ULUMUL QUR`AN: KELAHIRAN DAN PERKEMBANGANNYA
Hilman Fitri S.Pd
A. Penjelasan Istilah
Secara bahasa, lafazh ulumul qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu علوم (‘ulum) yang merupakan bentuk jamak dari lafazh علم (‘ilmu), serta kata القران (Al-Qur`an) yang merupakan mashdar (asal kata) dari fi’il (kata kerja) قرأ (qara`a). Adapun lafazh ilmu yang secara terminologi etimologi dapat berarti izin, dalil, pengetahuan, dan pemahaman (Mukhtar, 2008: 1543). Sedangkan istilah dapat diartikan sejumlah permasalahan mengenai suatu topik pembahasan dimana manusia mencoba mendapatkan ilmu melalui penyingkapan tabir permasalahan tersebut serta melalui wahyu-wahyu yang disampaikan Jibril yang menetapkan hukum terhadap berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi (Mukhtar, 2008: 1543). Sedangkan menurut Nur Ibrahimi (tt: 7) ilmu merupakan mengerti dengan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik pemahaman itu sesuai dengan realita maupun tidak. Sedangkan al-Qur`an tersendiri Hasbie ash-Shidiqie (1953: 11) mengartikannya sebagai wahyu ilahi yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang telah disampaikan kepada kita ummatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir orang yang mengingkarinya. Kemudian para ulama menjadikan ungkapan “علوم القران” sebagai sebuah ilmu yang menunjukkan makna khusus yang belum ada sebelumnya karena makna baru ini mengkhususkan dirinya dengan berbagai sekumpulan penyelidikan mengenai berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur`an secara keseluruhan baik itu dari segi turunnya, pengumpulan dan penyusunannya, penulisannya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukh serta yang lainnya (‘Itrul Halaby, 1994: 7-8).
Sedangkan menurut Ali ash-Shabuni (1987: 18) ulumul Qur`an adalah seluruh pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur`anil Majid yang abadi, baik dari segi penyusunannya, pengumpulannya, sistematikanya, perbedaan antara makiyyah dan madaniyyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh, pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta pembahasan-pembahasan yang lain yang berhubungan dan ada sangkut pautnya dengan al-Qur`anil ‘azhim.
Dari beberapa definisi di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, yakni menunjukkan bahwa ulumul Qur`an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri, yang obyek pembahasannya adalah al- Qur`an, serta masing- masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang dianggapnya penting. Sehingga mempelajari, memahami, dan menguasai ulumul Qur`an sangatlah penting dalam memahami al-Qur`an karena tidak akan bisa memahami kandungan al-Qur`an tanpa menguasai ulumul Qur`an.
Secara bahasa, lafazh ulumul qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu علوم (‘ulum) yang merupakan bentuk jamak dari lafazh علم (‘ilmu), serta kata القران (Al-Qur`an) yang merupakan mashdar (asal kata) dari fi’il (kata kerja) قرأ (qara`a). Adapun lafazh ilmu yang secara terminologi etimologi dapat berarti izin, dalil, pengetahuan, dan pemahaman (Mukhtar, 2008: 1543). Sedangkan istilah dapat diartikan sejumlah permasalahan mengenai suatu topik pembahasan dimana manusia mencoba mendapatkan ilmu melalui penyingkapan tabir permasalahan tersebut serta melalui wahyu-wahyu yang disampaikan Jibril yang menetapkan hukum terhadap berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi (Mukhtar, 2008: 1543). Sedangkan menurut Nur Ibrahimi (tt: 7) ilmu merupakan mengerti dengan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang belum diketahui, baik pemahaman itu sesuai dengan realita maupun tidak. Sedangkan al-Qur`an tersendiri Hasbie ash-Shidiqie (1953: 11) mengartikannya sebagai wahyu ilahi yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang telah disampaikan kepada kita ummatnya dengan jalan mutawatir, yang dihukum kafir orang yang mengingkarinya. Kemudian para ulama menjadikan ungkapan “علوم القران” sebagai sebuah ilmu yang menunjukkan makna khusus yang belum ada sebelumnya karena makna baru ini mengkhususkan dirinya dengan berbagai sekumpulan penyelidikan mengenai berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur`an secara keseluruhan baik itu dari segi turunnya, pengumpulan dan penyusunannya, penulisannya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukh serta yang lainnya (‘Itrul Halaby, 1994: 7-8).
Sedangkan menurut Ali ash-Shabuni (1987: 18) ulumul Qur`an adalah seluruh pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur`anil Majid yang abadi, baik dari segi penyusunannya, pengumpulannya, sistematikanya, perbedaan antara makiyyah dan madaniyyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh, pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta pembahasan-pembahasan yang lain yang berhubungan dan ada sangkut pautnya dengan al-Qur`anil ‘azhim.
Dari beberapa definisi di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, yakni menunjukkan bahwa ulumul Qur`an adalah kumpulan sejumlah pembahasan yang pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri, yang obyek pembahasannya adalah al- Qur`an, serta masing- masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan yang dianggapnya penting. Sehingga mempelajari, memahami, dan menguasai ulumul Qur`an sangatlah penting dalam memahami al-Qur`an karena tidak akan bisa memahami kandungan al-Qur`an tanpa menguasai ulumul Qur`an.
B. Perkembangan Ulumul Qur`an
Terdapat beberapa fase perkembangan ulumul Qur`an tidak terlepas dari adanya penyebaran Islam itu tersendiri yang dari hari ke hari kian meluas wilayah penyebarannya sebagaimana yang diungkapkan oleh Bakr Isma’il (1999: 13- 18) sebagai berikut;
1. Keadaan Rasulullah saw. serta para sahabatnya yang mengetahui serta memahami al-Qur`an beserta ilmu-ilmunya, sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh para ulama setelahnya yang kita kenal sekarang dengan nama ‘Ulumul Qur`an. Rasulullah saw. sungguh telah mengetahui al-Qur`an baik itu secara zhahir maupun bathin, muhkam dan mutasyabih, ‘Am dan Khash, Mutlaq dan Muqayyad, serta selain itu semua baik perkara yang nampak jelas maupun yang terlihat samar yang semuanya terkumpul dalam kitab Al-Qur`an ini. Adapun para sahabat mereka menenggak/ menimba ilmu al-Qur`an dari yang telah ditentukan oleh Rasulullah, lalu mereka mempelajarinya sesuai kdar kemampuan mereka yang sekiranya dapat membantu pemahaman mereka mengenai urusanurusan agama dan urusan dunia mereka. Sehingga diantara mereka saling bertanya satu sama lain mengenai ayat yang masih samar bagi mereka atau yang belum mengetahui hukum suatu perkara. Karena diantara mereka ada yang telah didoakan oleh Rasulullah saw. untuk diberikan ilmu dan pemahaman kepada mereka diantaranya Ibn ‘Abbas r.a, Khalifah yang empat, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, Abi Musa al-Asy’ari, serta Abdullah ibn Zubair. Mereka juga tidak menuliskan atau membukukan ulumul Qur`an sebagaimana sekrang karena kebutuhan mereka akan hal itu sudah terpenuhi dengan kemampuan mereka dalam membuat syair, mengetahui karakteristik bahasa arab, keindahan balaghah, kecerdasan mereka dalam meneliti, daya rasa mereka akan bahasa, selain itu juga keterbatasan alat-alat tulis yang ada pada saat itu. Bersamaan dengan hal itu juga Rasulullah melarang mereka menulis apapun kecuali al-Qur`an karena kekhawatiran beliau akan tercampurnya al-Qur`an dengan selainnya atau yang bukan darinya. Walaupun begitu mereka mengajarkan al-Qur`an beserta ilmunya berikut hadits melalui mengadakan pertemuan yang diungkapkan secara lisan tanpa adanya penulisan.
