Penelitian Studi Kasus
Ely Sa’diah & Diadara Sholihati Iskandar
Sekolah Pasca Sarjana UPI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dilihat dari
segi hakikatnya manusia memiliki kekhasan yang membedakan dan menjadi identitas
kemanusiaannya. akal, kalbu dan nafsu menjadi tiga perangkat utama yang membedakannya dengan makhluk lainnya,
Akal merupakan alat untuk berfikir yang melahirkan Intelligence Ouotient (IQ),
Kalbu meruapakan alat berzikir yang melahirkan Spritual Quotient (SQ),
sedangkan nafsu merukan alat untuk ikhtiar yang mengandung dimensi Emotional
Quotient (Sauri dkk, 2010: 77).
Realitanya,
kita sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai akal, yang dimana akal merupakan
pembeda antara kita dengan hewan, sering bertanya mempersoalkan, mencari
kebenaran atau hakikat akan sesuatu. Sehingga manusia cenderun selalu ingin
mengkaji fenomena atau kejadian yang disekitar nyaa.
Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak fenomena atau kasus yang
dihadapi manusia. Fenomena serta kasus tersebut diteliti, dikaji secara
mendalam dengan melakukan penelitian.
Penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk
mengumpulkan data secara sistematik untuk tujuan tertentu. Data yang
dikumpulkan bisa kuantitatif berupa angka-angka untuk menunjukkan jumlah
(kuantitas) atau besaran dari gejala yang sedang diteliti. Bisa juga bersifat
kualitatif yakni berupa kata-kata atau pernyataan ihwal isi, sifat, gejala,
hubungan suatu gejala dengan gejala lainnya (Alwasilah, 2015: 67).
Secara umum, bila seseorang melakukan suatu kegiatan penelitian
biasanya adalah untuk mengatasi masalah, karena rasa ingin tahu, atau untuk
mengetahui dan menemukan kebenaran. Begitu pula bila seorang ilmuwan melakukan
suatu kegiatan penelitian biasanya karena ada masalah yang mengusik nurani
keilmuannya dan memerlukan jawaban. Menurut Alwasilah (2015: 65) secara garis
besar ada dua formulasi masalah, yaitu berupa (1) pertanyaan penelitian yang
ingin dijawab, atau (2) hipotesis yang ingin diuji atau dibuktikan
kebenarannya. Dengan demikian, peneliti memilih satu dari kedua formulasi
masalah tersebut, tidak perlu menggabungkan keduanya.
Dalam sebuah penelitian, peran metode
sangat diperlukan, hal ini berguna sebagai salah satu jalan atau cara untuk tercapainya suatu
tujuan penelitian, serta untuk memperoleh gambaran tentang suatu pemecahan
masalah yang sedang diteliti.
Adapun dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai penelitian
yang sesuai untuk menanggapi berbagai kasus yang ada. Maka dari itu makalah ini
bertujuan untuk membahas mengenai “metode studi kasus”.
B.
METODE STUDI KASUS
Sebelum
menjelaskan metode studi kasus, di sini akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai penelitian kualitatif, karena metode studi kasusu meruapakan salah
stau bagian dari pendeketan penelitian kualitatif. Sehubungan dengan itu, metode penelitian
kualitatif didefinisikan oleh Sugiyono (2013: 1) sebagai berikut:
Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Selain itu, pendapat Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:
4) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. dikatakan pula bahwa
metode kualitatif itu merupakan “Metode penelitian yang tidak didesain atau
dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik (Subroto, 2007: 5).
Beranjak dari kedua pendapat di atas, maka dapat
dikatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah yang hasilnya dapat dibentuk menjadi suatu informasi yang berupa
verbal atau kata- kata.
Penelitian dapat
digolongkan menurut sudut tinjauan tertentu. Pada pembahasan ini, penulis
mengutip penjelasan Narbuko dan Achmadi (2009: 41- 42), yang mana mereka menjelaskan
bahwa jenis- jenis penelitian dapat digolongkan sebaga berikut:
1.
Menurut
bidangnya;
a.
Penenlitian
Pendidikan
b.
Penelitian
pertanian;
c.
Peneliian
hukum;
d.
