Analisis kata أنزلنا dan جعلنا dalam Konteks Penurunan Alquran
Hilman Fitri
Kepala Perpustakaan SDIT Uswatun Hasanah
Allah Ta’ala berfirman di surat Yusuf sebagai berikut:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2)
Lalu ia berfirman di surat az Zukruf sebagai berikut:
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (3)
Mengapa disebutkan الإنزال pada surat Yusuf namun جعل pada surat az Zukhruf?
Jawabannya:
Disebutkannya الإنزال pada surat Yusuf karena penyebutannya itu berkaitan dengan penurunan, yakni
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ (3) إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (4) قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (5) وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (6) لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ (7)
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
4. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[742], Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
6. dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
7. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.
Telah disebutkan bahwa Tuhan-Nya menceritakan kepada Muhammad kisah yang paling baik dan Dia telah mewahyukan al Quran kepadanya. Dan kisah ini pun merupakan jawaban bagi orang-orang yang bertanya tentangnya, sehingga maknanya itu, Dia telah menurunkannya (al Quran) kepadanya.
Surat Yusuf secara umum menyebutkan kisah Yusuf yang diminta dari Rasulullah saw. Sebagaimana disebutkan dalam asbaabun nuzulnya bahwasannya segolongan umat Yahudi, mereka meminta kepada Rasulullah untuk menceritakan kepada mereka mengenai kisah Ya’kub dan anak-anaknya, perihal Yusuf serta hal-hal yang berakhir kisahnya pada Yusuf.
Dan disebutkan bahwasannya segolongan umat Yahudi dari penduduk Madinah pergi menemui Rasulullah saw, yakni bertanya kepadanya mengenai salah seorang Nabi yang hidup di Syam, anaknya itu pergi ke Mesir lalu dia menangis sampai ia buta. Dan pada waktu itu di Mekkah tidak ada seorang pun ahli kitab, dan tidak ada pula yang mengetahui informasi mengenai para Nabi, maka Allah pun menurunkan surat Yusuf secara keseluruhan sebagaimana di dalam Taurat (al Alusi, Ruhul Ma’ani, tt: j. 12 hal. 170; asy- Syaukani, fathul Qadir, tt: j. 3 hal. 6).
Allah telah berfirman di akhir kisah:
ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ (102)
102. demikian itu (adalah) diantara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); Padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya.
Dia swt telah menyebutkan bahwasannya ini merupakan salah satu cerita ghaib, maka hal itu menunjukkan bahwasannya kitab ini hanyalah diturunkan dari sisi Allah karena kaumnya, mereka tidak mengetahui sesuatu pun mengenai kisah ini, sehingga penyebutan الانزال sangat cocok/ sesuai.
Adapun pada surat az Zukhruf tidak disebutkan penurunan/ الإنزال, Dia swt hanya menyebutkan lafadz الجعل karena Dia tidak menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan penurunan, sebagaimana firmna-Nya:
وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ (4)
4. dan Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak mengandung hikmah.
Pada firman-Nya itu فِي أُمِّ الْكِتَابِ , لَدَيْنَا , لَعَلِيٌّ , menunjukkan bahwasannya pembicaraan itu bukan perihal penurunan namun hanya menunjukkan sesuatu yang bernilai tinggi dan tidak disebutkan adanya penurunan.
Selanjutnya Allah swt mengulang-ngulang lafadz جعل pada surat itu beberapa kali, diantaranya:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (10)
10. yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ (15)
15. dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19)
19. dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ (60)
60. dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.
Dan selainnya, sehingga penyebutan ja’ala pada surat tersebut sesuai atau cocok.
Itu di satu sisi. Adapun ditinjau dari segi yang lain, bahwa lafadz ja’ala disebutkan dalam surat az Zukhruf lebih banyak daripada di surat Yusuf. Di surat az Zukhruf lafadz ja’ala disebutkan sebanyak 11 kali sedangkan di surat Yusuf lafadz ja’ala itu hanya disebutkan empat kali.
Namun lafadz الانزال bersama derivasinya disebutkan dalam surat Yusuf sebanyak tiga kali sedangkan di surat az Zukhruf hanya satu kali, sehingga penyebutan lafadz ja’alnaa itu cocok sekali pada ayat az Zukhruf itu, begitu juga kata anjalnaa pada surat Yusuf sangat cocok.
