Analisis kata أخذ dan أخذت dalam Konteks Azab kepada Kaum Syu'aib dan Saleh dalam Alquran
Hilman Fitri
Kepala Perpustakaan SDIT Uswatun Hasanah
Allah Ta’ala telah berfirman mengenai kaum Shaleh di surat Hud sebagai berikut:
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (67)
“dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya,”
Allah Ta’ala juga telah berfirman mengenai kaum Syu’aib di surat yang sama sebagai berikut:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (94)
“dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.”
Pertanyaannya ialah mengapa Allah Ta’ala berfirman mengenai kaum Shaleh;
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
dengan penyebutan fi’il mudzakar أَخَذَ sedangkan Allah Ta’ala berfirman mengenai kaum Syu’aib;
وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
dengan penyebutan fi’il mu`annats padahal fi’ilnya sama begitupula pemisah antara fi’il dan fa’ilnya sama satu?
Jawaban:
Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya penyebutan fi’il mudzakar dan fi’il muannats boleh dalam ilmu nahwu dikarenakan fa’ilnya itu tidaklah muannats haqiqi, sedangkan pemilihan kata mudzakar dan muannats di setiap tempat memiliki sebabnya masing-masing diantaranya sebagai berikut:
1. Bahwasannya Allah SWT telah menginformasikan kaum Syu’aib dengan tiga macam adzab semuanya menggunakan kata muannats yaitu الرجفة, الصيحة, الظلة. Maka alangkah cocoknya penyebutan muannats bagi ahlu madyan. Sebagaimana diterangkan dalam kitab “durratu tanziil”: apakah pentakhsisan kisah Syu’aib dengan kata أخذت itu mrngandung faedah yang tidak terkandung dalam kisah Shalih as? Jawaban mengenai permasalahan ini adalah bahwa Allah menginformasikan adzab yang menghancurkan kaum Syu’aib as dengan tiga lafadz yaitu الرجفة pada surat al A’raf sebagai berikut:
وَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ (90) فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (91) الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ (92)
“pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka Itulah orang-orang yang merugi.”
Penyebutan itu pun telah disebutkan sebelumnya pada tempat yang lain.
Lalu الصيحة di surat Hud sebagaimana di atas. Kemudian dengan kata الظلة di surat asy Syu’araa sebagai berikut:
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (189)
“kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar.”
Maka ketika ketiga lafadz muannats itu digabungkan dalam satu ungkapan adzab yang menghancurkan mereka, pemuannatsan pada satu tempat meliputi tempat yang tidak diungkapkan kata-kata muannats tersebut. Oleh karena itu pada kisah Syu’aib diungkapkanlah
وَأَخَذَت الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
Terdapat komentar mengenai pendapat ini yaitu bahwasannya kaum Madyan, Allah SWT menyebut mereka bahwasannya mereka أخذتهم الصيحة, bahwasanya mereka أخذتهم الرجفة. Sedangkan adzab يوم الظلة tidak menimpa kaum Madyan, akan tetapi hal itu hanya menimpa ashabul Aikah, Allah berfirman:
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (189)
“kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar.”
Pada kedua kaum tersebutlah Nabi Syu’aib diutus. Inilah pandangan yang lainnya dari satu segi. Sedangkan dari segi yang lain bahwasannya الرجفة telah ditimpakan pula pada kaum Shalih as, mengenai mereka Allah berfirman di surat al A’raf 78
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ......
Inilah alasan diajukannya komentar tersebut.
2. Al Quran mengungkapkan azab kaum Shalih dengan hizyi (kehinaan), sebagai berikut:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (66) هود
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.”
Lafadz خزي merupakan lafadz mudzakar sehingga sangat bersesuaian dengan penggunaan lafadz mudzakar sebelumnya pada kisah kaum Shalih (as Saaamiri’I, Ma’ani Nahwi, 1981: J. 2 hal: 485-488).
Lalu engkau akan berkata bahwa al Quran pun berbicara mengenai kisah Madyan sebagai berikut:
سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ
Dan kata عذاب itu juga merupakan lafadz mudzakar.
Maka kami jelaskan bahwasannya disebutkan juga kata adzaab pada kisah kaum Tsamuud, Dia berfirman:
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (64)
Dan penyebutan kata al hizyi itu merupakan tambahan pada cerita tersebut maka sesuai lah dengan mudzakarnya lafadz akhadza pada kaum Shalih.
