Bahasa ‘Amiyah: Kelahirannya

Ely S. & Diadara S.
Menyambung dari penjelasan sebelumnya mengenai sejarah lahirnya bahasa fusha yang merupakan upaya penggiringan untuk hanya menggunakan bahasa Alquran yang nota bene adalah bahasa Quraisy memunculkan sejumlah masalah. Masyarakat yang berasal dari kabilah selain Quraisy tidak seluruhnya memiliki kesiapan dan kemampuan menggunakan bahasa Alquran secara baik dan benar.
Sebagaimana yang dijelaskan pada bagian pendahuluan, akibatnya, terjadi sejumlah kesalahan dan fenomena penyimpangan bahasa ketika masyarakat mulai menggunakan bahasa Arab fusha. Praktik kesalahan dan penyimpangan berbahasa itu disebut lahn. Istilah lahn ini dikenakan awalnya pada kesalahan dan ketidaktaatan pada i'rab, yaitu perubahan bunyi akhir kata karena perubahan kedudukannya dalam kalimat.
Seiring dengan maraknya fenomena lahn, melahirkan kekhawatiran akan rusaknya kualitas bahasa Arab baku. Dengan alasan tersebut, pada waktu itu Abu a1 Aswad al-Duali meletakkan dasar-dasar sintaksis bahasa Arab (usul al-nahw).
Ilmu Nahwu mulai berkembang luas, dan diajarkan di masjid-masjid. Tidak terbatas pada orang Arab asli, disiplin ilmu ini juga dipelajari oleh orang-orang non-Arab (mawali dan muta'arribun) yang tinggal di negeri Arab. Ketersebaran ilmu ini, pada tingkat tertentu, telah mengeliminir lahn di kalangan masyarakat rendahan, semisal pekerja (muhtarifin) dan orangorang pasar (ahl al-aswa:q). Oleh karena itu, ilmu nahwu dikenal sebagai milik para budak (mawali) (AI-Rafi'i, 1974:239). 
Sejak dicetuskannya ilmu nahwu tersebut, dapat kita ketahui bahwa masyarakat Arab, terutama kalangan atas dan bangsawannya, memiliki keprihatinan yang mendalam terhadap gejala lahn. Atas dasar itu, segala upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah ini menjadi bukti keseriusan mereka dalam menjaga dan memelihara orisinalitas bahasa Arab. 
Namun, kendati demikian, munculnya ilmu nahwu itu tetap tidak kuasa membendung perkembangan lahn sehingga melahirkan dialek-dialek (lokal) baru yang otonom yang disebut bahasa amiyah dengan kaidah-kaidahnya sendiri
Disamping dengan fenomena lahan, ketika menggunakan bahasa fusha, kefasihan berbahasa tersebut terus terpelihara hingga meluasnya ekspansi Islam ke luar jazirah dan masyarakat Arab mulai berinteraksi dengan masyarakat bangsa lain. Dalam proses interaksi dan berbagai transaksi social lainnya itu terjadi kesalingpengaruhan antarbahasa. Masyarakat `ajam belajar berbahasa Arab, dan masyarakat Arab mulai mengenal bahasa mereka. Intensitas interaksi tersebut lambat laun mulai berimbas pada penggunaan bahasa Arab yang mulai bercampur dengan beberapa kosakata asing, baik dengan atau tanpa proses pengaraban (ta'rib). Pertukaran pengetahuan antar mereka juga berpengaruh pada pertambahan khazanah bahasa Arab khususnya menyangkut hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui masyarakat Arab ketika hidup terisolasi dari bangsa lain.
Masyarakat non-Arab juga kerap melakukan kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab. Fenomena ini kemudian makin meluas melalui transaksitransaksi sosial, misalnya dalam aktivitas ekonomi di pasar-pasar terutama sejak abad ke-5 H. (Al-Rafi'i, 1974:244-245).
Ragam Bahasa Arab yang digunakan, terutama di pasar-pasar, pada gilirannya mulai menemukan ciri-ciri tersendiri dan meneguhkan identitasnya. "Bahasa pasaran" itu telah menjadi medium komunikasi yang dimengerti oleh berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Berbeda dengan ragam bahasa Arab fusha yang sarat muatan teologis sebagai bahasa agama, ragam bahasa "pasar" ini begitu ringan mengalir tanpa adanya aturan yang rumit yang harus diwaspadai.  
Diglosia antara bahasa Arab fusha dan ‘amiyah ini muncul seiiring lahirnya bahasa ‘amiyah itu sendiri, yaitu pada masa penaklukan- penaklukan Islam pertama setelah berbaurnya masyrakat Arab dengan orang asing (‘ajam).
Adapun contoh dari bahasa ‘amiyah itu sendiri ialah sebagai berikut:


Bunyi Bahasa Amiyah
Asal Dialek Amiyah
Perkiraan Asal Bahasa Arab Fusha
Artinya
Istibghoh
Aisyn uh
Aiwah/ Iih
Lissa maghoos
Tirja'
Akhoya
Imta
Maa liis
Bitu 'uulee
Istannaa hina
Minu
Miin
Mekkah, Kairo
Mekkah, Kairo
Mekkah, Kairo
Kairo
Mekkah, Kairo
Mekkah
Mekkah, Kairo
Mekkah, Kairo
Kairo
Mekkah
Bagdad
Damaskus dan Kairo
Ayyu Syaiin Tabghi
Ayyu syai'in turidu
Na'am, ajal
Laisa Ma jaa'a
Tarji'
Ya Akhi
Mataa
Ma 'alaihi syai'
Bi ayyati al-lughah
Intadhir huna
Man
Man
Apa maumu?
Apa maumu?
Ya.
Belum datang
Kamu pulang
Hai Saudaraku
Kapan
Tak masalah
Pakai bahasa apa?
Tunggu disini
Siapa
Siapa
Fiddaroini (2007)


Dalam praktiknya bahasa Arab 'amiyah hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari dengan ringan dan tidak dipikirkan bagaimana mengabadikan ucapan itu dalam sebuah tulisan. Dilihat dari segi pelestarian peradaban, maka tidak heran bila ajakan untuk menggunakan bahasa Arab pasaran itu bertujuan untuk meninggalkan atau melupakan peradaban Islam, dengan cara halus, sedikit demi sedikit tidak memakai bahasa Arab fusha atau menjadikan agar bahasa Arab fusha itu rusak, sehingga kaum muslimin tidak lagi bisa mengenal ajaran Islam yang diterangkan dengan bahasa Arab fusha.

Comments

Popular posts from this blog

Ilmu Badi' علم البديع

المشاكلة في البلاغة

KAJIAN BALAGHAH: JINAS