Jika demikian, sangat wajar
jika surah al Fath ini menguraikan kemenangan yang akan diraih oleh Rasulullah
s.a.w. dan para pejuangnya. Sehingga tema utama surah ini menurut Ibn ‘Asyuur
dalam kitab tafsirnya at tahrir wa tanwiir ialah berita gembira kepada
kaum muslimin tentang kemenangan yang mereka peroleh setelah perjanjian
Hudaibiyyah serta kemenangan kemenangan lain sesudahnya. Di sini juga ditemukan
uraian tentang keutamaan yang dianugerahkan Allah kepada Nabi s.a.w. dan kaum
beriman yang mengikuti dan mendukung beliau.
Sayyid
Qutb menggambarkan ragam perasaan yang tersimpan dalam hati para sahabat
Rasulullah s.a.w. sebelum turunnya ayat ini. Kegelisahan yang mereka rasakan
paling tidak karena tiga factor. Pertama, penantian mereka akan
kebenaran mimpi Rasulullah s.a.w. bahwa mereka akan memasuki masjidil Haram
dalam keadaan aman. Kedua, sikap kaum Quraisy yang sengaja memperkeruh
suasana, ditambah penerimaan Rasulullah s.a.w. akan desakan mereka agar kembali
pulang ke Madinah setelah ihram. Ketiga, penerimaan Rasulullah s.a.w.
akan syarat-syarat perjanjian yang cenderung berpihak dan menguntungkan mereka.
Sehingga sakinah dalam ayat tersebut merupakan pengantar dalam mengiringi kemenangan
bagi orang-orang beriman.
Al
Bukhari (ash Shidiqie, 2011) mengambil dalil dari ayat ini bahwa iman dalam
hati manusia itu berlebih-kurang, atau dengan kata lain mengalami pasang surut.
Sehingga ketika mereka para sahabat Nabi berusaha menekan gejolak nafsu untuk
membangkang perintah Nabi s.a.w. menolak perjanjian, dan menghadapi keangkuhan
kaum musyrikin Allah menurunkan as sakinah ke dalam hati mereka yang sudah memiliki
kesiapan mental atau hati yang bagaikan tanah subur yang siap ditanami.
Kata
السكينة / as sakiinah terambil
dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf sin, kaf, dan nun yang mengandung
makna ketenangan, atau antonim guncang dan gerak. Berbagai bentuk kata yang
terdiri dari ketiga huruf itu kesemuanya bermuara kepada makna di atas. Rumah
dinamai مسكن karena ia adalah tempat untuk
meraih ketenangan setelah sebelumnya penghuninya bergerak bahkan boleeh jadi
mengalami keguncangan di luar rumah. Pisau yang antara lain berfungsi untuk
menyembelih binatang dinamai سكين
sikkiin –
dari akar kata yang sama dengan sakinah- karena pisau tersebut adalah alat
yang menghasilkan ketenangan bagi binatang setelah sebelumnya ia berontak.
Shihab (2002: 513) mengatakan bahwa sakinah dirasakan
setelah sebelumnya terjadi situasi yang mencekam, baik karena bahaya yang
mengancam jiwa atau sesuatu yang mengeruhkan pikiran, masa kini, atau masa
lalu. Bahkan pakar-pakar bahasa Arab menegaskan bahwa kata itu tidak digunakan
kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah adanya gejolak.
Cinta yang bergejolak di dalam hati dan diliputi oleh ketidakpastian akan
berakhir dengan sakinah (ketenangan dan ketentraman) manakala pernikahan
dilangsungkan. Itu sebabnya alquran menegaskan bahwa salah satu tujuan
perkawinan adalah agar pasangan mendapat saknah, yaitu ketenangan dan
ketentraman.
Ketika kata sakinah tersebut dilanjutkan dengan
kalimat في قلوب المؤمنين tidak dengan kalimat إلى قلوبهم mengisyaratkan bahwa sakinah tersebut ditampung di dalam wadah
hati dan berada di sana secara mantap. Sedangkan
jikalau kata إلى yang digunakan, ia
mengisyaratkan bahwa sakinah turun ke sana, tanpa adanya makna kemantapannya di
dalam hati.
Adapun menurut Ibn Qayyim, sakinah merupakan anugerah
Allah Ta’ala yang terbesar kepada hamba-Nya yang beriman. Hal ini dikarenakan
sakinah bias berdampak dan akan melahirkan kekhusyuan dalam menjalankan amat
keta’atan, kesadaran dalam beribadah, dan pengagungan akan kebesaran Allah
Ta’ala. Ia juga akan berdampak pada sikap selalu introsepksi diri, ridha dengan
ketentuan Allah dan selalu menjadikan akal dan hatinya mendahului setiap lisan
dan tindakannya. Sehingga ia tidak berbicara kecuali dengan pertimbangan dan
tidak bertindak kecuali dengan hikmah.
Demikianlah, suasana sakinah yang menghiasi serta
tertancap dengan mantap di dalam hati para sahabat Rasulullah.
Berdasarkan keutamaan ayat sakinah tersebut, Ibn
Taimiyyah senantiasa membaca ayat-ayat ini di saat menghadapi persoalan dan
tugas berat. Sehingga ia merasakan ketenangan yang luar biasa setelahnya.
Begitu juga dengaan Ibn Qayyim Jauziyyah murid Ibn Taimiyyah bahwa ia akan
membaca ayat sakinah di kala hatinya gelisah agar ia menemukan ketenangan.
Begitu jelas kesan dan pengaruh sakinah bagi orang yang membacanya dan memahami
kandungan artinya yang sangat dalam.
Sehingga, baik secara pribadi maupun jama’I kita
dituntut untuk lebih banyak berinteraksi dengan ayat ayat ilahi terutama
ayat-ayat sakinah-Nya, di tengah kegelisahan dan kekecewaan yang kerap melanda
kita. Di tengah konflik dan perbedaan yang kerap mengotori perasaan dan
prasangka baik kita kepada orang lain. Betapa kita sangat mengharapkan
pertolongan Allah Ta’ala dalam bentuk sakinah-Nya yang akan memperkuat
kekhusyuan kita dalam beribadah dan keyakinan kita akan dekatnya pertolongan
Allah SWT. Semoga sakinah-Nya ini senantiasa terlimpahkan kepada kita semuanya
selaku umatnya lebih khusus kepada bangsa ini sehingga mereka bias bersabar dan
berpikir jernih dalam bertindak, bersikap dan berucap.
Wallahu A’lam.
Comments
Post a Comment