2. Tatkala Islam tersebar luas pada Utsman r.a terjadilah pergaulan antara bangsa arab dan bukan bangsa arab yang tidak mengetahui bahasa Arab, sehingga timbul kekhawatiran pada umat islam akan keberagaman bacaan bacaan umat islam pada saat itu jikalau tidak dikumpulkan dalam satu kitab standar. Maka Utsman pun menyetujui untuk menyepakatkan umat Islam dalam satu kitab yang dikenal dengan mushaf Al Imam. Dengan adanya peristiwa ini memberikan disiplin ilmu pada ulumul Qur`an yang dikenal dengan ilmu Rasm Utsmani. Kemudian pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a ketika beliau memperhatikan adanya ketidakjelasan dalam pengucapan bahasa arab ketika membaca al-Qur`an, maka beliau memerintahkan Abul Aswad untuk meletakkan sebagian aturan untuk memelihara bahasa al-Qur`an dari kebatilan serta ketidakteraturan ini. Sehingga ilmu ini pada perkembangan selanjutnya dikenal dengan nama Ilmu Nahwu. Hal ini terus menerus dilakukan secara lisan melalui jalan penukilan sampai masa pentadwinan (penulisan) sekitar tahun 100 H, maka banyaklah penulisan ulumul Qur`an ini. Namun pada masa itu belum muncul istilah ulumul Qur`an dalam konteks sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi hal itu baru dikenal pada masa akhir abad ketiga atau menjelang awal abad keempat Hijriyyah, ketika seorang ulama bernama Muhammad bin Khlaf bin al-Marzuban (w. 309 H) menyusun sebuah kitab yang berjudul “al-Hawi fi Ulum al- Qur`an” (Kamal, 2006: 5).
C. Ruang Lingkup Ulumul Qur`an
Ruang lingkup ini maksudnya ialah cakupan berbagai pembahasan yang dipelajari dalam ilmu al-Qur`an. Penulis membagi ruang lingkup ulumul Qur`an ini berdasarkan pada pembahasan yang ada dalam beberapa kitab ulumul Qur`an yang mashur diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Versi Mabahits Ulum al-Qur`an karya Manna’ al-Qatthan
a. Mengenal pengertian, pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur`an
b. Al- Qur`an
c. Wahyu
d. Makki Madani
e. Mengetahui yang awal dan akhir turun
f. Asbabunnuzul
g. Turunnya Al- Qur`an
h. Pengumpulan dan penyusunan Al- Qur`an
i. Turunnya Al- Qur`an dengan tujuh huruf
j. Qiroat dan ahli qiroat
k. Kaidah-kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
l. Perbedaan muhkam dan mutasyabih
m. Am dan khos
n. Nasikh mansukh
o. Muthlaq muqoyyad
p. Manthuq mafhum
q. I’jaz Al- Qur`an
r. Perumpamaan Al- Qur`an
s. Sumpah Al- Qur`an
t. Debat dalam Al- Qur`an
u. Kisah-kisah Al- Qur`an
v. Tarjamah Al- Qur`an
w. Tafsir dan ta’wil
2. Versi Al-Itqan Karya Imam Al-Suyuthi
a. Berkaitan dengan Tempat,waktu dan kejadian turunnya Al- Qur`an
1) Makki dan Madani
2) Safari dan Hadhori
3) Lailai dan Safari
4) Shoifi dan Syitai
5) Firasyi dan Naumi
6) Sababunnuzul
7) Awal dan akhir turun
b. Berkaitan dengan Sanad Al- Qur`an
1) Mutawatir
2) Ahad
3) Syadz
4) Bacaan-bacaan nabi yang diriwayatkan oleh hufadz
c. Berkaitan dengan Penyampaian (ada) Al- Qur`an
1) Waqof
2) Ibtida
3) Imalah
4) Mad
5) Takhfif hamzah
6) Idghom
Terdapat beberapa fase perkembangan ulumul Qur`an tidak terlepas dari adanya penyebaran Islam itu tersendiri yang dari hari ke hari kian meluas wilayah penyebarannya sebagaimana yang diungkapkan oleh Bakr Isma’il (1999: 13- 18) sebagai berikut;
1. Keadaan Rasulullah saw. serta para sahabatnya yang mengetahui serta memahami al-Qur`an beserta ilmu-ilmunya, sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh para ulama setelahnya yang kita kenal sekarang dengan nama ‘Ulumul Qur`an. Rasulullah saw. sungguh telah mengetahui al-Qur`an baik itu secara zhahir maupun bathin, muhkam dan mutasyabih, ‘Am dan Khash, Mutlaq dan Muqayyad, serta selain itu semua baik perkara yang nampak jelas maupun yang terlihat samar yang semuanya terkumpul dalam kitab Al-Qur`an ini. Adapun para sahabat mereka menenggak/ menimba ilmu al-Qur`an dari yang telah ditentukan oleh Rasulullah, lalu mereka mempelajarinya sesuai kdar kemampuan mereka yang sekiranya dapat membantu pemahaman mereka mengenai urusanurusan agama dan urusan dunia mereka. Sehingga diantara mereka saling bertanya satu sama lain mengenai ayat yang masih samar bagi mereka atau yang belum mengetahui hukum suatu perkara. Karena diantara mereka ada yang telah didoakan oleh Rasulullah saw. untuk diberikan ilmu dan pemahaman kepada mereka diantaranya Ibn ‘Abbas r.a, Khalifah yang empat, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Kaab, Zaid bin Tsabit, Abi Musa al-Asy’ari, serta Abdullah ibn Zubair. Mereka juga tidak menuliskan atau membukukan ulumul Qur`an sebagaimana sekrang karena kebutuhan mereka akan hal itu sudah terpenuhi dengan kemampuan mereka dalam membuat syair, mengetahui karakteristik bahasa arab, keindahan balaghah, kecerdasan mereka dalam meneliti, daya rasa mereka akan bahasa, selain itu juga keterbatasan alat-alat tulis yang ada pada saat itu. Bersamaan dengan hal itu juga Rasulullah melarang mereka menulis apapun kecuali al-Qur`an karena kekhawatiran beliau akan tercampurnya al-Qur`an dengan selainnya atau yang bukan darinya. Walaupun begitu mereka mengajarkan al-Qur`an beserta ilmunya berikut hadits melalui mengadakan pertemuan yang diungkapkan secara lisan tanpa adanya penulisan.
