Ijtihad dan Isu Kebebasan Berfikir

Ali Yafie
Vrijheid (kebebasan manusia) dan rijdenken (kebebasan berfikir), yang dicetuskan di Barat pada pengunjung Abad Pertengahan, merupakan semboyan yang melambangkan kebanggaan dunia modern. Karena, pada abad pertengahan tidak ada sama sekali kebebasan berfikir dan kemerdekaan menganut agama. Barat dikungkung oleh kekuasaan gereja yang mempunyai mahkamah inquisi, yang mengadili orang orang yang menyimpang dari, atau membangkan terhadap ajaran gereja. Dengan memahami latar belakang historis tersebut, pengertian tentang reformasi, renaisans, humanisme, dan rasionalisme, dan ditangkap secara tepat, sehingga kita tidak patut dikesampingkan begitu saja, yaitu bahwa kebangkitan dunia modern/Barat, yang telah melahirkan ilmu dan teknologi yang menakjubkan dan dikagumi oleh dunia sekarang ini, terjadi seusai kontak frontal Barat dengan timur/Islam melalui Perang Salib. Kontak frontal ini berpengaruh besar pada perubahan Barat.
Di dalam dunia Islam, kebebasan manusia dan kebebasan berfikir tidak lahir dari suatu proses sejarah, sebagaimana yang terjadi di dunia Barat, tapi berpangkal pada inti ajaran Islam sendiri. Bukankah tiang pancang Islam adalah mengingkari keterikatan kepada kekuasaaan apapun kecuali kepada kekuasaan Allah saja." bukankah hal ini mengandung nilai tertinggi kebebasan manusia? Jika kemudian ada keterikatan kepada Rasul (dalam bentuk ittiba' dan ta'at) dan keterikatan kepada ulil amri (dalam bentuk taat) hal itu adalah dalam rangka keterikatan kepada Allah, karena Dia yang menentukkan hal itu. Tidak ada agama yang mengenal hukum 'itq (hukum pembebasan budak) kecuali Islam.
Alquran dan sunnah, selain membimbing dan mengarahkan manusia agar menggunakan akalnya untuk berfikir, merenung, mengamati sgala kejadian di bumi, di langit dan di dalam dirinya sendiri, meneliti dan membandingkan segalanya itu, juga menetapkan leerplicht dan onderwijs plicht (wujub at ta'allum wa wujub al ta'lim). Dengan bimbingan dan pengarahan seperti itu, tidak heran jika sejarah mencatat dengan tinta emas nama nama tokoh dunia ilmu pengetahuan, seperti Ibn Sina, al Ghazali, ibn Rusyd, al Biruni dan sederatan nama lainnya yang memenuhi lembaran sejarah perkembangan ilmu pengetahuan yang telah memberikan sumbangan besar kepada kemanusiaan.
Akal diberi kedudukan penting dalam ajaran Islam, demikian pula ilmu pengetahuan. Akal merupakan basis taklif. Akal juga merupakan salah satu dari kelima basis kemaslahatan manusia ( alkulliyat alkhams). Namun fungsi akal tidak sama dengan fungsi agama walaupun keduanya merupakan komponen hidayah Allah yang melengkapi makhluk manusia.
***Ijtihad dalam sorotan





Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

KAJIAN BALAGHAH: JINAS

المشاكلة في البلاغة