Ahmad Ibn Zubair (1985: j. 2 hal. 536- 537) dalam kitabnya “Malaakut Ta’wiil” menjelaskan akan sebab perbedaan dua ayat itu:
Bahwa ayat pada surat Yusuf itu sebagai persiapan untuk menceritakan kisah-kisah Yusuf a.s……dan sebagai jawaban sekaligus membungkam keadaan ahli kitab yang menyangka bahwasannya mereka itu adalah satu-satunya yang mengetahuinya. Oleh karena itu Allah menurunkan surat itu sebagai pelengkap dengan melengkapi kisahnya serta pengetahuan mereka akan kisah-kisahnya yang menakjubkan, dan sebagai penyempurna dengan melengkapinya dan menggenelalisirnya dan tidak dinasabkannya ungkapan itu terlihat dari firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2)
2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Agar bangsa Arab dan ahli kitab mengetahui bahwasannya itu diturunkan dari Allah SWT …..dan agar bangsa Arab dan semuanya memutuskan bahwasannya Muhammad saw tidak mengaitkan kisah-kisah itu kepada salah saeorang bangsa Arab walaupun mereka tidak mempunyai cerita sedikit pun, selain itu juga dia saw tidak mentransferkan pengetahuannya tersebut kepada seorang pun sehingga menjadi sebuah kisah dan ayat yang memberikan ilmu berdasarkan keshahihan risalahnya saw dan besarnya perhatiannya tersebut, maka pengungkapan الإنزال pada surat Yusuf itu sudah jelas.
Sedangkan ayat az Zukhrufو tidak menjelaskan informasi atau suatu kisahpun akan tetapi menggantinya dengan berbagai ungkapan, kelemahlembutan, pemberitahuan, serta peringatan.
Wallahu a’lam bis shawab.
Kepala Perpustakaan SDIT Uswatun Hasanah
Allah Ta’ala berfirman di surat Yusuf sebagai berikut:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2)
Lalu ia berfirman di surat az Zukruf sebagai berikut:
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (3)
Mengapa disebutkan الإنزال pada surat Yusuf namun جعل pada surat az Zukhruf?
Jawabannya:
Disebutkannya الإنزال pada surat Yusuf karena penyebutannya itu berkaitan dengan penurunan, yakni
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ (3) إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (4) قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (5) وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (6) لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ (7)
3. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
4. (ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku[742], Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
6. dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
7. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.
Telah disebutkan bahwa Tuhan-Nya menceritakan kepada Muhammad kisah yang paling baik dan Dia telah mewahyukan al Quran kepadanya. Dan kisah ini pun merupakan jawaban bagi orang-orang yang bertanya tentangnya, sehingga maknanya itu, Dia telah menurunkannya (al Quran) kepadanya.
Surat Yusuf secara umum menyebutkan kisah Yusuf yang diminta dari Rasulullah saw. Sebagaimana disebutkan dalam asbaabun nuzulnya bahwasannya segolongan umat Yahudi, mereka meminta kepada Rasulullah untuk menceritakan kepada mereka mengenai kisah Ya’kub dan anak-anaknya, perihal Yusuf serta hal-hal yang berakhir kisahnya pada Yusuf.
Dan disebutkan bahwasannya segolongan umat Yahudi dari penduduk Madinah pergi menemui Rasulullah saw, yakni bertanya kepadanya mengenai salah seorang Nabi yang hidup di Syam, anaknya itu pergi ke Mesir lalu dia menangis sampai ia buta. Dan pada waktu itu di Mekkah tidak ada seorang pun ahli kitab, dan tidak ada pula yang mengetahui informasi mengenai para Nabi, maka Allah pun menurunkan surat Yusuf secara keseluruhan sebagaimana di dalam Taurat (al Alusi, Ruhul Ma’ani, tt: j. 12 hal. 170; asy- Syaukani, fathul Qadir, tt: j. 3 hal. 6).
Allah telah berfirman di akhir kisah:
ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ أَجْمَعُوا أَمْرَهُمْ وَهُمْ يَمْكُرُونَ (102)
102. demikian itu (adalah) diantara berita-berita yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); Padahal kamu tidak berada pada sisi mereka, ketika mereka memutuskan rencananya (untuk memasukkan Yusuf ke dalam sumur) dan mereka sedang mengatur tipu daya.
