TINGKATAN ISIM MAA'RIFAT: KAJIAN AL INSHAF LI AL ANBARY PERMASALAHAN 101
Diadara S.I.
Para ahli nahwu Kufah berpendapat bahwa isim Mubham, seperti
هذا، ذاك lebih diketahui dari pada isim ‘alam, seperti Zaid dan
‘Amr. Sedangkan para ahli nahwu Bashrah berpendapat bahwa isim ‘alam itu
lebih diketahui daripada isim mubham. Dengan demikian dua kelompok ini,
mereka berbeda pendapat dalam tingkatan tingkatan ism Ma’rifat. Adapun Sibawaih ia berpendapat bahwa tingkatan pertama dari
isim ma’rifat adalah isim mudhmar/dhamir karena tidak mungkin
digunakan ganti kecuali sesuatu tersebut telah diketahui; hal itu dikarenakan
tidak diperlukan sebuah penjelasan lagi sebagaimana isim ma’rifat yang
lainnya. Tingkatan kedua adalah isim ‘alam hal ini dikarenakan asal isim
alam itu ialah meletakan sesuatu yang tidak terpadat pada jenis lainnya.
Ketiga, isim mubham merupakan mengetahui sesuatu melalui penglihatan dan
hati. Keempat, yang dibubuhi imbuhan alif dan lam yakni isim
yang diketahui oleh hati saja. Kelima, isim yang diidhafatkan dengan isim
ma’rifat lainnya, yakni isim yang diketahui melalui isim lainnya dan kadar jelasnya itu sesuai kadar yang
dijadikan sandarannya. Sedangkan Abu Bakr Ibn Siraaj berpendapat mengenai
tingkatan ma’rifat dari yang pertma sampai akhir, yakni isim mubham, isim
dhamir, isim ‘alam, ma’rifat dengan alif lam, kemudian isim
idhafat. Dan ahli nahwu lainnya yakni Abu Said al Sairaafi mengenai
tingkatan ma’rifat dari yang pertma sampai akhir, yakni isim ‘alam,
isim dhamir, isim mubham, ma’rifat dengan alif dan lam
serta isim idhafat.
Orang-orang Kufah berargumentasi bahwa isim
mubham lebih ma’rifat/jelas dari pada ism ‘alam dikarenakan ism
mubham itu diketahui dengan dua hal, yakni dengan penglihatan dan hati.
Adapun ism ‘alam hanya diketahui dengan hati saja, sehingga sesuatu yang
diketahui dengan dua hal lebih ma’rifat dari pada hanya dengan satu hal.
Selain itu juga, mereka berargumentasi bahwa ism ‘alam itu menerima
untuk dinakirohkan. Berbeda dengan ism ‘alam, ism mubham
tidak menerima hal tersebut. Sehingga isim yang tidak menerima penakirahan
lebih ma’rifat dari pada yang menerima hal itu.
Adapun argumentasi orang-orang Basrah ialah
karena asal dari ism ‘alam ialah meletakan sesuatu berdasarkan
hakikatnya yang tidak terdapat pada jenis lainnya. Sehingga ketika asal sesuatu
tidak terdapat hal serupa dengannya maka ia serupa dengan dhamir mutakalim
yang dimana dhamir mutakalim itu lebih ma’rifat dari ism
mubham. Dengan demikian isim yang serupa dengan dhamir mutakalim
lebih ma’rifat dari pada ism mubham.
Dalam hal ini, Al Anbari sepakat dengan
argumentasi orang-orang kufah.
Comments
Post a Comment