3. Sesungguhnya pemberian hukuman pada kaum Shalih, serta hukuman mereka lebih keras dibandingkan dengan yang ditimpakan kepada kaum Syu’aib. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman mengenai kaum Shalih:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (66) وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (67) كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ (68)
66. Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.
67. dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya,
68. seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.
Dan Allah pun berfirman mengenai kaum Syu’aib sebagai berikut:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (94) كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ (95)
94. dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
95. seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.
Setelah memperhatikan kedua gaya pengungkapan diatas, maka terlihat oleh kita:
a. Bahwasannya Dia berfirman pada kaum Shalih dengan ungkapan:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا
Bahwasannya Dia berfirman pada kaum Madyan dengan ungkapan:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا
Fa diatas mengisyaratkan adanya pemberian azab, hal itu sebagaimana yang diungkapkan melalui lisan Nabi mereka Shalih:
…..فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (64)
Maka ancaman azab yang dekat itu cocok dengan penyebutan fa di atas yang mengisyaratkan adanya urutan dan pemberian azab. Nabi lalu mereka mengancam mereka setelah adanya pendurhaakan atas perintah Shalih yakni mereka menyembelih untanya, dengan ancaman azab setelah tiga hari berlalu, maka tatkala tiga hari berlalu ditimpakanlah azab kepada mereka. Maka sesuailah hal itu dengan penyebutan fa yang mengisyaratkan adanya urutan dan pemberian azab. Namun tidak demikian dengan kisah Madyan sehingga cocok disebutkan di dalamnya huruf wawu.
b. Bahwasannya Dia SWT menyebut alhizyi dalam pemberian azab kaum Shalih, Dia berkata:
وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ
Namun hal itu tidak disebutkan pada kisah kaum Madyan.
c. Lalu disebutkan kekuatan Allah serta keperkasaan-Nya untuk memberikan azab untuk menghancurkan kaum Shalih, sebagai berikut:
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.
Dan hal ini pun tidak disebutkan pada kisah kaum Syu’aib.
d. Dan berkata mengenai kaum Shalih:
أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ
Dan tidak dikatakan pula hal itu pada kisah kaum Syu’aib.
Sehingga jelaslah bahwa pemberian azab pada kaum Shalih itu keadaannya lebih keras sehingga dalam pemberian azabnya menggunakan kalimat mudzakar yakni وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ dikarenakan mudzakar itu lebih kuat daripada laki-laki.
Pada artikel sebelumnya kita telah menyebutkan masalah tadzkiir dan ta’nits lafadz malaikat. Bahwasannya jika keadaan azab itu sangat keras dari yang lain maka dimudakarkan lah sebagai bentuk dalalah /penunjukkan atas kuatnya perkara dan kerasnya azab tersebut. Dengan demikian cocoklah bentuk mudzakar pada kaum Shalih serta ta’niits pada kaaum Syu’aib.
4. Sebagai tambahan bahwasannya kisah kaum Syua’ib itu lebih panjang daripada kisah kaum Shalih, adapun kisah kaum Shalih delapan ayat yakni dari ayat 61 sampai 68. Sedangkan kisah Madyan dua belas ayat yakni dari ayat 84- 95. Lalu kata أخذت itu lebih panjang dari kata أخذ sehingga di segi lainnya cocoklah kata yang panjang dengan panjangnya kisah.
5. Disebutkannya kata adzab itu pada kaum Shalih dalam al Quran lebih banyak dibandingkan pada penyebutannya di kisah Madyan, kata adzab itu diungkapkan sebanyak tujuh kali, yaitu:
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) الاعراف
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (64) هود
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ (156) الشعراء
فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (158) الشعراء
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (17) فصلت
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (30) القمر
فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13) الفجر
Kalimat itu hanya diungkapkan satu kali pada kisah kaum Madyan, sebagaimana firman-Nya:
سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ ....هود 93
6. Adapun firman-Nya Ta’alaa akan pemberian azab bagi kaum Syu’aib:
أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ (95)
Hal itu dikarenakan pada dasarnya azab itu ditimpakan pada dua kaum, karena salah satunya dibinasakan dengan الصيحة maka diserupkanlah kebinasaan kaum Madyan dengan kebinasaan kaum Tsamuud.
Wallahu a’lam bis shawab.
Kepala Perpustakaan SDIT Uswatun Hasanah
Allah Ta’ala telah berfirman mengenai kaum Shaleh di surat Hud sebagai berikut:
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (67)
“dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya,”
Allah Ta’ala juga telah berfirman mengenai kaum Syu’aib di surat yang sama sebagai berikut:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (94)
“dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.”