Penenelitian
ekonomi;
e.
Penelitian
agama.
2.
Menurut
tempatnya
a.
Penenlitian
laboratorium;
b.
Penenlitian
oeroustakaan;
c.
Penelitian
Kancah
3.
Menurut
pemakaiannya
a.
Penenelitian
murni (dasar);
b.
Penenlitian
Terapan (terpakai).
4.
Menurut
tujuan umumnya
a.
Pennelitian
eksploratif
b.
Pennelitian
velompmental
c.
Penenlitian
verikikatif
5.
Menurut
tarapnya
a.
Penenlitian
inferensial
6.
Menurut
pendekatannya
a.
penelitian
longitudinal
b.
penelitian
cross sectional
Mendasarkan atas sisfat sifat masalah tersebut, rancangan penelitian dapat
digolongkan sebagai berikut:
1.
penelitian
historis.
2.
Penelitian
deskriptif.
3.
penelitian
perkembangan
4.
penenlitian
kasus dan lapangan
5.
penelitian
korelasional
6.
penelitian
kausal komparatif
7.
penelitian
eksperimental sungguhan
8.
penelitian
eksperimenta semu
9.
penenlitian
tindakan.
Maka pada kesempatan kali ini, peneliti
akan membahas, mengkaji mengenai salah satu jenis penelitian,
dari beberapa penelitian yang telah ungkapkan sebelumnya, yaitu mengenai
penelitian studi kasus.
A.
Penelitian
Studi Kasus
1.
Pengertian
Creswell memulai pemaparan studi kasus dengan gambar tentang
kedudukan studi kasus dalam lima tradisi penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:
Dari gambar di atas dapat diungkapkan bahwa fokus sebuah biografi adalah
kehidupan seorang individu, fokus fenomenologi adalah memahami sebuah konsep
atau fenomena, fokus suatu teori dasar adalah seseorang yang mengembangkan
sebuah teori, fokus etnografi adalah sebuah potret budaya dari suatu kelompok
budaya atau suatu individu, dan fokus studi kasus adalah spesifikasi kasus
dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu, kelompok budaya ataupun
suatu potret kehidupan (Kusmarni: tt).
Studi kasus merupakan salah satu jenis pendekatan kualitatif yang
menelaah sebuah “kasus” tertentu dalam konteks atau setting kehidupan nyata
kontemporer. Menurut Yin (Creswell, 2014: 135) riset studi kasus mencakup studi
tentang suatu kasus dalam kehidupan nyata, dalam konteks atau setting
kontemporer
Secara lebih jelas lagi, Creswell (2014: 135) mengungkapkan bahwa
penelitian studi kasus adalah pendekatan kualitatif yang penelitinya
mengeksplorasi kehidupan nyata, sistem terbatas kontemporer (kasus) atau
beragam sistem terbatas (berbagai kasus), melalui pengumpulan data yang detail
dan mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi atau sumber informasi
majemuk (misalnya, pengamatan, wawancara, bahan audio visual, dokumen, dan
berbagai laporan), dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus. .
Selanjutnya Stake )Creswell,
2014: 20) mengungkapkan studi kasus merupakan startegi penelitian
di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program,
peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. kasus- kasus dibatasi
oleh waktu dan ativitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang
telah ditentukan.
Sementara itu, Bogdan dan Biklen mendefinisikannya sebagai
penelitian mendalam terhadap sebuah “setting”, subjek, sekumpulan dokumen atau
sebuah peristwa tertentu (Setiadi, 2015: 165). Secara lebih rinci Berg
manyatakan bahwa studi kasus adalah metode penelitian untuk mengumpulkan
informasi yang cukup tentang seseorang, situasi sosial, peristiwa atau kelompok
tertentu sehingga memungkinkan peneliti untuk memahami dengan baik bagaimana
subjek penelitian itu berfungsi (Setiadi, 2015:
165).
