ORANG KAYA: BAHAGIA DUNIA TETAPI CELAKA DI AKHIRAT
HFD
Orang yang berada pada kriteria ini adalah orang yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah. Hidupnya berkecukupan dengan harta kekayaan yang berhasil didapatnya dengan usaha dan kerja kerasnya selama ini. Namun, kekayaan ini ia sungguh jauh dari nilai nilai kebenaran Islam.
Di waktu miskin ia taat beribadah, tapi di kala telah kaya ia pun berubah sedikit demi sedikit menjadi orang yang lalai dalam beribadah. Di waktu miskin, dia adalah ahli ibadah, tapi kini dia menjadi ahli maksiat. Dia menepuk dadanya sendiri karena berhasil menjadi orang yang memiliki rumah termegah di daerah tempat tinggalnya.
Ia menganggap semua harta kekayaan yang diperolehnya adalah semata mata hasil kerja kerasnya, keuletannya dalan mengelola bisnis, kecerdasannya dalam mengatur strategi bisnis, dan lain sebagainya. Ia lupa akan kekuasaan Allah yang menjadikannya kaya.
Bersyukur kepada Allah, dia ganti dengan kufur kepada Allah. Dia bahkan berpura pura tidak mengenal Allah. Padahal, hati nuraninya tidak bisa memungkiri bahwasannya semuanya adalah berkat Maha Pengasih Allah.
Suara keimanannya terhalang oleh suara nafsunya, dan suara bisikan setanlah yang lebih terdengar nyaring dan selalu berhasil mempengaruhinya. Tampillah ia menjadi orang yang hubud dunya; ditundukkan oleh dunia; dunia menjadi tuannya yang jahat.
Meski dia memilih aneka minuman setiap kali akan minum, memilih menu makanan sesuka hati, tetapi sesungguhnya du akhirat akan tersiksa dengan panasnya api neraka. Hanyalah neraka tempat yang cocok menjadi tempat kembalinya.
Kebahagiaan di dunia ini adalah kebahagiaan yang sifatnya sesaat. Namun ia lupa akan konsep ini. Bergelimangnya harta telah membutakan pikiran dan mata hatinya, untuk mampu memikirkan hakikat peran kehidupan manusia di atas muka bumi ini.
Harta kekayaannya tidak akan menjamin kebahagiannya kelak di akhirat, malah jadi sebab memberatkannya ke jurang neraka. Hartanya akan menjadi saksi, padahal ia tak bisa mempertanggungjawabkannya.
*** to be continue***
Orang yang berada pada kriteria ini adalah orang yang memiliki kekayaan yang melimpah ruah. Hidupnya berkecukupan dengan harta kekayaan yang berhasil didapatnya dengan usaha dan kerja kerasnya selama ini. Namun, kekayaan ini ia sungguh jauh dari nilai nilai kebenaran Islam.
Di waktu miskin ia taat beribadah, tapi di kala telah kaya ia pun berubah sedikit demi sedikit menjadi orang yang lalai dalam beribadah. Di waktu miskin, dia adalah ahli ibadah, tapi kini dia menjadi ahli maksiat. Dia menepuk dadanya sendiri karena berhasil menjadi orang yang memiliki rumah termegah di daerah tempat tinggalnya.
Ia menganggap semua harta kekayaan yang diperolehnya adalah semata mata hasil kerja kerasnya, keuletannya dalan mengelola bisnis, kecerdasannya dalam mengatur strategi bisnis, dan lain sebagainya. Ia lupa akan kekuasaan Allah yang menjadikannya kaya.
Bersyukur kepada Allah, dia ganti dengan kufur kepada Allah. Dia bahkan berpura pura tidak mengenal Allah. Padahal, hati nuraninya tidak bisa memungkiri bahwasannya semuanya adalah berkat Maha Pengasih Allah.
Suara keimanannya terhalang oleh suara nafsunya, dan suara bisikan setanlah yang lebih terdengar nyaring dan selalu berhasil mempengaruhinya. Tampillah ia menjadi orang yang hubud dunya; ditundukkan oleh dunia; dunia menjadi tuannya yang jahat.
Meski dia memilih aneka minuman setiap kali akan minum, memilih menu makanan sesuka hati, tetapi sesungguhnya du akhirat akan tersiksa dengan panasnya api neraka. Hanyalah neraka tempat yang cocok menjadi tempat kembalinya.
Kebahagiaan di dunia ini adalah kebahagiaan yang sifatnya sesaat. Namun ia lupa akan konsep ini. Bergelimangnya harta telah membutakan pikiran dan mata hatinya, untuk mampu memikirkan hakikat peran kehidupan manusia di atas muka bumi ini.
Harta kekayaannya tidak akan menjamin kebahagiannya kelak di akhirat, malah jadi sebab memberatkannya ke jurang neraka. Hartanya akan menjadi saksi, padahal ia tak bisa mempertanggungjawabkannya.
*** to be continue***
Comments
Post a Comment