2. Tatkala Islam tersebar luas pada Utsman r.a terjadilah pergaulan antara bangsa arab dan bukan bangsa arab yang tidak mengetahui bahasa Arab, sehingga timbul kekhawatiran pada umat islam akan keberagaman bacaan bacaan umat islam pada saat itu jikalau tidak dikumpulkan dalam satu kitab standar. Maka Utsman pun menyetujui untuk menyepakatkan umat Islam dalam satu kitab yang dikenal dengan mushaf Al Imam. Dengan adanya peristiwa ini memberikan disiplin ilmu pada ulumul Qur`an yang dikenal dengan ilmu Rasm Utsmani. Kemudian pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a ketika beliau memperhatikan adanya ketidakjelasan dalam pengucapan bahasa arab ketika membaca al-Qur`an, maka beliau memerintahkan Abul Aswad untuk meletakkan sebagian aturan untuk memelihara bahasa al-Qur`an dari kebatilan serta ketidakteraturan ini. Sehingga ilmu ini pada perkembangan selanjutnya dikenal dengan nama Ilmu Nahwu. Hal ini terus menerus dilakukan secara lisan melalui jalan penukilan sampai masa pentadwinan (penulisan) sekitar tahun 100 H, maka banyaklah penulisan ulumul Qur`an ini. Namun pada masa itu belum muncul istilah ulumul Qur`an dalam konteks sebuah ilmu yang berdiri sendiri. Akan tetapi hal itu baru dikenal pada masa akhir abad ketiga atau menjelang awal abad keempat Hijriyyah, ketika seorang ulama bernama Muhammad bin Khlaf bin al-Marzuban (w. 309 H) menyusun sebuah kitab yang berjudul “al-Hawi fi Ulum al- Qur`an” (Kamal, 2006: 5).
C. Ruang Lingkup Ulumul Qur`an
Ruang lingkup ini maksudnya ialah cakupan berbagai pembahasan yang dipelajari dalam ilmu al-Qur`an. Penulis membagi ruang lingkup ulumul Qur`an ini berdasarkan pada pembahasan yang ada dalam beberapa kitab ulumul Qur`an yang mashur diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Versi Mabahits Ulum al-Qur`an karya Manna’ al-Qatthan
a. Mengenal pengertian, pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur`an
b. Al- Qur`an
c. Wahyu
d. Makki Madani
e. Mengetahui yang awal dan akhir turun
f. Asbabunnuzul
g. Turunnya Al- Qur`an
h. Pengumpulan dan penyusunan Al- Qur`an
i. Turunnya Al- Qur`an dengan tujuh huruf
j. Qiroat dan ahli qiroat
k. Kaidah-kaidah yang dibutuhkan oleh mufassir
l. Perbedaan muhkam dan mutasyabih
m. Am dan khos
n. Nasikh mansukh
o. Muthlaq muqoyyad
p. Manthuq mafhum
q. I’jaz Al- Qur`an
r. Perumpamaan Al- Qur`an
s. Sumpah Al- Qur`an
t. Debat dalam Al- Qur`an
u. Kisah-kisah Al- Qur`an
v. Tarjamah Al- Qur`an
w. Tafsir dan ta’wil
2. Versi Al-Itqan Karya Imam Al-Suyuthi
a. Berkaitan dengan Tempat,waktu dan kejadian turunnya Al- Qur`an
1) Makki dan Madani
2) Safari dan Hadhori
3) Lailai dan Safari
4) Shoifi dan Syitai
5) Firasyi dan Naumi
6) Sababunnuzul
7) Awal dan akhir turun
b. Berkaitan dengan Sanad Al- Qur`an
1) Mutawatir
2) Ahad
3) Syadz
4) Bacaan-bacaan nabi yang diriwayatkan oleh hufadz
c. Berkaitan dengan Penyampaian (ada) Al- Qur`an
1) Waqof
2) Ibtida
3) Imalah
4) Mad
5) Takhfif hamzah
6) Idghom
d. Berkaitan dengan Lafadz-lafadz
1) Macam-macam ghorib
2) Mu’rob
3) Majaz
4) Musytarok
5) Mutarodif
6) Isti’arah
7) Tasybih
e. Berkaitan dengan Makna yang berhubungan dengan hukum
1) Am yang tetap atas keumumannya
2) Am yang khusus
3) Am yang dimaksud khusus
4) Kitab yang dikhususkan oleh sunnah
5) Sunnah yang dikhususkan oleh kitab
6) Mujmal
7) Mubayyan
8) Muawwal
9) Mafhum
10) Muthlaq
11) Muqoyyad
12) Nasih mansukh
13) Hukum-hukum yang diamalkan beberapa waktu
14) Hukum yang diamalkan oleh seorang mukallaf
f. Makna yang berkaitan dengan lafadz
1) Fashl
2) Wahsl
3) Ijaz
4) Ithnab
5) Qoshr
g. Lain-lain
1) Nama-nama
2) Kunyah
3) Laqob
4) Mubhamat
3. Versi Al-Tibyan Karya Imam Ali Al-Shabuni
a. Ulumul Qur`an
1) Pendahuluan
2) Maksud Ulumul Qur`an
3) Pengertian Al- Qur`an
4) Keutamaan Al- Qur`an
5) Nama-nama Al- Qur`an
6) Permulaan Turunnya Al- Qur`an
7) Yang Pertama dan Terakhir Turun
8) Yang pertama Turun tentang Perang, Khomer dan Makanan
b. Asbabun Nuzul
1) Asbabun Nuzul
2) Faidah mengetahui Asbabun Nuzul
3) Contoh-contoh Faidah Nuzul
4) Penjelasan tentang Makna Ayat
5) Apa itu Asbabun Nuzul
6) Bagaimana Cara Mengetahui Sababun Nuzul
7) Apakah Sababun Nuzul itu Berpaling
8) Apakah Ibroh itu dengan Umum Lafadz atau Khususnya Sabab
c. Hikmah Turunnya Al- Qur`an secara Terpisah
1) Turunnya Al- Qur`an
2) Bagaimana Turunnya Al- Qur`an
3) Hikmah Turunnya Al- Qur`an secara Berangsur-angsur
4) Bagaimana Talaqqinya Nabi terhadap Al- Qur`an
5) Apakah Sunnah Nabi itu Wahyu dari Allah
d. Pengumpulan Al- Qur`an
1) Pengumpulan Al- Qur`an pada Zaman Nabi
2) Pengumpulan Al- Qur`an didalam Hati
3) Pengumpulan Al- Qur`an dalam Tulisan
4) Pengumpulan Al- Qur`an pada Masa Abu Bakar r.a
5) Pengumpulan Al- Qur`an pada Masa Utsman