Adapun di sini, penulis juga dapati maksud atau definisi studi kasus
dari sumber lain, yakni sebagai barikut:
دراسة الحالة
(case study) و هي بحث متعمق في حالة من الحالات، و بحث
في العوامل المتعقدة التي اثرت فيها، و الظروف الخاصة التي أحاطت بها، و النتائج
العامة و الخاصة التي نتجت عن ذلك كله، و يرجع استخدام منهج دراسة الحالة خلال نصف
القرن الماضي في نظر إلى ظهور نظرية (Gestalt ) التي لفتت الانتباه إلى ضرورة الاهتمام بالموقف الكلي.( Duwaydari ,2000: 200)
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa suti kasus
merupakan salah satu jenis pendekatan
kualitatif yang menelaah sebuah “kasus” tertentu dalam konteks atau setting kehidupan
nyata.
2.
Tujuan
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lanpangan
adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat (Narbuko dan Achmadi, 2009: 46).
Di samping itu, Creswell (2014: 137) berpendapat
bahwa tujuan dari studi kasus adalah untuk memahami isu, problem, atau
keprihantinan yang spesifik (misalnya, kehamilan remaja) dan kasus atau
beberapa kasus diseleksi untuk dpaat memahami permasalahan tersebut dengan
baik.
Dengan demikian, berdasarkan kedua pendapat di
atas dapat dikatakan bahwa tujuan studi kasus ialah mempelajari serta memahami
kasus yang ada, baik yang terjadi pada individu maupun kelompok, maupun yang
terjadi pada suatu masyarakat tertentu.
B.
Karakteristik Studi Kasus .
Menurut Creswell (2014: 137-138) ada beberapa
karakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh studi kasus, yaitu:
1. Riset studi kasus dimulai dengan
mengidentifikasi satu kasus yang spesifik
2. Studi kasus kualitatif dapat disusun untuk
mengilustrasikan kasus intrinsic atau kasus instrumental (Stake, 1995)
3. Ciri utama dari studi kasus kualitatif yang
baik adalah studi kasus itu memperlihatkan pemahaman mendalam tentang kasus
tersebut.
4. Pemilihan pendekatan untuk analisis data dalam
studi kasus akan berbeda-beda.
5. Agar analisisnya dapat dipahami dengan baik,
riset studi kasus yang baik juga melibatkan deskripsi tentang kasus tersebut.
6. Tema atau masalah dapat diorganisasikan
menjadi kronologi oleh peneliti, menganalisis keseluruhan kasus untuk
mengetahui berbagai persamaan dan perbedaan di antara kasus tersebut, atau
menyajikannya dalam suatu model teoretis.
7. Studi kasus sering diakhiri dengan kesimpulan
yang dibentuk oleh peneliti tentang makna keseluruhan yang diperoleh dari
kasus-kasus tersebut.
Sedangkan Gay, Mills & Airasian (Setiadi,
2015: 166) mengemukakan bahwa secara spesifik ada beberapa karakteristik yang
dapat dikaitkan dengan metode studi kasus, yaitu:
1. Particularistic, studi kasus difokuskan pada
fenomena tertentu.
2. Descriptive, dapat dilihat dari hasil akhir
penelitian studi kasus yang cenderung memberikan deskripsi rinci tentang
fenomena atau peristiwa yang diteliti.
3. Heuristic, karena hasil penelitian studi kasus
memberikan pencerahan kepada pembaca tentang fenomena yang diteliti sehingga ia
memperoleh pengetahuan baru.
Sementara itu, Muliawan (2014: 86)
mengungkapkan bahwa studi kasus bila dilihat dari struktur pembahasannya
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Objek yang diteliti berbentuk kasus atau
masalah khusus.
2. Ada diagnosa, yaitu dugaan awal penyebab
munculnya masalah.
3. Analisa yang digunakan adalah logika sebab
akibat
4. Menghasilakn satu atau lebih alternatif penyelesaian masalah
Dari pemaparan mengenai karakteristik studi
kasus yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa kasus yang
hendak menjadi objek penelitian ialah kasus yang spesifik dan penting untuk
diteliti.
C.
Tipe
Studi Kasus
Creswell (2014: 138-139) mengungkapkan bahwa tipe studi kasus dapat
dibedakan berdasarkan ukuran batasan dari kasus tersebut, misalnya apakah kasus
tersebut melibatkan satu individu, beberapa indivisu, suatu kelompok, suatu
program besar, atau suatu aktifitas.
