Tarbiyatul Aulad: kanak-kanak sampai dewasa
Hilman Fitri S.Pd
Ketahuilah bahwa cara melatih anak- anak itu, termasuk
hal yang sangat penting. Anak kecil adalah amanah bagi ibu bapaknya. Hatinya
yang suci adlah mutiara yang amat berharga, halus kosong dari semua ukiran dan
gambaran. Ia menerima untuk semua yang diukirkan. Dan condong kepada semua yng
dicondongkan kepadanya. kalau anak itu membiasakan kebaikan dan mengatuhi
kebaikan, niscaya ia tumbuh di atas kebaikan. Dia berbahagia di dunia dan
akherat. Ibu bapaknya, semua guru dan pendidiknya sama-sama berkongsi pada
pahala anak itu.
kalau ia membiasakan kejahatan dan ia disia- siakan
seperti disia- siakan bianatang ternak, niscaya anak itucelaka dan binasa. Dan
desa itu adalah pada leher orang yang mengurus dan walinya Allah aza wa jalla
berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا
أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (التحريم: 6)
“hai orang-orang yang beriman1 peliharalah dirimu dan kaum keluargamu
dari api neraka!” (Q.S At- Tahrim ayat 6)
Bagaimanapun bapak
itu memelihara anaknya dari neraka dunia maka lebih utama memeliharanya dari
neraka akhirat.
Pememeliharannya
adalah mendidik,mencerdaskan dan mengajarinya budi pekerti yang baik. Menjaganya
drai teman-teman jahat. Tidak dibiasakan dengan kesenangan, tidak disukainya
dengan perhiasan dan sebab- sebab kemewahan. Lalu ia menyia-nyiakan umurnya
mencari kemewahan apabila ia sudah besar. maka binasalah ia untuk
selama-lamanya.
Tetapi seyogyanya ia
diawasi dari sejak lahir. Tidak dipakai untuk menjaga dan menyusuinya, selain
wanita shaleh, beragama makan yang halal. Karena susu yang berasal dari yang
haram, tak ada barakah padanya. Apabila pertumbuhan anak itu terjadi dari susu
yang demikian, niscaya melekatlah kejadiannya dari yang keji. lalu tabiatnya
condong kepada yang bersesuaian dengan yang keji- keji itu.
Manakala telah
terlihat fantasinya , dapat membeda- bedakan sesuatu, maka seyogyalah
diperbagus pengawasannya. Permulaan yang demikian, ialah timbulnya permulaan
sifat malu. Apabila ia marah, mali dan meninggalkan sebagian pekerjaan, maka
yang demikian itu adalah karena bersinarnya cahaya akal. Sehingga ia melihat
sebagiaan keadaan itu keji dan menyalahi dengan sebagian yang lain. Lalu ia
malu diberi sesuatu dan tidak malu dari yang lain. Ini adalah pemberian Allah
Ta’ala kepada anak itu! Dan suatu kegembiraan yang yang menunjukan kepada
kelurursan akhlak dan kebersihan hati. Ia digembirakan dengan kesempurnaan akal
ketika dewasa.
Maka anak kecil yang
pemalu, tidaklah seyogyanya disia- siakan. Akan tetapi ditolong kepada
mendidiknya dengan maludantamyiznya.
Sifat pertama yang
menonjol pada anak- anak itu ialah: rakus kepada makanan. Maka seyogyanya ia
dididik tentang makanan ini, umpamanyaL bahwa anak itu tidak mengambil makanan,
selain dengan tangan kanannya. Bahwa ia membaca “Bismillah” ketika
mengambilnya. Bahwa ia makan makanan yang dekat dengan dia. Bahwa ia tidak
tergesa- gesa kepada suatu makanan sebelum orang lain. bahwa ia tidak
menitikkan perhatian kepada suatu makanan dan kepada orang yang memakannya.