6) Perbedaan Pengumpulan Abu Bakar r.a dan Utsman
e. Tafsir dan Ahli Tafsir
1) Pendahuluan
2) Kepada Al- Qur`an ditafsirkan
3) Perbedaan Tafsir dan Ta’wil
4) Pembagian Tafsir
5) Ahli Tafsir dari Kalangan Tabi’in
f. I’jaz Al- Qur`an
1) Mukjizat Al- Qur`an secara Ilmiah
2) Turunnya Al- Qur`an dengan Tujuh Huruf dan Bacaan yang Masyhur
D. Mengenal Tokoh Ulama Tafsir dan Ulum Al-Qur`an
1. Ulama Tafsir Abad Kesatu Hijrah
Hasbi as-Shiddieqy (1953 : 168) mengemukakan bahwa tokoh-tokoh ilmu yang merintis jalan bagi ilmu-ilmu al-Qur`an pada abad kesatu hijrah adalah sebagai berikut:
a. Dari Golongan Sahabat
1) Khulafa Rasyidin (khalifah yang empat)
2) Ibnu Abbas
3) Ibnu Mas’ud
4) Zaid bin Tsabit
5) Ubay bin Ka’ab
6) Abu Musa al-Asy’arie
7) Abdullah bin Zubair
b. Dari Golongan Tabi’in
Terkait dengan golongan tabi’in ini, Ashobuni (1987 : 77-88) mengklasifikasikan ahli tafsir dari kalangan tabi’in ini kepada tiga golongan, yaitu :
1) Golongan Mekkah yaitu : Mujahid, Atho’, Ikrimah, Thowus, dan Sa’id bin Jubair
2) Golongan Madinah yaitu : Muhammad bin Ka’ab al-Qurhodzi, Abul Aliyah ar-Royahi dan Zaid bin Aslam
3) Golongan Iraq yaitu : Hasan Bashri, Masruq bin al-Azda’, Qotadah bin Di’amah, Atho bin Abi Muslim al-Khurasani dan Murroh al-Hamdani.
c. Dari Golongan Tabi’ut Tabi’in
Diantaranya yaitu Malik bin Anas. Beliau mengambil ilmu ini dari Zaid bin Aslam.
2. Ulama Tafsir Abad Kedua Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 177) menyebutkan bahwa diantara tokoh ulama tafsir abad kedua ini yaitu : As-Suddy (wafat tahun 127 H), Ibn Juraij (wafat tahun 150 H), Muqatil (wafat tahun 150 H), Sufyan bin Uyainah ( wafat tahun 198 H), Wakki’ bin Jarrah, dan Muhammad bin Ishaq.
1) Macam-macam ghorib
2) Mu’rob
3) Majaz
4) Musytarok
5) Mutarodif
6) Isti’arah
7) Tasybih
e. Berkaitan dengan Makna yang berhubungan dengan hukum
1) Am yang tetap atas keumumannya
2) Am yang khusus
3) Am yang dimaksud khusus
4) Kitab yang dikhususkan oleh sunnah
5) Sunnah yang dikhususkan oleh kitab
6) Mujmal
7) Mubayyan
8) Muawwal
9) Mafhum
10) Muthlaq
11) Muqoyyad
12) Nasih mansukh
13) Hukum-hukum yang diamalkan beberapa waktu
14) Hukum yang diamalkan oleh seorang mukallaf
f. Makna yang berkaitan dengan lafadz
1) Fashl
2) Wahsl
3) Ijaz
4) Ithnab
5) Qoshr
g. Lain-lain
1) Nama-nama
2) Kunyah
3) Laqob
4) Mubhamat
3. Versi Al-Tibyan Karya Imam Ali Al-Shabuni
a. Ulumul Qur`an
1) Pendahuluan
2) Maksud Ulumul Qur`an
3) Pengertian Al- Qur`an
4) Keutamaan Al- Qur`an
5) Nama-nama Al- Qur`an
6) Permulaan Turunnya Al- Qur`an
7) Yang Pertama dan Terakhir Turun
8) Yang pertama Turun tentang Perang, Khomer dan Makanan
b. Asbabun Nuzul
1) Asbabun Nuzul
2) Faidah mengetahui Asbabun Nuzul
3) Contoh-contoh Faidah Nuzul
4) Penjelasan tentang Makna Ayat
5) Apa itu Asbabun Nuzul
6) Bagaimana Cara Mengetahui Sababun Nuzul
7) Apakah Sababun Nuzul itu Berpaling
8) Apakah Ibroh itu dengan Umum Lafadz atau Khususnya Sabab
c. Hikmah Turunnya Al- Qur`an secara Terpisah
1) Turunnya Al- Qur`an
2) Bagaimana Turunnya Al- Qur`an
3) Hikmah Turunnya Al- Qur`an secara Berangsur-angsur
4) Bagaimana Talaqqinya Nabi terhadap Al- Qur`an
5) Apakah Sunnah Nabi itu Wahyu dari Allah
d. Pengumpulan Al- Qur`an
1) Pengumpulan Al- Qur`an pada Zaman Nabi
2) Pengumpulan Al- Qur`an didalam Hati
3) Pengumpulan Al- Qur`an dalam Tulisan
4) Pengumpulan Al- Qur`an pada Masa Abu Bakar r.a
5) Pengumpulan Al- Qur`an pada Masa Utsman
6) Perbedaan Pengumpulan Abu Bakar r.a dan Utsman
e. Tafsir dan Ahli Tafsir
1) Pendahuluan
2) Kepada Al- Qur`an ditafsirkan
3) Perbedaan Tafsir dan Ta’wil
4) Pembagian Tafsir
5) Ahli Tafsir dari Kalangan Tabi’in
f. I’jaz Al- Qur`an
1) Mukjizat Al- Qur`an secara Ilmiah
2) Turunnya Al- Qur`an dengan Tujuh Huruf dan Bacaan yang Masyhur
D. Mengenal Tokoh Ulama Tafsir dan Ulum Al-Qur`an
1. Ulama Tafsir Abad Kesatu Hijrah
Hasbi as-Shiddieqy (1953 : 168) mengemukakan bahwa tokoh-tokoh ilmu yang merintis jalan bagi ilmu-ilmu al-Qur`an pada abad kesatu hijrah adalah sebagai berikut:
a. Dari Golongan Sahabat
1) Khulafa Rasyidin (khalifah yang empat)
2) Ibnu Abbas
3) Ibnu Mas’ud
4) Zaid bin Tsabit
5) Ubay bin Ka’ab
6) Abu Musa al-Asy’arie
7) Abdullah bin Zubair
b. Dari Golongan Tabi’in
Terkait dengan golongan tabi’in ini, Ashobuni (1987 : 77-88) mengklasifikasikan ahli tafsir dari kalangan tabi’in ini kepada tiga golongan, yaitu :
1) Golongan Mekkah yaitu : Mujahid, Atho’, Ikrimah, Thowus, dan Sa’id bin Jubair
2) Golongan Madinah yaitu : Muhammad bin Ka’ab al-Qurhodzi, Abul Aliyah ar-Royahi dan Zaid bin Aslam
3) Golongan Iraq yaitu : Hasan Bashri, Masruq bin al-Azda’, Qotadah bin Di’amah, Atho bin Abi Muslim al-Khurasani dan Murroh al-Hamdani.