Selanjutnya, Creswell pun menjelaskan tipe studi kasus berdasarkan
tujuan dari analisis kasusnya. Terdapat tiga variasi dalam hal tujuan:
1.
Studi
kasus instrumental tunggal
Peneliti
memfokuskan pada isu atau persoalan, kemudian memilih satu kasus terbatas untuk
mengilustrasikan persoalan ini
2.
Studi
kasus kolektif atau majemuk
Peneliti
memilih beragam studi kasus untuk mengilustrasikan isu atau persoalan tersebut.
Peneliti juga dapat mempelajari satu program dari beberapa tempat riset atau
beragam program di satu tempat tertentu.
3.
Studi
kasus intrinsik
Tipe studi
kasus intrinsik fokusnya adalah pada kasus itu sendiri karena kasus tersebut
mengahdirkan situasi yang tidak biasa atau unik.
D.
Prosedur
Pelaksanaan Studi Kasus
Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh seorang peneliti
dalam melaksanakan
studi kasus. Creswell (2014: 140-141) mengandalkan pendekatan dari Stakes dan Yin
di dalam memaparkan prosedur pelaksanaan studi kasus ini. Prosedur
tersebut adalah:
1.
Menentukan
terlebih dahulu apakah pendekatan studi kasus sudah tepat untuk mempelajari
permasalahan risetnya.
2.
Mengidentifikasi
kasus atau beberapa kasus
3.
Pengumpulan
data dalam riset studi kasus biasanya meluas mengambil beragam sumber informasi
4.
Tipe
analisis data dapat berupa analisis holistik dari keseluruhan kasus atau
analisis melekat dari salah satu aspek dari kasus tersebut.
5.
Pada
tahap penafsiran akhir, peneliti melaporkan makna dari kasus tersebut.
E.
Tantangan
dalam Studi Kasus
Salah satu tantangan yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan studi
kasus kualitatif adalah peneliti harus mengidentifikasi kasus tersebut. Kasus
yang dipilih mungkin memiliki ruang lingkup yang luas atau ruang lingkup yang
sempit.
F.
Kelebihan
dan Kelemahan Studi Kasus
Alwasilah (2015: 82-83) menyampaikan kelebihan serta kelemahan dari
studi kasus, adapun kelebihan dari studi kasus menurutnya ialah sebagai
berikut:
1.
Peneliti
bisa berfokus pada hal-hal yang subtil (subtle) dan rumit dari situasi sosial
yang kompleks.
2.
Peneliti
bisa menggunakan berbagai cara (multiple methods) untuk mendapatkan realitas
yang kompleks yang sedang diteliti.
3.
Sejalan
dengan kemungkinan digunakannya berbagai cara, studi kasus memungkinkan
penggunaan berbagai sumber data (multiple source of data) yakni yang lazim
disebut triangulation.
4.
Studi
kasus layak untuk meneliti di mana fenomena yang diteliti terjadi secara alami
dan peneliti tidak memilki kewajiban melakukan control untuk merubah keadaan.
5.
Studi
kasus cocok untuk penelitian skala kecil tetapi memungkinkan peneliti untuk
berkonsentrasi pada satu kasus topik penelitian sehingga pemahamannya mendalam.
6.
Dan
menurut Densombe (1998), studi kasus bisa dipakai untuk mengetes teori (theory
testing) dan membangun teori (theory building). Sedangkan menurut Stake (1995)
dan Yin (1989) studi kasus bisa digunakan untuk mengelaborasi teori atau untuk
melakukan analytic generalization (Schwandt: 2001)
Adapun yang menjadi kelemahan dari studi
kasus adalah:
1.
Studi
kasus dikritik tidak kredibel untuk melakukan generalisasi terhadap
temuan-temuannya.
2.
Studi
kasus sering dihujat mengandalkan data ringan dan tidak memiliki
kemantapan (rigor) metodologi.
3.
Dalam
kenyataannya peneliti sering kesulitan menentukan batas wilayah perbatasan
studi kasus.
4.
Akses
ke tempat penelitian seringkali sukar diperoleh.
5.
Dalam
kenyataannya, klaim penelitian alami (natural) ini mungkin sulit terwujud,
karena kehadiran peneliti di lokasi bisa menyebabkan yang diamati berbeda dari
biasanya karena mereka menyadari dirinya sedang diamati.