Pertanyaannya ialah mengapa Allah Ta’ala berfirman mengenai kaum Shaleh;
وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
dengan penyebutan fi’il mudzakar أَخَذَ sedangkan Allah Ta’ala berfirman mengenai kaum Syu’aib;
وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
dengan penyebutan fi’il mu`annats padahal fi’ilnya sama begitupula pemisah antara fi’il dan fa’ilnya sama satu?
Jawaban:
Sebagaimana yang telah diketahui bahwasannya penyebutan fi’il mudzakar dan fi’il muannats boleh dalam ilmu nahwu dikarenakan fa’ilnya itu tidaklah muannats haqiqi, sedangkan pemilihan kata mudzakar dan muannats di setiap tempat memiliki sebabnya masing-masing diantaranya sebagai berikut:
1. Bahwasannya Allah SWT telah menginformasikan kaum Syu’aib dengan tiga macam adzab semuanya menggunakan kata muannats yaitu الرجفة, الصيحة, الظلة. Maka alangkah cocoknya penyebutan muannats bagi ahlu madyan. Sebagaimana diterangkan dalam kitab “durratu tanziil”: apakah pentakhsisan kisah Syu’aib dengan kata أخذت itu mrngandung faedah yang tidak terkandung dalam kisah Shalih as? Jawaban mengenai permasalahan ini adalah bahwa Allah menginformasikan adzab yang menghancurkan kaum Syu’aib as dengan tiga lafadz yaitu الرجفة pada surat al A’raf sebagai berikut:
وَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ لَئِنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ (90) فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ (91) الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَاسِرِينَ (92)
“pemuka-pemuka kaum Syu'aib yang kafir berkata (kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". kemudian mereka ditimpa gempa, Maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu'aib mereka Itulah orang-orang yang merugi.”
Penyebutan itu pun telah disebutkan sebelumnya pada tempat yang lain.
Lalu الصيحة di surat Hud sebagaimana di atas. Kemudian dengan kata الظلة di surat asy Syu’araa sebagai berikut:
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (189)
“kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar.”
Maka ketika ketiga lafadz muannats itu digabungkan dalam satu ungkapan adzab yang menghancurkan mereka, pemuannatsan pada satu tempat meliputi tempat yang tidak diungkapkan kata-kata muannats tersebut. Oleh karena itu pada kisah Syu’aib diungkapkanlah
وَأَخَذَت الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ
Terdapat komentar mengenai pendapat ini yaitu bahwasannya kaum Madyan, Allah SWT menyebut mereka bahwasannya mereka أخذتهم الصيحة, bahwasanya mereka أخذتهم الرجفة. Sedangkan adzab يوم الظلة tidak menimpa kaum Madyan, akan tetapi hal itu hanya menimpa ashabul Aikah, Allah berfirman:
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ يَوْمِ الظُّلَّةِ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (189)
“kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar.”
Pada kedua kaum tersebutlah Nabi Syu’aib diutus. Inilah pandangan yang lainnya dari satu segi. Sedangkan dari segi yang lain bahwasannya الرجفة telah ditimpakan pula pada kaum Shalih as, mengenai mereka Allah berfirman di surat al A’raf 78
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ......
Inilah alasan diajukannya komentar tersebut.
2. Al Quran mengungkapkan azab kaum Shalih dengan hizyi (kehinaan), sebagai berikut:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (66) هود
“Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.”
Lafadz خزي merupakan lafadz mudzakar sehingga sangat bersesuaian dengan penggunaan lafadz mudzakar sebelumnya pada kisah kaum Shalih (as Saaamiri’I, Ma’ani Nahwi, 1981: J. 2 hal: 485-488).
Lalu engkau akan berkata bahwa al Quran pun berbicara mengenai kisah Madyan sebagai berikut:
سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ
Dan kata عذاب itu juga merupakan lafadz mudzakar.
Maka kami jelaskan bahwasannya disebutkan juga kata adzaab pada kisah kaum Tsamuud, Dia berfirman:
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (64)
Dan penyebutan kata al hizyi itu merupakan tambahan pada cerita tersebut maka sesuai lah dengan mudzakarnya lafadz akhadza pada kaum Shalih.
3. Sesungguhnya pemberian hukuman pada kaum Shalih, serta hukuman mereka lebih keras dibandingkan dengan yang ditimpakan kepada kaum Syu’aib. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman mengenai kaum Shalih:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا صَالِحًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ (66) وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (67) كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ أَلَا بُعْدًا لِثَمُودَ (68)
66. Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta orang-orang yang beriman bersama Dia dengan rahmat dari Kami dan dari kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.
67. dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya,
68. seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.
Dan Allah pun berfirman mengenai kaum Syu’aib sebagai berikut:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ (94) كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ (95)
94. dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan Dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
95. seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.
Setelah memperhatikan kedua gaya pengungkapan diatas, maka terlihat oleh kita:
a. Bahwasannya Dia berfirman pada kaum Shalih dengan ungkapan:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا
Bahwasannya Dia berfirman pada kaum Madyan dengan ungkapan:
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا
Fa diatas mengisyaratkan adanya pemberian azab, hal itu sebagaimana yang diungkapkan melalui lisan Nabi mereka Shalih:
…..فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (64)
Maka ancaman azab yang dekat itu cocok dengan penyebutan fa di atas yang mengisyaratkan adanya urutan dan pemberian azab. Nabi lalu mereka mengancam mereka setelah adanya pendurhaakan atas perintah Shalih yakni mereka menyembelih untanya, dengan ancaman azab setelah tiga hari berlalu, maka tatkala tiga hari berlalu ditimpakanlah azab kepada mereka. Maka sesuailah hal itu dengan penyebutan fa yang mengisyaratkan adanya urutan dan pemberian azab. Namun tidak demikian dengan kisah Madyan sehingga cocok disebutkan di dalamnya huruf wawu.
b. Bahwasannya Dia SWT menyebut alhizyi dalam pemberian azab kaum Shalih, Dia berkata:
وَمِنْ خِزْيِ يَوْمِئِذٍ
Namun hal itu tidak disebutkan pada kisah kaum Madyan.
c. Lalu disebutkan kekuatan Allah serta keperkasaan-Nya untuk memberikan azab untuk menghancurkan kaum Shalih, sebagai berikut:
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ
Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.
Dan hal ini pun tidak disebutkan pada kisah kaum Syu’aib.
d. Dan berkata mengenai kaum Shalih:
أَلَا إِنَّ ثَمُودَ كَفَرُوا رَبَّهُمْ
Dan tidak dikatakan pula hal itu pada kisah kaum Syu’aib.
Sehingga jelaslah bahwa pemberian azab pada kaum Shalih itu keadaannya lebih keras sehingga dalam pemberian azabnya menggunakan kalimat mudzakar yakni وَأَخَذَ الَّذِينَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ dikarenakan mudzakar itu lebih kuat daripada laki-laki.
Pada artikel sebelumnya kita telah menyebutkan masalah tadzkiir dan ta’nits lafadz malaikat. Bahwasannya jika keadaan azab itu sangat keras dari yang lain maka dimudakarkan lah sebagai bentuk dalalah /penunjukkan atas kuatnya perkara dan kerasnya azab tersebut. Dengan demikian cocoklah bentuk mudzakar pada kaum Shalih serta ta’niits pada kaaum Syu’aib.
4. Sebagai tambahan bahwasannya kisah kaum Syua’ib itu lebih panjang daripada kisah kaum Shalih, adapun kisah kaum Shalih delapan ayat yakni dari ayat 61 sampai 68. Sedangkan kisah Madyan dua belas ayat yakni dari ayat 84- 95. Lalu kata أخذت itu lebih panjang dari kata أخذ sehingga di segi lainnya cocoklah kata yang panjang dengan panjangnya kisah.
5. Disebutkannya kata adzab itu pada kaum Shalih dalam al Quran lebih banyak dibandingkan pada penyebutannya di kisah Madyan, kata adzab itu diungkapkan sebanyak tujuh kali, yaitu:
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73) الاعراف
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيبٌ (64) هود
فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ (156) الشعراء
فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ (158) الشعراء
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (17) فصلت
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (30) القمر
فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13) الفجر
Kalimat itu hanya diungkapkan satu kali pada kisah kaum Madyan, sebagaimana firman-Nya:
سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ ....هود 93
6. Adapun firman-Nya Ta’alaa akan pemberian azab bagi kaum Syu’aib:
أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ (95)
Hal itu dikarenakan pada dasarnya azab itu ditimpakan pada dua kaum, karena salah satunya dibinasakan dengan الصيحة maka diserupkanlah kebinasaan kaum Madyan dengan kebinasaan kaum Tsamuud.
Wallahu a’lam bis shawab.
Comments
Post a Comment