c. Dari Golongan Tabi’ut Tabi’in
Diantaranya yaitu Malik bin Anas. Beliau mengambil ilmu ini dari Zaid bin Aslam.
2. Ulama Tafsir Abad Kedua Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 177) menyebutkan bahwa diantara tokoh ulama tafsir abad kedua ini yaitu : As-Suddy (wafat tahun 127 H), Ibn Juraij (wafat tahun 150 H), Muqatil (wafat tahun 150 H), Sufyan bin Uyainah ( wafat tahun 198 H), Wakki’ bin Jarrah, dan Muhammad bin Ishaq.
3. Ulama Tafsir Abad Ketiga Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 179) menerangkan bahwa ulama tafsir pada abad ketiga hijrah ini diantaranya yaitu :
a. Al-Allâf (w. 226 H).
b. At-Thabari (w. 310 H) dengan tafsirnya “Tafsir Jami’ul Bayan”.
c. An-Nadhdham (231).
d. Al-Waqidi.
e. Abdul Razaq.
f. Baqy bin Ma’lad, dengan tafsirnya yaitu tafsir Baqy ibn Ma’lad yang merupakan tafsir terbesar dan terkenal pada zamannya di Andalusia.
g. Ali ibnul Madiny (wafat tahun 234 H). Beliau menyusun kitab dalam ilmu Asbabun Nuzul.
h. Abu Ubaid al-Qosim ibn Salam (wafat tahun 244 H). Beliau menyusun kitab tentang ilmu an Nasikh wal Mansukh, ilmu al-Qiroaat dan tentang ilmu Fadhoil Qur`an.
i. Muhammad ibn Ayyub adl-Dirrisi (wafat pada tahun 294 H). Beliau menyusun kitab tentang ilmu ma nuzzila bi Makkta wa ma nuzzila bil Madinati.
j. Muhammad ibn Khalaf ibn al-Marzuban (wafat pada tahun 309 H). Kitabnya bernama al-Hawi fi Ulumil Qur`an.
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 179) menerangkan bahwa ulama tafsir pada abad ketiga hijrah ini diantaranya yaitu :
a. Al-Allâf (w. 226 H).
b. At-Thabari (w. 310 H) dengan tafsirnya “Tafsir Jami’ul Bayan”.
c. An-Nadhdham (231).
d. Al-Waqidi.
e. Abdul Razaq.
f. Baqy bin Ma’lad, dengan tafsirnya yaitu tafsir Baqy ibn Ma’lad yang merupakan tafsir terbesar dan terkenal pada zamannya di Andalusia.
g. Ali ibnul Madiny (wafat tahun 234 H). Beliau menyusun kitab dalam ilmu Asbabun Nuzul.
h. Abu Ubaid al-Qosim ibn Salam (wafat tahun 244 H). Beliau menyusun kitab tentang ilmu an Nasikh wal Mansukh, ilmu al-Qiroaat dan tentang ilmu Fadhoil Qur`an.
i. Muhammad ibn Ayyub adl-Dirrisi (wafat pada tahun 294 H). Beliau menyusun kitab tentang ilmu ma nuzzila bi Makkta wa ma nuzzila bil Madinati.
j. Muhammad ibn Khalaf ibn al-Marzuban (wafat pada tahun 309 H). Kitabnya bernama al-Hawi fi Ulumil Qur`an.
4. Ulama Tafsir Abad Keempat Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 180- 181) menyatakan bahwa diantara tokoh tafsir pada abad keempat ini adalah :
a. Abu Muslim Muhammad ibn Bahar al- Ashfahani (w. 322 H).
b. Abu Bakar r.a ibn al-Qosim al-Anbary (wafat tahun 328 H). Beliau menyusun kitab Aja’ibu ‘ulmul Qur`an.
c. Abul Hasan al-Asy’ary (wafat tahun 324 H). Menyusun kitab al-Mukhtazan fi ‘ulumil Qur`an.
d. Abu Bakar r.a as-Sijistaniy (wafat tahun 330 H). Beliau menyusun kitab Gharibul Qur`an.
e. Abu ‘Amar ad-Dany (wafat tahun 344 H). Kitabnya bernama at-Taisir bil Qira’atis Sab’i dan al-Muhkam Fin Nuqath.
f. Abu Muhammad al-Qashshab Muhammad ibn Ali al-Karakhi (wafat tahun 360 H). Menyusun kitab Nuqatul Qur`an ad-Dallatu ‘alal Bayani fi Anwa’il ulumi wal Ahkamil Munbiati an ikhtilafil Anam.
g. Abu Muhammad Shal at- Tastary (w. 383 H), tafsirnya berjudul “Tafsir at- Tastary.”
h. Muhammad ibn Ali al-Adfuwi (wafat tahun 388 H). Menyusun kitab al-Istighna fi Ulumil Qur`an.