Selanjutnya menurut Suryabrata (2012:81) ialah sebagai berikut:
1.
Kelebihan
a.
Penelitian-
penelitian kasus terutama sangat berguna untuk informasi latar belakang guna
perencanaan yang lebih besar dalam ilmu- ilmu social.
b.
Data
yang diperoleh dari penelitian- penenlitian kasus memberikan contoh- contoh
yang berguna untuk memberi ilustrasi mengenai penemuan- penemuan yang
digeneralisasikan dengan statistic.
2.
Kelemahan
a.
karena
fokusnya yang terbatas pada unti- unti yang sedikit jumlahnya, penelitian kasus
itu terbatas sifat representatifnya. Studi yang demikian itu tidak memungkinkan
generalisasi kepada populasinya, sebelum penelitian lanjutan yang berfokus pada
hipotesis- hipotesis tertentu dengan menggunakan sample yang layak selesai
dikerjakan.
b.
Penelitian
kasus terutama sangat peka terhadap keberatsebelahan subjektif. Kasusnya
sendiri mungkin dipilih atas dasar sifat sramatiknya dan bukan atas dasar
khasnya; atau karena kasus itu cocok benar dengan konsep yang sebelumnya telah
ada pada peneliti. Sejauh pendapat selektif menentukan apakah data tertentu
didikut sertakan atau tidak, atau memberikan makna tinggi, atau menempatkan
data tersebut dalam konteks yang lain, maka interpretasi subjektif akan
mempengaruhi hasilnya.
Adapun Blaxter dkk (2001: 107- 108) menjelaskan mengenai kebaikan
dan keburukan studi kasus, yaitu sebagai berikut
1.
kebaikan
a.
Data
studi kasus diambil dari pengalaman- pengalaman dan praktik- praktik orang-
orang sehingga dianggap cukup kuat dalam realitas.
b.
Studi
kasus memungkinkan generalisasi dari contoh spesifik ke isu yang lebih umum.
c.
studi
kasus memungkinkan periset untuk menunjukan kompleksitas kehidupan social.
Studi kasus yang baik dibangun atas dasar ini untuk menyelidiki makna- makna
dan interpretasi – interpretasi alternative.
d.
Studi
kasus dapat menyediakan sebuah sumber data yang dari sumber data
tersebutanaliss lebih lanjut dapat dilakukan. Studi ini, dengan demikian dapat
disimpan sebagai arsip untuk kerja selanjutnya.
e.
Karena
studi kasus dibangun atas dasar praktik dan pengalaman actual, studi ni dapat
berkaitan dengan tindakan dan pandangan- pandangan yang dikontribusikan untuk
mengubah praktik. Tentu sajastudi kasus dapat sedikit menentukan proyek riset
tindakan yang lebih luas.
f.
Karena
data yang terdapat dalam studi kasus dengan pengalaman- pengalaman orang-
orang, data ini dapat bersifat lebih persuasive dan lebih mudah diakses.
2.
Keburukan
a. Semakin komples sebuah kasus, semakin sulit analisi dibuat.
b. sementara aspek- aspek kontekstualisasi dari kasus memperkuat
bentuk riset ini, adalah sulit untuk mengetahui di mana “konteks” itu mulai dan
berakhir.
G.
Pengumpulan
Data
Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa fase yang harus dilalui
oleh seorang peneliti. Creswell (2014: 205-206) menggambarkan pengumpulan data
itu sebagai rangkaian aktivitas yang saling terkait yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan riset yang muncul.
Rangkaian aktivitas tersebut mencakup usaha menentukan tempat atau individu,
memperoleh akses dan membangun relasi, melakukan sampling, mengumpulkan data,
merekam informasi, mengeksplorasi persoalan lapangan, dan menyimpan data.
Rangkaian aktifitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar
7.1
Adapun pengumpulan data pada studi kasus melibatkan beragam
prosedur ketika peneliti membangun gambaran mendalam tentang kasus tersebut
(Creswell, 2014: 226). Selanjutnya Creswell mengungkapkan bahwa ada enam ragam bentuk pengumpulan data yang
direkomendasikan Yin (2009), yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara,
pengamatan langsung, pengamatan partisipan, dan artefak fisik.