Bahwa ia tidak makan cepat- cepat. Bahwa ia mengunyah makanan dengan baik dan
tidak ber- turut-turut suapan. Tidak mengotorkan tangan dan pakaian dengan
makanan. Bahwa ia membiasakan roti kering pada sebagaian waktu. Sehingga ia
tidak menjadi orang yang memandang harus adanya lauk pauk. Bahwa ia memndang
jelek banyaknya makan dengan diserupakannya tiap- tiap orang yangbanyak makan
itu dengan binatang ternak. dan dengan dicelanya anak- anak dihadapannya yang
banyak makan dan dipujinya anak- anak yang sopan, yang sedikit makan. Bahwa
disukakan kepadanya mengutamakan makanan itu untuk orang lain, dan kurang
memperhatikan kepada makanan itu. Dan mrasakan cukup dengan makanan kasar,
makanan apa saja yangada. Dan disukakan kepadanya pakaian putih tidak berwarna
dan sutera. Ditetapkan padanya, bahwa yang demikian itu adalah keadaan wanita dan
orang-orang yang menyerupakan dirinya dengan wanita. Bahwa orang laki- laki
itu, ada yang demikian. dan diulang- ulanginya yang demikian pada anak itu.
Manakala terlihat
pada seorang anak kecil, pakaian dari sutera atau berwarna, maka seyogyanya
ditantang dan dicela. Anak kecil itu harus dijaga dari pada bergaul dengan
anak- anak kecil yang membiasakan dirinya bersenang- senang, bermewah- mewahdan
memakai pakaian yang membanggakan. dan dijaga dari pada bergaul dengan
tiap-tiap orang yang memperdengarkan apa yang digemarinya, karena anak- anak
itu apabila disia-siakan pada awal mula pertumbuhanny, niscaya menurut yang
kebanyakan, anak itu keluar dengan buruk akhlak, pendusta, pendengki, pencuri,
lalat merah, suka meminta- minta, banyak perkataan sia- sia, suka tertawa,
menipu, dan banyak senda gurau. Sesunguhnya yang demikian itu, dapat dijaga dengan
bainya pendidikan.
Kemudian disibukan
dia dimadrasah.
maka ia mempelajari
Alquran, hadits- hadits yangmengandung ceriota- cerita, riwayat dan hal-ihwal
orang baik-baik. Suapaya tertanam dalam jiwanya kecintaan kepada orang- orang
yang shalih.
Anak-anak itu dijaga
dari pada membaca syair-syair (pantun-pantun), yang di dalamnya disebutkan
asyik-wal-ma’syuk (urutan sex) dan orang-orangnya. Dan dijaga dari pada bergaul
dengan orang- orang sastrawan yang mendakwahkan bahwa yang demikian itu,
termasuk perbuatan senda gurau dan kehalusan tabiat. Sesungguhnya yang demikian
itu, akan menanamkan bibit kerusakan dalam hati anak- anak.
Kemudian, manakala
telah lahir kelakuan baik dan perbuatan terpuji pada seorang anak, maka
seyogyanya dimuliakan dan diberi ganjaran dengan yang menggebirakannya. Dan
dipuji dimuka orang banyak.
Kalau pada sebagian
keadaan, pada suatu kali anak itu menyalahi yang demikian, maka seyogyalah
tidak diperhatikan (seolah- olah tidak diketahui). Tidak dirusakkan tutupnya
dan tidak dibuka- bukakan. Dan tidak tampak bagi anak itu, bahwa tergambar
baginya, ada seseorang yang berani melakukan seperti itu. Lebih- lebih apabila
anak itu sendiri menutupinya dan bersungguh- sungguh menyembunyikan. Karena
melahirkan yang demikian itu kepadanya, kadang- kadang membawa anak itu kepada
keras kepala. Sehingga tidak peduli lagi dengan terbukanya keasaan itu. Maka
ketika demikian, kalau diulanginya kali kedua, niscaya seyogyalah dicela secara
berbisik dan dibesar- besarkan hal itu. Dan dikatakan kepadanya : “Awas bahwa
engkau ulangi lagi sesudah itu yang seperti ini! Dan bahwa dilihat orang kepada
engkau, tentang hal yang seperti ini. Lalu tersiarlah keburukanmu dianatara
orang yang banyak.”
Janganlah engkau
membanyakan perkataan terhadap anak itu dengan celaan, pada setiap waktu.