5. Ulama Tafsir Abad Kelima Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 181) memaparkan bahwa diantara tokoh yang terkemuka pada abad kelima hijrah yaitu :
a. Abu Ishaq Ahmad ats- Tsalibi (427 H). Tafsirnya yaitu Tafsir Abu Ishaq ats- Tsalibi.
b. Ali ibn Ibrahim ibn Sa’id al-Hufy (wafat tahun 430 H). Kitabnya bernama al-Burhan fi ‘Ulumil Qur`an dan I’rabul Qur`an.
c. Al-Mawardy (wafat tahun 450 H). Ia menyusun tentang ilmu Amtsalul Qur`an.
d. Abu Hasan ‘Ali ibn Ahmad al Wahidy (468 H). Tafsirnya berjudul Al- Wajîz Fii Tafsiril Qur`an Al ‘Aziz.
e. Abu Ja’far Muhammad ibn al Hasan at Thury (459 H). Tafsirnya berjudul at- Tibyan fii Tafsiril Qur`an. Abu Muhammad Husain ibn Mas’ud al Farri al Baghawy (516 H). Tafsirnya Ma’aalimut Tanzil.
f. Abu Bakr ibnul ’Araby (542 H). Tafsirnya yaitu ahkamul Qur`an.
6. Ulama Tafsir Abad Keenam dan Ketujuh Hijrah
a. Abad Keenam Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 182) menyebutkan, diantara tokoh ulama tafsir pada abad keenam hijrah yaitu :
1) Abul Qosim Abdurrahman, yang terkenal dengan nama as-Suhaily (wafat tahun 581 H). Kitabnya bernama Muhammatul Qur`an atau bernama at-Ta’rifu wa I’lami bima Ubhima fil Qur`an minal Asmai wal A’lam.
2) Ibnul Jauzy (wafat tahun 597 H). Kitabnya bernama Fununul Afnan fi ‘Ajaib ulumil Qur`an, al-Mujtaba fi ‘Ulumin Tata’allaqu bil Qur`an, dan Zaadul Ma’asir.
3) Abu Muhammad ibn Athiyah al Magribi (w. 542 H). Beliau mengarang kitab tafsirnya yang diintisarikan dari kitab-kitab tafsir Mutaqaddimin serta riwayat-riwayat yang di pandang shahih saja yaitu al-Muhararru al Wajiiz.
b. Abad Ketujuh Hijrah
1) Fachruddin ar- Razy (w. 605 H). Tafsirnya berjudul Tafsir Mafaatihul Ghaib.
2) Ibn ‘Araby (w. 638 H). Beliau ini mempunyai banyak kitab, diantaranya ialah al-Jam’u wa Tafshil fi Ibdâi Ma’ânil Tanzîl. Tafsir ini termasuk pada jenis tafsir Isyari.
3) Alamuddin as-Sakhawy (wafat tahun 643 H). Kitabnya yaitu Hidayatul Mutab fil Mutasyabbih, yang terkenal dengan nama Mandzhumah as-Sakhawiyyah dan kitab Jamalul Quray wa Kamalul Iqrai.
4) Ibnu Abdis Salam, yang terkenal dengan nama Al-Izz (wafat tahun 660 H). Kitabnya bernama Majazul Qur`an.
5) Abu Syamah Abdurrahman ibn Isma’il al Maqdisy (wafat tahun 665 H). Kitabnya bernama al-Mursyidul Wajiz fima Yata’allaqu bil Qur`anil Aziz.
6) Ibnu Abil Ishba’ yang membahas tentang ilmu bada’iul Qur`an.
7) Sayid al-Murtadha menyusun kitab yang dinamai al- Inshâf fil Muhkamâti bainal Baidhawi wal Kasysyaf. Di dalamnya diterangkan masalah-masalah yang terjadi perselisihan antara ahlu sunnah dengan mu’tazilah mengenai ’aqidah.
8) Najmuddin ath-Thufiy yang membahas tentang Ilmu Hujajil Qur`an atau Ilmu Jadadil Qur`an.
9) Abul Barakah Abdullah ibn Muhammad dan Nasafy (w. 701 H). Tafsirnya berjudul Madarikul Hanzil wa Maqâiqu Ta`wîl.
10) Ibnul Qayyim (wafat tahun 752 H) yang menyusun tentang Aqsamul Qur`an.
7. Ulama Tafsir Abad Kedelapan, Kesembilan, Kesepuluh Hijrah
a. Abad Kedelapan Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 183) menjelaskan, bahwa diantara tokoh pada abad ini ialah sebagai berikut:
1) Al Ghazin yaitu Ali bin Muhammad al Baghdadi (725 H). Tafsirnya berjudul Tafsir Lu’abul Ta’wil fii Ma’ani Tanzil.
2) Tajuddin Ahmad ibn ’abdul Qadir (749 H). Tafsirnya berjudul ad Durrul Laqîth minal Bahri al Muhith.
3) Ibnu Hayyan al Andalusy (754 H). Ia mengarang kitab tafsir yang berjudul al Bahrul Muhith dan an Nahrul Madd.
4) Abu Su’ud ibn Muhammad al Imady. Tafsirnya berjudul Irsyadul ’aqli as Salim ilâ mazâjal Qur`anil Karim.
5) Badruddin az-Zarkasyi (wafat tahun 794). Ia menyusun kitab al-Burhan fi ‘Ulumil Qur`an.
b. Abad Kesembilan Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 183) menjelaskan, bahwa diantara tokoh pada abad ini ialah sebagai berikut:
1) Thahir Muhammad bin Ya’qub al Fairuzabady (817 H). Tafsirnya yaitu Tanwirul Miqyas min Tafsiril Ibn Abbas.
2) Muhammad ibn Sulaiman al-Kafiyajy (wafat tahun 873 H). Kitabnya bernama at-Tafsir fi Qawaidit tafsir.
3) Jalaluddin al-Bulqiny (wafat tahun 824 H). Kitabnya bernama Mawaqi’ul ‘Ulum min Mawaqi’in Nujum.
4) As-Suyuthy (wafat tahun 911 H). Kitabnya bernama Tarjumul Qur`an, at-Tahbir fi ‘Ulumit Tafsir dan al-Itqan fi ‘Ulumil Qur`an.
c. Abad Kesepuluh Hijriyah
1) Al ‘Allamah al Khatib asy Syarbini (977 H). Tafsirnya berjudul As Sirajul Munir.
2) Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin as Sayuti (911 H). tafsirnya berjudul “Jalalain”.