Studi Kasus
|
|
Fokus
|
Mengembangkan
deskripsi dan analisis mendalam tentang kasus atau beragam kasus
|
Tipe
Permasalahan yang Paling Cocok untuk Desain
|
Menyediakan
pemahaman mendalam tentang kasus atau berbagai kasus
|
Latar
Belakang Disiplin
|
Mengambil
dari psikologi, hukum, sains, politik dan kodekteran
|
Satuan
Ananlisis
|
Mempelajari peristiwa, program, aktivitas, atau
lebih dari satu individu
|
Bentuk
pengumpulan Data
|
Menggunakan
berbagai sumber, seperti wawancara, dokumen, pengamatan dan artefak.
|
Strategi
Analisis Data
|
Menganalisis
data melalui deskripsi tentang kasus dan tema dan juga tema lintas kasus
|
Laporan
tertulis
|
Mengembangkan analisis detail tentang satu atau
lebih kasus
|
Struktur
Umum dari Studi
|
·
Sketsa
pendahuluan
·
Pengantar
(permasalahan, pertanyaan, studi kasus pengumpulan data, analisis data,
hasil)
·
Deskripsi
tentang kasus/beberapa kasus dan konteks mereka
·
pengembangan
masalah
·
rincian
tentang masalah yang disiplin
·
penegasan
(assertions)
·
Sketsa
Penutup
|
Stake (Creswell, 2014: 145- 147)
Aktivitas Pengumpulan Data menurut Creswell (2014: 209- 210)
Apakah yang
biasanya dipelajari?
|
Suatu system terbatas, misalnya
proses, aktivitas, peristiwa, program, atau berbagai individu.
|
Apapkah persoalaan akses dan
hubungan yang biasa terjadi?
|
Memperoleh akses melalui gatekeeper,
memperoleh kepercayaan dari para partisipan
|
Bagaimanakah peneliti memilih
tempat atau individu yang diteliti
|
Menemukan sebuah “kasus” atau
beberapa “kasus”, kasus “tak biasa” ataukasus “variasi minimum” atau kasus
“ekstrem”
|
Apakah jenis informasi yang biasa dikumpulkan
?
|
Beragam bentuk, misalnya dokumen
dan rekaman, wawancara dan pengamatan da artefak fisik untuk 1 hingga 4 kasus
|
Bagaimanakah informasi direkam?
(perekaman informasi)
|
Catatan lapangan, wawancara
danprotokol pengamatan
|
Apa sajakah persoalan pengumpulan
data yang umumterjadi? (persoalan lapanagan)
|
Persoalan wawancara dan pengamatan
|
Bagaimanakah biasanya informasi
dismpan? (penyimpanan data)
|
Catatan lapangan, transkripsi.
file komputer
|
H.
Analisis
dan Penyajian Data
Proses umum yang digunakan oleh para peneliti dalam analisis data
penelitian kualitatif dimulai dengan menyiapkan dan mengorganisasikan data
(yaitu, data teks seperti transkrip atau data gambar seperti foto) untuk
dianalisis, kemudian mereduksi data tersebut menjadi tema melalui proses
pengodean dan peringkasan kode, dan terakhir menyajikan data dalam bentuk
bagan, tabel, atau pembahasan (Creswell, 2014: 251).
Selanjutnya Creswell (2014: 252-253) mengemukakan strategi umum
analisis data dari tiga orang peneliti kualitatif karena menurutnya ketiganya
menyajikan perspektif yang berbeda. Madison (2005) menyajikan kerangka
penafsiran yang diambil dari etnografi kritis, Huberman dan Miles (1994)
mengadopsi pendekatan analisis sistematis yang telah lama digunakan dalam
penelitian kualitatif, dan Wolcott (1994b) menggunakan pendekatan riset yang
lebih tradisional dari analisis etnografi dan studi kasus. Ketiga sumber ini
mendukung banyak proses yang serupa, dan juga beberapa pendekatan yang berbeda
pada fase analisis dari penelitian kualitatif.
Berikut adalah tabel strategi umum analisis data yang dikemukakan
oleh ketiga peneliti tersebut.