Karena yang demikian itu, memudahkan baginya mendengar cacian dan perbuatan
yang keji- keji. Dan hilanglah pengaruh perkataan itu pada hatinya.
Hendaklah orang tua
itu, menjaga pengaruh perkataannya dengan anak. Tidak mengejek anaknya kecuali
sewaktu- waktu. Ibu mempertakutkan anaknya kepada bapak dan menggertakannya
dari , pada perbuatan keji. Seyogyalah anak itu dilarang tidur siang hari,
karena membawa kepada kemalasan.
Dan tidak dilarang
tidur pada malam hari. Akan tetapi dilarang pada tempat tidur yang empuk.
Sehingga keraslah anggota tubuhnya dan tidak gemuk badannya. Maka ia tidak
sabar kalau tidak ada kesenangan. Akan tetapi ia membiasakan dengan tempat
tidur, pakaian dan makanan kasar. Seyogyalah dilarang dari setiap perbuatan
yang diperbutnya dengan sembunyi- sembunyi. Sesungguhnya tidak disembunyikannya
suatu perbuatan, kecuali diyakininya bahwa perbuatan itu keji. Maka apabila
telah dibiasakannya demikian, niscaya ia akan meninggalkan perbuatan keji. anak
itu dibiasakan pada sebagian waktu di siang hari, dengan jalan-jalan, gerak
badan dan olahraga. sehingga ia tidak menjadi malas. dan dibiasakanm bahwa
tidak terbuka anggota badannya di muka orang dan tidak berjalan cepat, tidak
menjatuhkan kedua tangannya ke bawah, tetapi diletakkannya kedua tangan itu
pada dada.
dilarang
menyombongkan diri dengan teman-temannya. disebabkan sesuatu yang dimiliki oleh
ibu bapanya atau disebabkan sesuatu dari makanannya dan pakaiannya atau batu
tulis dan tintanya. akan tetapi dibiasakan merendah-diri dan memuliakan setiap
orang yang bergaul dengan dia. dan berkata lemah lembut kepada mereka.
anak-anak itu tidak
perbolehkan mengambil sesuatu dari anak anak lain, sesuatu yang kelihatannya
berharga, kalau ia termasuk orang-orang yang besar. akan tetapi diberitahukan
bahwa ketinggian derajat seseorang adalah pada memberi tidap pada mengambil.
mengambil itu tercela, keji, dan hina. kalau ia termasuk anak orang-orang
miskin, maka diberitahukan, bahwa loba dan mengambil hak orang adalah hina dan
rendah. dan itu termasuk tabiat anjing. anjing itu menggerak gerakan ekornya,
menunggu dan mengharap sesuap makanan.
kesimpulannya,
dinyatakan keji kepada anak anak, akan cinta kepada emas dan perak dan kepada
kelobaan/ ketamakan memperoleh keduanya. dan lebih banyak diperingati dari emas
dan perak itu, dibandingkan daripada diperingati dari hal ular dan kala
jengking. karena bahaya mencintai emas dan perak serta tamak untuk
memperolehnya itu, lebih besar daripada bahaya racun kepada anak anak, bahkan
juga terhadap orang orang besar. seyogyanya anak itu dibiasakan, bahwa ia tidak
meludah pada tempat duduknya. tidak membuang ingus dan menguap dihadapan orang
lain. dan tidak membelakangi orang lain. tidak meletakkan tapak tangannya
dibawah dagunya. dan tidak menegakkan kepalanya dengan lengannya. karena yang
demikian itu menunjukkan kemalasan.
dan diajarkan cara
duduk serta dilarang banyak berbicara. diterangkan kepadanya bahwa yang
demikian itu menunjukkan kepada kurang malu. dan itu adalah anak-anak tercela.
dan anak itu dilarang bersumpah mutlak, baik ia benar atau bohong. sehingga ia
tiada terbiasa yang demikian, pada waktu kecil.
dilarang ia memulai
berbicara. dan dibiasakan bahwa ia tidak berbicara selain menjawab pertanyaan
orang lain dan sekedar pertanyaan. Dan ia mendengar perkataan orang lain baik-
baik, manakala orang itu berbicara, yaitu orang yang lebih tua darinya. Dan ia
berdiri untuk orang yang di atasnya. Kemudian ia meluaskan tempat duduk
untuknya. Dan ia duduk dihadapannya.