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 180- 181) menyatakan bahwa diantara tokoh tafsir pada abad keempat ini adalah :
a. Abu Muslim Muhammad ibn Bahar al- Ashfahani (w. 322 H).
b. Abu Bakar r.a ibn al-Qosim al-Anbary (wafat tahun 328 H). Beliau menyusun kitab Aja’ibu ‘ulmul Qur`an.
c. Abul Hasan al-Asy’ary (wafat tahun 324 H). Menyusun kitab al-Mukhtazan fi ‘ulumil Qur`an.
d. Abu Bakar r.a as-Sijistaniy (wafat tahun 330 H). Beliau menyusun kitab Gharibul Qur`an.
e. Abu ‘Amar ad-Dany (wafat tahun 344 H). Kitabnya bernama at-Taisir bil Qira’atis Sab’i dan al-Muhkam Fin Nuqath.
f. Abu Muhammad al-Qashshab Muhammad ibn Ali al-Karakhi (wafat tahun 360 H). Menyusun kitab Nuqatul Qur`an ad-Dallatu ‘alal Bayani fi Anwa’il ulumi wal Ahkamil Munbiati an ikhtilafil Anam.
g. Abu Muhammad Shal at- Tastary (w. 383 H), tafsirnya berjudul “Tafsir at- Tastary.”
h. Muhammad ibn Ali al-Adfuwi (wafat tahun 388 H). Menyusun kitab al-Istighna fi Ulumil Qur`an.
5. Ulama Tafsir Abad Kelima Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 181) memaparkan bahwa diantara tokoh yang terkemuka pada abad kelima hijrah yaitu :
a. Abu Ishaq Ahmad ats- Tsalibi (427 H). Tafsirnya yaitu Tafsir Abu Ishaq ats- Tsalibi.
b. Ali ibn Ibrahim ibn Sa’id al-Hufy (wafat tahun 430 H). Kitabnya bernama al-Burhan fi ‘Ulumil Qur`an dan I’rabul Qur`an.
c. Al-Mawardy (wafat tahun 450 H). Ia menyusun tentang ilmu Amtsalul Qur`an.
d. Abu Hasan ‘Ali ibn Ahmad al Wahidy (468 H). Tafsirnya berjudul Al- Wajîz Fii Tafsiril Qur`an Al ‘Aziz.
e. Abu Ja’far Muhammad ibn al Hasan at Thury (459 H). Tafsirnya berjudul at- Tibyan fii Tafsiril Qur`an. Abu Muhammad Husain ibn Mas’ud al Farri al Baghawy (516 H). Tafsirnya Ma’aalimut Tanzil.
f. Abu Bakr ibnul ’Araby (542 H). Tafsirnya yaitu ahkamul Qur`an.
6. Ulama Tafsir Abad Keenam dan Ketujuh Hijrah
a. Abad Keenam Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 182) menyebutkan, diantara tokoh ulama tafsir pada abad keenam hijrah yaitu :
1) Abul Qosim Abdurrahman, yang terkenal dengan nama as-Suhaily (wafat tahun 581 H). Kitabnya bernama Muhammatul Qur`an atau bernama at-Ta’rifu wa I’lami bima Ubhima fil Qur`an minal Asmai wal A’lam.
2) Ibnul Jauzy (wafat tahun 597 H). Kitabnya bernama Fununul Afnan fi ‘Ajaib ulumil Qur`an, al-Mujtaba fi ‘Ulumin Tata’allaqu bil Qur`an, dan Zaadul Ma’asir.
3) Abu Muhammad ibn Athiyah al Magribi (w. 542 H). Beliau mengarang kitab tafsirnya yang diintisarikan dari kitab-kitab tafsir Mutaqaddimin serta riwayat-riwayat yang di pandang shahih saja yaitu al-Muhararru al Wajiiz.
b. Abad Ketujuh Hijrah
1) Fachruddin ar- Razy (w. 605 H). Tafsirnya berjudul Tafsir Mafaatihul Ghaib.
2) Ibn ‘Araby (w. 638 H). Beliau ini mempunyai banyak kitab, diantaranya ialah al-Jam’u wa Tafshil fi Ibdâi Ma’ânil Tanzîl. Tafsir ini termasuk pada jenis tafsir Isyari.
3) Alamuddin as-Sakhawy (wafat tahun 643 H). Kitabnya yaitu Hidayatul Mutab fil Mutasyabbih, yang terkenal dengan nama Mandzhumah as-Sakhawiyyah dan kitab Jamalul Quray wa Kamalul Iqrai.
4) Ibnu Abdis Salam, yang terkenal dengan nama Al-Izz (wafat tahun 660 H). Kitabnya bernama Majazul Qur`an.
5) Abu Syamah Abdurrahman ibn Isma’il al Maqdisy (wafat tahun 665 H). Kitabnya bernama al-Mursyidul Wajiz fima Yata’allaqu bil Qur`anil Aziz.
6) Ibnu Abil Ishba’ yang membahas tentang ilmu bada’iul Qur`an.
7) Sayid al-Murtadha menyusun kitab yang dinamai al- Inshâf fil Muhkamâti bainal Baidhawi wal Kasysyaf. Di dalamnya diterangkan masalah-masalah yang terjadi perselisihan antara ahlu sunnah dengan mu’tazilah mengenai ’aqidah.
8) Najmuddin ath-Thufiy yang membahas tentang Ilmu Hujajil Qur`an atau Ilmu Jadadil Qur`an.
9) Abul Barakah Abdullah ibn Muhammad dan Nasafy (w. 701 H). Tafsirnya berjudul Madarikul Hanzil wa Maqâiqu Ta`wîl.
10) Ibnul Qayyim (wafat tahun 752 H) yang menyusun tentang Aqsamul Qur`an.
7. Ulama Tafsir Abad Kedelapan, Kesembilan, Kesepuluh Hijrah
a. Abad Kedelapan Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 183) menjelaskan, bahwa diantara tokoh pada abad ini ialah sebagai berikut:
1) Al Ghazin yaitu Ali bin Muhammad al Baghdadi (725 H). Tafsirnya berjudul Tafsir Lu’abul Ta’wil fii Ma’ani Tanzil.
2) Tajuddin Ahmad ibn ’abdul Qadir (749 H). Tafsirnya berjudul ad Durrul Laqîth minal Bahri al Muhith.
3) Ibnu Hayyan al Andalusy (754 H). Ia mengarang kitab tafsir yang berjudul al Bahrul Muhith dan an Nahrul Madd.
4) Abu Su’ud ibn Muhammad al Imady. Tafsirnya berjudul Irsyadul ’aqli as Salim ilâ mazâjal Qur`anil Karim.
5) Badruddin az-Zarkasyi (wafat tahun 794). Ia menyusun kitab al-Burhan fi ‘Ulumil Qur`an.
b. Abad Kesembilan Hijrah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 183) menjelaskan, bahwa diantara tokoh pada abad ini ialah sebagai berikut:
1) Thahir Muhammad bin Ya’qub al Fairuzabady (817 H). Tafsirnya yaitu Tanwirul Miqyas min Tafsiril Ibn Abbas.
