Tragedi Sumur Ma’unah
Hilman FD
Suatu hari seorang ahli tombak bernama Amir ibn Malik datang kepada Nabi. Bilamana diajak masuk Islam, Ia menolak, tapi tak menjauh. Bahkan, ia berkata kepada Nabi, “Hai Muhammad, sebenarnya apa yang kamu serukan ini baik. Kenapa kamu tidak mengutus beberapa sahabat ke Nejd untuk menyampaikan ajaranmu ini? Aku harap mereka akan menerimamu.
Nabi ragu.
“Aku khawatir mereka akan dicelakai oleh penduduk Nejd.”
Amir berusaha meyakinkan Nabi.
“Aku ini tetangga mereka. Kirim saja utusanmu dan serulah orang-orang di sana pada agamamu.”
Atas dasar informasi itu, Nabi mengutus tujuh puluh sahabat-sumber lain menyebutkan empat puluh- di bawah pimpinan Mundzir ibn Amir.
Tiba di sumur Ma’unah, beberapa mil ke arah timur Madinah, rombongan itu mengutus Haran ibn Malihan untuk menyampaikan surat dari Rasulullah kepada Amir ibn Thufail. Namun sesampainya disana Ibn Milhan dianiaya dan dibunuh. Surat Nabi yang di bawanya tak dilirik sedikit pun.
Ibnu Thufail meminta bantuan kepada Bani Amir untuk menyerang kaum muslim. Permintaan itu ditolak dengan alasan tak ingin membahayakan keselamatan Amir ibn Malik yang bertetangga dengan kaum muslim.
Tak patah semangat untuk berbuat makar, ibn Thufail lalu mengontak kabilah-kabilah Bani Sulaim. Mereka mengepung kaum muslim sehingga pecahlah pertempuran sengit antara kedua belah pihak. Semua sahabat gugur sebagai syahid kecuali dua orang, yaitu Ka’b ibn Zaid yang dibiarkan tetap hidup dan Amr ibn Umayah al Dhumri yang dilepaskan ibn Thufail karena nazar atas ibunya.
Nabi sangat berduka atas tragedi al Raji’ dan Ma’unah. Tak henti-hentinya beliau mendoakan para pembunuh sahabat sahabatnya itu, sampai turun wahyu, “Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah akan menerima tobat mereka atau mengazabnya karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim.”
Nabi ragu.
“Aku khawatir mereka akan dicelakai oleh penduduk Nejd.”
Amir berusaha meyakinkan Nabi.
“Aku ini tetangga mereka. Kirim saja utusanmu dan serulah orang-orang di sana pada agamamu.”
Atas dasar informasi itu, Nabi mengutus tujuh puluh sahabat-sumber lain menyebutkan empat puluh- di bawah pimpinan Mundzir ibn Amir.
Tiba di sumur Ma’unah, beberapa mil ke arah timur Madinah, rombongan itu mengutus Haran ibn Malihan untuk menyampaikan surat dari Rasulullah kepada Amir ibn Thufail. Namun sesampainya disana Ibn Milhan dianiaya dan dibunuh. Surat Nabi yang di bawanya tak dilirik sedikit pun.
Ibnu Thufail meminta bantuan kepada Bani Amir untuk menyerang kaum muslim. Permintaan itu ditolak dengan alasan tak ingin membahayakan keselamatan Amir ibn Malik yang bertetangga dengan kaum muslim.
Tak patah semangat untuk berbuat makar, ibn Thufail lalu mengontak kabilah-kabilah Bani Sulaim. Mereka mengepung kaum muslim sehingga pecahlah pertempuran sengit antara kedua belah pihak. Semua sahabat gugur sebagai syahid kecuali dua orang, yaitu Ka’b ibn Zaid yang dibiarkan tetap hidup dan Amr ibn Umayah al Dhumri yang dilepaskan ibn Thufail karena nazar atas ibunya.
Nabi sangat berduka atas tragedi al Raji’ dan Ma’unah. Tak henti-hentinya beliau mendoakan para pembunuh sahabat sahabatnya itu, sampai turun wahyu, “Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah akan menerima tobat mereka atau mengazabnya karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim.”
Comments
Post a Comment