Dilarang anak- anak
itu dari perktaan yang sia- sia, yng keji, dari yang mengutuk, memaki dan
bergaul dari orang- orang yang lidahnya selalu berbuat demikian. Karena tidak
dapat dibantah, bahwa yang demikian itu akan menjalar dari teman- teman yang
jahat.
Dan pokok pendidikan
anak- anak, ialah menjaga dari teman- teman jahat.
Hendaklah, apabila
anak itu dipukul oleh guru, bahwa tidak membanyakan, memekik- mekik dan
berteriak- teriak. Dan tidak meminta tolong pada seseorang. Akan tetapi
bersabar dan menyebutkan pada anak itu, bahwa yang demikian itu adalah
kebiasaan orang- orang yang berani dan laki-laki. Dan mmebanyakan memekik-
mekik itu kebiasaan budak dan wanita. Hendaklah sesudah keluar dari sekolah,
anak- anak itu diijinkan bermain- main yang baik. Ia beristirahat drai
kelelahan seuasai sekolah, dimana ia tidak merasa lelah dalam bermain,
sesungguhnya melarang anak untuk bermain dan memaksanya untuk belajar akan
mematikan hatinya, merusak kecerdikakannya, dan mengeruhkan hidupnya. Sehingga
ia akan mencari daya upaya untuk melepaskan diri dari nya.
Hendaklah seorang
anak diajarkan menaati ibu bapaknya, gurunya pendidiknyadan setiap orang yang
lebih tua darinya, ahli kerabatnya dan orang asing. Bahwa ia memandang orang-
orang tersebut dengan pandangan kemuliaan dan penghormatan. Dan ia tidak
bermain- main dihadapan mereka.
Manakala anak itu
telah sampai pada usia tamyizmaka hendaklah tidak diperbolehkan
meninggalkan bersuci dan shalat. Suruhlah ia berpuasa pada bebebrapa hari di
bulan Ramadhan. Jauhkanlah ia memakai kain yang berisikan sutera (as-dii-baj),
sutera dan emas. Ajarkan ia setiap yang diperhakan dari batasan- batasan agama.
Ditakutkanlah kepadanya mencuri, makan haram, berkhianat, berdusta, berbuat
keji, dan setiap perbuataan yang biasa dilakukan oleh anak- anak.
Apapbila telah
terjadi pertumbuhan anak-anak itu demikian itu pada masa kanak- kanak, maka
sewaktu telah mendekati dewasa, niscaya mungkin ia diperkenalkan rahasia segala
hal tersebut. Lalu disebutkan kepadany, bahwa makanan itu obat. Sesungguhnya
yang dimaksud dari obat itu, ialah untuk menguatkan manusia taat kepada Allah
Azza wa Jalla. Dan dunia seluruhnya tidak mempunyai pokok, sebab tidak kekal.
Kematian akan memutuskan kenikmatan dunia. Dan dunia ini negeri lintasan, bukan
negeri ketetapan. Dan akhirat itu negeri ketetapan, bukan negeri lintasan.
Kematian itu menunggu pada setiap saat. Orang pandai berakal ialah orang yang
mencari bekal dunia untuk akhirat. Sehingga tinggilah derajatnya pada sisi
Allah Ta’ala dan luaslah kenikmatan dalam surga.
Apabila pertumbuhan
anak itu baik, maka kata- kata di atas tadi, ketika ia dewasa akan berpengaruh,
membekas dan menyembuhkan, yang tetap dalam hatinya, sebagaimana tetapnya
ukiran pada batu.
Jikalau pertumbuhan
anak itu sebaliknya, sehingga nak itu menyukai main- main, perbuatan keji,
kurang malu, rakus pada makanan dan pakaian, suka berhias dan menyombong
niscaya hatinya jauh dari pada menerima kebenaran, sebgaiamna jauhnya dinding
tembok dari tanah kering.