Dia swt telah menyebutkan bahwasannya ini merupakan salah satu cerita ghaib, maka hal itu menunjukkan bahwasannya kitab ini hanyalah diturunkan dari sisi Allah karena kaumnya, mereka tidak mengetahui sesuatu pun mengenai kisah ini, sehingga penyebutan الانزال sangat cocok/ sesuai.
Adapun pada surat az Zukhruf tidak disebutkan penurunan/ الإنزال, Dia swt hanya menyebutkan lafadz الجعل karena Dia tidak menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan penurunan, sebagaimana firmna-Nya:
وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ (4)
4. dan Sesungguhnya Al Quran itu dalam Induk Al kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar Tinggi (nilainya) dan Amat banyak mengandung hikmah.
Pada firman-Nya itu فِي أُمِّ الْكِتَابِ , لَدَيْنَا , لَعَلِيٌّ , menunjukkan bahwasannya pembicaraan itu bukan perihal penurunan namun hanya menunjukkan sesuatu yang bernilai tinggi dan tidak disebutkan adanya penurunan.
Selanjutnya Allah swt mengulang-ngulang lafadz جعل pada surat itu beberapa kali, diantaranya:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (10)
10. yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
وَجَعَلُوا لَهُ مِنْ عِبَادِهِ جُزْءًا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَكَفُورٌ مُبِينٌ (15)
15. dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah).
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19)
19. dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ (60)
60. dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.
Dan selainnya, sehingga penyebutan ja’ala pada surat tersebut sesuai atau cocok.
Itu di satu sisi. Adapun ditinjau dari segi yang lain, bahwa lafadz ja’ala disebutkan dalam surat az Zukhruf lebih banyak daripada di surat Yusuf. Di surat az Zukhruf lafadz ja’ala disebutkan sebanyak 11 kali sedangkan di surat Yusuf lafadz ja’ala itu hanya disebutkan empat kali.
Namun lafadz الانزال bersama derivasinya disebutkan dalam surat Yusuf sebanyak tiga kali sedangkan di surat az Zukhruf hanya satu kali, sehingga penyebutan lafadz ja’alnaa itu cocok sekali pada ayat az Zukhruf itu, begitu juga kata anjalnaa pada surat Yusuf sangat cocok.
Ahmad Ibn Zubair (1985: j. 2 hal. 536- 537) dalam kitabnya “Malaakut Ta’wiil” menjelaskan akan sebab perbedaan dua ayat itu:
Bahwa ayat pada surat Yusuf itu sebagai persiapan untuk menceritakan kisah-kisah Yusuf a.s……dan sebagai jawaban sekaligus membungkam keadaan ahli kitab yang menyangka bahwasannya mereka itu adalah satu-satunya yang mengetahuinya. Oleh karena itu Allah menurunkan surat itu sebagai pelengkap dengan melengkapi kisahnya serta pengetahuan mereka akan kisah-kisahnya yang menakjubkan, dan sebagai penyempurna dengan melengkapinya dan menggenelalisirnya dan tidak dinasabkannya ungkapan itu terlihat dari firman-Nya:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (2)
2. Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Agar bangsa Arab dan ahli kitab mengetahui bahwasannya itu diturunkan dari Allah SWT …..dan agar bangsa Arab dan semuanya memutuskan bahwasannya Muhammad saw tidak mengaitkan kisah-kisah itu kepada salah saeorang bangsa Arab walaupun mereka tidak mempunyai cerita sedikit pun, selain itu juga dia saw tidak mentransferkan pengetahuannya tersebut kepada seorang pun sehingga menjadi sebuah kisah dan ayat yang memberikan ilmu berdasarkan keshahihan risalahnya saw dan besarnya perhatiannya tersebut, maka pengungkapan الإنزال pada surat Yusuf itu sudah jelas.
Sedangkan ayat az Zukhrufو tidak menjelaskan informasi atau suatu kisahpun akan tetapi menggantinya dengan berbagai ungkapan, kelemahlembutan, pemberitahuan, serta peringatan.
Wallahu a’lam bis shawab.
Comments
Post a Comment