2) Muhammad ibn Sulaiman al-Kafiyajy (wafat tahun 873 H). Kitabnya bernama at-Tafsir fi Qawaidit tafsir.
3) Jalaluddin al-Bulqiny (wafat tahun 824 H). Kitabnya bernama Mawaqi’ul ‘Ulum min Mawaqi’in Nujum.
4) As-Suyuthy (wafat tahun 911 H). Kitabnya bernama Tarjumul Qur`an, at-Tahbir fi ‘Ulumit Tafsir dan al-Itqan fi ‘Ulumil Qur`an.
c. Abad Kesepuluh Hijriyah
1) Al ‘Allamah al Khatib asy Syarbini (977 H). Tafsirnya berjudul As Sirajul Munir.
2) Jalaluddin al Mahalli dan Jalaluddin as Sayuti (911 H). tafsirnya berjudul “Jalalain”.
8. Ulama Tafsir Abad Kesebelas, Keduabelas, dan Ketigabelas
Menurut Hasbie ash- Shidiqie (1953: 184) ulama-ulama tafsir yang terkenal di abad ini ialah:
a. Al `Alamah at Alusy (1270 H). Tafsirnya ialah Ruhul Ma’ani.
b. Al Imam asj Syaukany (1250 H). Tafsirnya adalah Fathul Qadir.
c. Al `Allamah Siddiq Hasan Khan (1307 H). Tafsirnya berjudul Fathul Bayan.
d. Allamah Isma`il Haqqy. Tafsirnya ialah Ruhul Bayan.
e. Al `Allamah Muhammad Nawawy al Djâwy. Tafsirnya adalah at-Tafsirul Munir.
f. Al Jazairy (1338 H). Tafsirnya bernama Tafsir ’allamah Thahir al Jazairy.
9. Ulama Tafsir Abad Keempat Belas Hijriyyah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 184) mengemukakan, diantara tokoh ulama tafsir pada abad keempat belas yaitu :
a. As-Syekh Thahir al-Jazairy. Kitabnya bernama at-Tibyan fi Badlil Mabahaitsi al-Muta’alliqati bil Qur`an.
b. Jamaluddin al-Qasimy (wafat tahun 1332 H). Kitabnya bernama Mahasinut Takwil.
c. Muhammad Abdul Adzhim az-Zarqani. Kitabnya bernama Manahilul Irfan fi ‘Ulumul Qur`an.
d. Muhammad Ali Salamah. Kitabnya bernama Manhajul Furqan fi Ulumil Qur`an.
e. As-Syekh Thanthawy Jauhary. Kitabnya bernama al-Qur`an wal ulumul ‘Ashriyah.
f. Al-Ustadz Sayyid Quthub. Kitabnya bernama at-Tashwirul Fanniyyu fil Qur`an.
g. Al-Ustadz Malik ibn Naby. Kitabnya yaitu Adh-Dhahirarul Qur`aniyyah.
h. As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid Ridha. Kitabnya bernama Tafsirul Qur`anil Hakim, yang terkenal dengan tafsir al-Manar.
i. As-Syekh Muhammad Abdullah Darraz. Kitabnya bernama An-Nabaul Azhim ‘Anil Qur`anil Karim.
j. Muhammad al-Ghazzaly. Kitabnya bernama Nadharat fil Qur`an.
k. Al-Ustadz Muhammad al-Mubarok. Kitabnya bernama Al-Manhalul Khalid.
l. Asy-Syekh Muhammad Mustafa al-Maraghi. Tafsirnya ialah Tafsir al Maraghi.
m. Ahmad Hasan dengan tafsirnya tafsir al furqon, Hasbie ash- Shidiqie dengan tafsirnya tafsir an-Nuur, Mahmud Yunus dan Kasim al Bakry dengan tafsirnya tafsirul Qur`anil Karim.
Menurut Hasbie ash- Shidiqie (1953: 184) ulama-ulama tafsir yang terkenal di abad ini ialah:
a. Al `Alamah at Alusy (1270 H). Tafsirnya ialah Ruhul Ma’ani.
b. Al Imam asj Syaukany (1250 H). Tafsirnya adalah Fathul Qadir.
c. Al `Allamah Siddiq Hasan Khan (1307 H). Tafsirnya berjudul Fathul Bayan.
d. Allamah Isma`il Haqqy. Tafsirnya ialah Ruhul Bayan.
e. Al `Allamah Muhammad Nawawy al Djâwy. Tafsirnya adalah at-Tafsirul Munir.
f. Al Jazairy (1338 H). Tafsirnya bernama Tafsir ’allamah Thahir al Jazairy.
9. Ulama Tafsir Abad Keempat Belas Hijriyyah
Hasbi as-Shiddiqiey (1953 : 184) mengemukakan, diantara tokoh ulama tafsir pada abad keempat belas yaitu :
a. As-Syekh Thahir al-Jazairy. Kitabnya bernama at-Tibyan fi Badlil Mabahaitsi al-Muta’alliqati bil Qur`an.
b. Jamaluddin al-Qasimy (wafat tahun 1332 H). Kitabnya bernama Mahasinut Takwil.
c. Muhammad Abdul Adzhim az-Zarqani. Kitabnya bernama Manahilul Irfan fi ‘Ulumul Qur`an.
d. Muhammad Ali Salamah. Kitabnya bernama Manhajul Furqan fi Ulumil Qur`an.
e. As-Syekh Thanthawy Jauhary. Kitabnya bernama al-Qur`an wal ulumul ‘Ashriyah.
f. Al-Ustadz Sayyid Quthub. Kitabnya bernama at-Tashwirul Fanniyyu fil Qur`an.
g. Al-Ustadz Malik ibn Naby. Kitabnya yaitu Adh-Dhahirarul Qur`aniyyah.
h. As-Sayyid al-Imam Muhammad Rasyid Ridha. Kitabnya bernama Tafsirul Qur`anil Hakim, yang terkenal dengan tafsir al-Manar.
i. As-Syekh Muhammad Abdullah Darraz. Kitabnya bernama An-Nabaul Azhim ‘Anil Qur`anil Karim.
j. Muhammad al-Ghazzaly. Kitabnya bernama Nadharat fil Qur`an.
k. Al-Ustadz Muhammad al-Mubarok. Kitabnya bernama Al-Manhalul Khalid.
l. Asy-Syekh Muhammad Mustafa al-Maraghi. Tafsirnya ialah Tafsir al Maraghi.
m. Ahmad Hasan dengan tafsirnya tafsir al furqon, Hasbie ash- Shidiqie dengan tafsirnya tafsir an-Nuur, Mahmud Yunus dan Kasim al Bakry dengan tafsirnya tafsirul Qur`anil Karim.
Comments
Post a Comment