Maka pekerjaan yang
pertama-tama, ialah yang seharusnya dijaga. Sesungguhnya anak itu dengan zat
kejadiannya, dijadikan yang dapat menerima yang baik dan yang jahat.
Ibu bapaknya lah yang
membawa anak itu, condong kepada salah satunya. Nabi s.a.w bersabda:
كلّ مولود يةلد على الفطرة.....
“Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Ibu
bapaknyalah yang meyahudikannya atau menasranikannya atau memajusikannya”
Sahl bin Abdulah At-Tusturi
berkata: “ Adalah aku sewktu berumur tiga tahun, aku itu bangun malam. Lalu aku
melihat shalat pamanku Muhammad bin Suwar. Pada suatu hari, ia berkata
kepadaku: “Tidakkah engkau mengingati Allah yang telah menjadikan engkau?”.
Lalu aku bertanya: “ Bagaimana
aku mengingat-Nya?”. Pamanku menjawab: “Katakanlah dengan hatimu, ketika kamu
berbalik- balik dalam perkataanmu, tiga kali, tanpa kamu menggerak- gerakan
lidahmu.
الله معى.
الله ناظرا إليّ. الله شاهدى
Lalu aku bacakan yang demikian
beberapa malam. Kemudian aku beritahukan kepada pamanku. Lalu ia menjawab:
“Bacalah pada tiap- tiap malam tujuh kali!” Lalu aku lakukan yang demikian.
Kemudian aku beritahukan kepada pamanku. Maka ia menjawab: “ Bacalah yang
demikian tiap malam sebelas kali!” Lalu aku lakukan yang demikian, maka
terjadilah dalam hatiku kemanisannya. Sesudah setahun kemudian, pamanku
bertanya kepadaku: “Jagalah apa yang aku ajarkan kepadamu! Dan terus-
meneruslah ynag demikian, sampai engkau masuk kubur! Karena bermanfaat kepadamu
didunia dan diakhirat”. Maka selalulah aku lakukan yang demikian bertahun-
tahun. Karena itu aku memperoleh manisnya pada batinku.
Kemudian pada sutau hari pamanku
bertanya kepadaku: “Hai Sahl! Barang siapa ada Allah bersamanya, Allah
memandang kepadanya, dan menyaksikannya, adakah ia berbuat maksiat kepada-Nya?”
Awaslah dari pada perbuatan maksiat!”
Lalu aku menyendiri
(berkhilwah). Maka merasa kirim aku kesekolah. Lalu aku menjawab: “Aku takut
bercerai dengan cita- citaku (dengan dzikir)”. Tetapi rupanya mereka membuat
syaratdengan guru, bahwa aku pergi pada guru hanya satu jam, lalu belajar.
Kemudian aku pulang. maka pergilah aku ke sekolah , lalu mempelajari alquran
lalu menghafalnya. umurku ketika itu enam atau tujuh tahun. aku berpuasa sepanjang
masa. makananku dari roti tepung syair sampai aku berusia dua belas tahun. lalu
timbullah suatu persoalan bagiku dan umurku sudah tiga belas tahun. lalu aku
meminta kepada keluargaku supaya aku dikirim ke Bashrah untuk bertanya di
Bashrah. Aku datang di bashrah, lalu aku bertanya kepada ulama-ulamanya. maka
tiada seorang pun yang dapat memuaskan sesuatu daripada dahagaku. lalu aku
pergi ke Abadan. kepada seorang laki laki yang bernama Abi Habib Hamzah bin
Abi Abdillah al Abbudany. Aku bertanya kepadanya tentang persoalan itu.
lalu ia memberi jawaban kepadaku, maka aku tinggal padanya beberapa waktu. aku
mengambil manfaat dari kata-katanya dan aku mendapat pendidikan dengan adat
kesopanannya. kemudian aku kembali ke Thustur lalu aku membuat makananku secara
sederhana yaitu: dibelikan untukku sesukat biji syair dengan harganya satu
dirham. ditumbuk dan dibuat roti bagiku. pada waktu sahur, tiap tiap malam aku
makan satu ubiyyah saja tanpa garam dan lauk pauk. maka tepung syair harga se
dirham itu mencukupi bagiku untuk setahun.