Tabel
Strategi Analisis
|
Madison (2005)
|
Huberman dan Madison (1994)
|
Wolcott (1994b)
|
Membuat
sketsa ide
|
|
Menulis
catatan pinggir pada catatan lapangan
|
Menyoroti
informasi tertentu dalam deskripsi
|
Membuat
catatan
|
|
Menulis
kalimat reflektif pada catatan
|
|
Merangkum
catatan lapanagan
|
|
Membuat
lembar rangkuman tentang catatan lapangan
|
|
Bekerja
dengan kata-kata
|
|
Membuat
metafora
|
|
Mengidentifikasi
kode
|
Melakukan
coding abstrak atau coding konkret
|
Menulis
kode, memo
|
|
Mereduksi
kode menjadi tema
|
Mengidentifikasi
tema atau pola yang menonjol
|
Mencatat
pola dan tema
|
Mengidentifikasi
keteraturan yang berpola
|
Menghitung
frakwensi dari kode
|
|
Menghitung
frekuensi dari kode
|
|
Menghubungkan
kategori
|
|
Faktor,
mencatat hubungan di antara variable, membentuk rantai bukti logis
|
|
Menghubungkan
kategori dengan kerangka analitis dalam literature
|
|
|
Mengontekstualkan
dengan kerangka kerja dari literatur
|
Menciptakan
sudut pandang
|
Untuk
latar, audiensi, dan pembaca
|
|
|
Menampilkan
data
|
Menciptakan
sebuah grafik atau gambar tentang kerangka kerja
|
Membuat
kontras dan perbandingan
|
Menampilkan
temuan dalam tabel, bagan, gambar, dan diagram; membandingkan kasus; membandingkan
dengan kasus standar
|
Huberman dan Miles mengemukakan bahwa analisis data tidak bersifat off-the-
shelf (mengikuti apa yang sudah ada); tetapi, analisis ini dikembangkan, direvisi, dan
“dikoreografi” (Creswell, 2014: 254). Proses pengumpulan data, analisis data,
dan penulisan data bukanlah proses yang mandiri-semuanya saling terkait dan
sering kali berjalan secara serempak dalam proyek riset.
Adapun analisis dan penyajian data dalam studi kasus adalah sebagai
berikut:
1.
Organisasi
data; menciptakan dan mengorganisasikan file untk data
2.
Pembacaan,
memoing; membaca seluruh teks, membuat catatan pinggir, membentuk kode awal
3.
Mendeskripsikan
data menjadi kode dan tema; mendeskripsikan kasus dan konteksnya
4.
Mengklasifiksikan
data menjadi kode dan tema; menggunakan agregasi kategorial untuk membentuk
tema dan pola
5.
Menafsirkan
data; menggunakan penafsiran langsung dan mengembangkan generalisasi
naturalistik tentang “pelajaran” yang dapat diambil
6.
Menyajikan,
memvisualisasikan data; menyajikan gambaran mendalam tentang kasus (atau
beberapa kasus) menggunakan narasi, tabel, dan gambar
I.
Standar
Validasi dan Evaluasi
Creswell (2014: 347) mendefinisikan “validasi” dalam penelitian
kualitatif sebagai usaha untuk menilai “akurasi” dari berbagai temuan,
sebagaimana yang dideskripsikan dengan baik oleh peneliti dan para partisipan.
Adapun di sini, penulis menambahkan uji keabsahan data menurut
Sugiyono (2013: 121):
Kemudian selanjutnya mengenai uji kredibikitas data menurut Sugiyino (2013: 122) :
J.
Aplikasi
“ Studi Kasus” dalam Penelitian
Contoh aplikasi “studi kasus” banyak sekali ditemukan, terutama sebagaimana
yang telah disebutkan banyak dari bidang sosial. Adapun di sini penulis
mengambil contoh pengaplikasian studi kasus dalam sebuah penelitian yang
dilakukan oleh “Brahmana Maharedika” yaitu mengenai “NIkah Siri dalam
Konstelasi Hukum Keluarga di Indonesia (Studi Kasus Perkawinan Syekh Pujiyono
Cahyo Widianto dengan Lutfiana Ulfa)”.
Comments
Post a Comment