Kemudian aku berazam
menahan lapar tiga hari kemudian aku berbuka pada suatu malam, kemudian aku
tahan lima malam, kemudian tujuh, kemudian dua puluh lima malam.
Aku berada demikian
selama dua puluh tahun kemudian aku pergi mengembara bertahun-tahun. kemudian
aku kembali ke Thustur aku bangun malam seluruhnya. Masya Allah Ta’ala.
Ahmad berkata: “Aku
tiada melihat dia makan garam sampai ia meninggal menjumpai Allah Ta’ala.
Penjelasan:
syarat-syarat kemauan, muqadiimah, mujahadah, dan berangsur angsurnya seorang
murid dan jalan riyadhohnya.
Ketahuilah, bahwa
barangsiapa menyaksikan akhirat dengan hatinya dengan penyaksian keyakinan,
niscaya dengan mudah ia berkemauan usaha untuk akhirat, rindu kepada akhirat,
menempuh jalan jalan akhirat, memamndang hina kepada kenikmatan dan kelezatan
dunia. Karena orang yang ada padanya manik manik, lalu melihat mutiara yang
berharga, niscaya tidak lagi ia mempunyai keinginan pada manik manik itu. dan
kuatlah kemauannya menjual manik manik tersebut untuk membeli mutiara.
Orang yang tidak
berkehendak pada usaha akhirat dan mencari cinta bertermu dengan Allah Ta’ala,
adalah karena ketiadaaan imannya kepada Allah dan hari akhirat.
Aku tidak bermaksud
dengan iman itu, bisikan jiwa dan gerakan lidah, dengan dua kalimat syahadah,
tanpa dibenarkan dengan hati dan keikhlasan. Sesungguhnya yang demikian itu
menyerupai dengan perkataan orang yang membenarkan, bahwa mutiara itu lebih
baik dari manik manik. Karena itu tidak tahu mutiara itu selain kata-katanya
saja. Adapun hakikat mutiara yang sebenarnya ia tidak tahu.
Orang yang
membenarkan sesuatu seperti ini, apabila ia menyukai manik manik, kadang kadang
tidak akan ditinggalkannya lagi, dan tidak besar keinginannya kepada mutiara.
Jadi yang mencegah
daripada sampai ialah: tiada dijalani. yang mencegah daripada
dijalani ialah tiada kemauan. yang mencegah dari kemauan ialah tiada iman. dan
sebab tiada iman, ialah tiada orang-orang yang memberi petunjuk, tiada
orang-orang yang memperingati dan tiada ulama-ulama Allah yang menunjukkan
kepada jalan-Nya, yang memperingati atas kehinaan dan kehancuran dunia. dan
besarnya serta kekalnya urusan akhirat.
manusia itu lalai,
terjerumus dalam nafsu syahwat. dan terbenam dalam lautan ketidurannya. Dan tak
ada pula ulama agama, orang yang memperingatinya. Kalau ada daripada mereka
yang terbangun, niscya ia lemah daripada menjalani jalan itu karena
kebodohannya.
Kalau ia mencari
jalan kepada ulama-ulama, niscaya didapatinya mereka condong kepada hawa nafsu,
berpaling daripada jalan yang lurus. Lalu, jadilah lemahnya kemauan, bodohnya
tentang jalan dan pembicaraannya ulama dengan hawa nafsu itu, menjadi sebab
sepinya jalan Allah Ta’ala dari orang orang yang berjalan padanya.
Makanala yang
dicarinya itu tertutup, dalil penunjuk tidak ada, hawa nafsu yang menang dan
yang mencari itu lalai, niscaya sudah pasti terhalanglah sampai kepada Allah
Ta’ala dan tertutuplah semua jalan.
Kalau orang itu
terbangun dari dirinya sendiri atau dibangun oleh orang lain dan tergerak
kemauannya pada usaha dan perniagaan akhirat, maka hendaklah diketahuinya bahwa
ada syarat syarat yang harus dikemukakannya, pada permulaan kemauan itu.
Baginya pegangan yang harus dipegangnya dan baginya bentengnya yang harus
dibentenginya.
Comments
Post a Comment